Shalat sunnah dalam istilah lain juga disebut dengan nawafil, mandub dan mustahab.
Secara lughat kata-kata tersebut mempunyai makna tambah (ziyadah),
sedangkan secara istilah mempunyai makna: shalat-shalat selain shalat
fardlu.
Shalat sunnah dibagi menjadi dua macam:
1. Shalat
sunnah yang disunnahkan untuk dikerjakan secara berjamaah, meliputi
shalat 'idain (Idul Fithri dan Idul Adlha), shalat tarawih, shalat
gerhana matahari dan bulan dan shalat istisqa'.
2. Shalat sunnah yang disunnahkan untuk dikerjakan secara sendiri (munfarid/tidak berjamaah). Terbagi menjadi dua macam:
a. Shalat-shalat sunnah yang mengikuti terhadap shalat fardlu atau yang disebut dengan shalat rawatib.
b. Shalat-shalat
sunnah yang tidak mengikuti shalat fardlu, seperti shalat tahiyatul
masjid, witir, tahajjud, dluha, isyraq, istikharah, isti'adzah, tasbih
dan lain-lain.
Yang
menjadi pertanyaan adalah; apakah shalat-shalat sunnah yang tidak
disunnahkan untuk dikerjakan secara berjamaah ini boleh dikerjakan
secara berjamaah? Seperti halnya shalat dhuha, tasbih dan shalat-shalat
sunnah yang lain apakah boleh dikerjakan secara berjamaah? Dan pernahkah
Rasulullah melakukan hal itu?????
para ulama seperti Imam al-Nawawi dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, Imam Ibnu Rajab dalam kitabnya Fath al-Bari, Syeikh Ibnu Daqiqil Id dalam kitabnya Ihkam al-Ahkam
dan ulama yang lain berpendapat mengenai kebolehan untuk mengerjakan
shalat sunnah secara berjamaah dan hal itu tidaklah dilarang. Apalagi
jika shalat sunnah yang dilakukan secara berjamaah itu bertujuan untuk
melatih dan mendidik seseorang (para murid atau santri) untuk selalu
istiqamah dalam mengerjakan shalat tersebut, maka tentunya akan
mempunyai nilai tambah tersendiri. Dan jika kita teliti dari beberapa
riwayat hadits di atas dapat disimpulkan bahwa peristiwa tersebut
dilakukan oleh Rasulullah SAW tidak hanya sekali saja, akan tetapi lebih
dari satu kali.
Rahasia Tentang Shalat Sunnah
Secara umum, amalan sunnah berfungsi untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah. Jika seorang hamba lebih dekat dengan Allah, maka:- Menjadi hamba yang dicintai Allah
- Mendapat dukungan dari sang Maha Kuat dan Maha Bijaksana
- Doanya mustajab (terkabul)
- Mendapat perlindungan dari Allah SWT
”Allah berfirman: ”Tiada seorang manusia berusaha mendekatkan diri kepada-Ku, dengan AMALAN SUNNAH yang Aku senangi sesudah menyempurnakan amal ibadah yang Kuwajibkan atasnya, sehingga Aku menyintainya, maka terhadap orang yang demikian itu, Akulah sebagai pendengarannya, penglihatannya, dan tangan yang digerakannya serta kaki yang dijalankannya. Dan kalau ia memanjatkan doa, pasti Kupenuhi permohonannya, jika ia mohon perlindungan, pasti Kulindungi dia” (HR. Bukhari).
Khusus untuk shalat sunnah, maka amalan sunnah yang satu ini sangat berperan penting untuk mendukung kesempurnaan shalat wajib. Peran ini menjadi begitu penting, meningat ibadah shalat adalah amal yang pertama dihisab.
“Amal seseorang yang pertama dihisab di hari Kiamat ialah tentang shalat. Maka bila dia sempurna shalatnya berbahagialah dia dan bebas dari siksa. Namun apabila ternyata kurang baik dan rusak shalatnya, celaka dan menyesallah dia. Dan kalau kekurangan itu terdapat pada shalat wajib, maka Allah menugasi malaikat supaya meninjau kembali shalat sunnah yang ia kerjakan, untuk menutup kekurangannya itu. Baru sesudah selesai mengenai perhitungan shalat, maka menyusullah amal-amal perbuatan lainnya” (HR.Turmudzi).
6 Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha
Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha – Shalat duha merupakan salah satu diantara shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Banyak sekali penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!
Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).
fatahilla64@gmail.com
No comments:
Post a Comment