Sunday 27 May 2012

makalah hama dan penyakit


BAB I
PENDAHULUAN
A.    lATAR BELAKANG
Keberhasilan budidaya tanaman Tomat, tidak semata-mata tergantung pada teknik budidaya yang dilakukan, namun keberadaan hama dan penyakit sering lebih berpengaruh terhadap hasil panen yang tak jarang menyebabkan gagal panen. Nematoda merupakan salah satu hama yang sering menyerang tanaman tomat. Beberapa jenis nematoda sering ditemukan di daerah perakaran tanaman tomat. Jika tanaman terserang nematoda, maka transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu kerusakan sel–sel akar akibat nematoda dapat memudahkan bakteri masuk dan menyerang tanaman (Anonim, 2007).
Sudjono, et al., (1985) mengemukakan bahwa salah satu jenis nematoda yang banyak menyerang tanaman dari suku Solaneceae adalah Meloidogyne spp. yang dikenal dengan nematoda puru akar. Puru akar mengakibatkan jaringan pembuluh akar menjadi sakit dan rusak, sehingga kehilangan hasil tanaman akibat terserang nematoda ditentukan antara lain oleh nematoda tersebut mulai menyerang dan tingkat populasi awal nematoda. Dengan mengetahui populasi awal nematoda menyerang tanaman dapat diketahui sejauh mana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai tingkat populasi awal nematoda puru akar terhadap pertumbuhan dan hasil tomat. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu mengendalikan nematoda dengan tepat, sehingga dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    PENYEBAB PENYAKIT
Penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp. merupakan penyakit utama pada tanaman kenaf yang menyerang baik di lahan pengembangan maupun pembenihan dan mengakibatkan penurunan produktivitasnya. Meloidogyne spp. merupakan nematoda endoparasit yang sangat penting di daerah tropika maupun subtropika karena memiliki daya rusak yang cukup tinggi terutama pada jenis tanah berstruktur ringan, memiliki kemampuan berkembang biak dan penyebaran yang cepat walaupun secara pasif, memiliki kisaran inang yang cukup luas meliputi tanaman budi daya (tembakau, tomat, terung, lombok, kenaf) maupun gulma (rumput teki, krokot, bebandotan), serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (Supratoyo, 1976). Kenaf sangat peka terhadap serangan Meloidogyne spp. karena jenis tanah yang optimum untuk pertumbuhan kenaf yakni lempung berpasir merupakan tanah yang juga disenangi oleh Meloidogyne spp. (Kirby, 1963; Sudjindro, 1987; Dalmadiyo et al., 1996). 
B.     DAUR PENYAKIT
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa (Mehrotra, 1980). Semua spesies nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama (Sherf dan Macnab, 1986). Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18 – 21 hari atau 3 – 4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin (Agrios, 1996). Menurut Sherf dan Macnab (1986), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300- 800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur.
Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel (Lamberti dan Taylor, 1979). Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya (Dropkin, 1991). Perbedaan jenis kelamin dipengaruhi oleh faktor lingkungan, nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis (Singh, 1978). Menurut Dropkin (1991) walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya.
C.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
Usaha pengendalian penyakit puru akar masih mengandalkan nematisida dengan cara menaburkannya pada tanah di sekitar perakaran tanaman dan memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk mengurangi penggunaan nematisida perlu adanya varietas tahan. Penggunaan varietas tahan mempunyai banyak keuntungan yaitu murah, mengurangi penggunaan pestisida dan pencemaran lingkungan, serta menurunkan sumber inokulum dan laju infeksi. Langkah awal yang penting dilakukan untuk mendapatkan varietas tahan adalah menyediakan sumber genetik dan informasi tentang ketahanannya terhadapMeloidogynespp. melalui eksplorasi, konservasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah(Sutopo dan Saleh, 1992).
Nematisida jenis karbamat seperti osamil, aldikarb, karbofuran dan lain lain, menghambat aktivitas kolinesterase yang mengakibatkan kegagalan dalam mengatur asetilkolin, yaitu sebagai penyalur syaraf. Hal itu menyebabkan paralisis dan hilangnya persepsi syaraf, tetapi tidak segera menyebabkan kematian, nematoda akan sembuh kembali setelah pestisida dihilangkan. Hal tersebut menghambat makan beberapa jenis, yang mempengaruhi penularan virus, juga menhalang-halangi pertumbuhan nematoda secara normal yang telah berada didalam tanaman (Dropkin, 1992)
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi tanah, disamping sebagai sumber energin bagi sebagian besar organisme tanah Sebagai sumber bahan organik, bagian-bagian tanaman dapat langsung diaplikasikan ke dalam tanah dalam bentuk segar atau masih hijau (Toto et al, 2003) Bahan organik yang bersifat nematisida yang diberikan ke dalam tanah berpengaruh terhadap penekanan perkembangan nematoda. Hasil dekomposisi dari bahan organik yaitu terbentuknya asam lemak seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat. Asam-asam ini pada konsentrasi tinggi berbahaya bagi perkembangan nematoda (Singh dan Sitaramaiah, 1994).
Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat menekan perkembangan nematoda, hal ini diduga akibat dekomposisi bahan organik secara langsung bersifat racun bagi nematoda. Bahan organik juga mempengaruhi lingkungan tanah yang menguntungkan bagi populasi mikroorganisme kompetitor, mikroflora parasit telur nematoda (Baliadi, 1997).
D.    GEJALAH SERANGAN
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan Meloidogyne spp. adalah adanya benjolan atau puru pada akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman karena fungsi akar yang tidak sempurna. Luc et al. (1995), mengemukakan adanya peningkatan kematian bibit kenaf di lahan karena populasi M. incognita tinggi, sedangkan tanaman yang masih hidup menjadi kerdil dan hasilnya menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Luc et al. (1995) melaporkan bahwa pertanaman yute yang terinfeksi Meloidogyne spp. dengan populasi awal sebesar 2.000 L2 per tanaman, hasil seratnya turun sebanyak 50%. Sementara Dalmadiyo (1988) melaporkan bahwa populasi awal Meloidogyne spp. yang mulai menimbulkan kerugian adalah kurang lebih 40 larva stadia II/100 ml tanah. Kehilangan hasil akibat serangan Meloidogyne spp. pada tanaman kenaf mencapai 19% bahkan lebih apabila serangannya berat dan jika berasosiasi dengan Fusarium sp. Kehilangan hasilnya dapat mencapai 100% (Dempsey,1975; Dalmadiyo et al., 1996), sementara pada tanaman  tomat di Jawa Barat berkisar 20 40% (Semangun, 1988).
E.     PENGENDALIAN
Berbagai usaha dilakukan untuk peningkatan produksi tomat,misalnya pengadaan variets baru,perbaikan pola tanam.Dibalik usaha ini masih banyak kendala yang dihadapi dn masih sulit diatasi,antara lain adanya jasad pengganggu atau patogen. Salah satu patogen yang menyerang tanaman tomat ádalaf nematoda parasit seperti nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) (Singh,1978).
Serangan Meloidogyne spp. pada akar dapat menurunkan produksi sebanyak 15 – 60 persen,bahkan dapat mencapai 70 persen bila tanaman yang terserang rentan (Prihanto,1989).Percobaan menunjukkan bahwa dengan sekitar 500 – 800 larva Meloidogyne spp. per ilogram tanah dapat menurunkan produksi sebesar 40 persen (sastrahidayat,1985).Serangan nematoda sering berassosiasi dengan organisme lanilla, misalnya cendawan dan bakteri (Brown,1980). Khususnya di Indonesia nematoda puru akar pada umumnya dikendalikan dengan penggunaan nematisida Furadan 3 G (Mulyadi,1980) akan tetapi dewasa ini berkembang cara pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan musuh alami dari organisme pengganggu tanaman tersebut. Cara ini dikenal dengan pengedalian secara hayati. Berkembangna pengendalian secara hayati ini hádala dalam mencari alternatif dari pengendalian secara nimia yang acapkali mengakibatkan dampak negatif bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat. Keuntungan dari pengendalian secara hayati antara lain bahwa organisme antagonis jarang menyebabkan perubahan ras dari organisme yang dituju sebagaimana sering terjadi kalau menggunakan pestisida. selain hal tersebut aplikasi organismo antagonis tidak sesering aplikasi pesticida,sebab sekali diberikan maka selanjutnya organismo itu sendiri akan terus aktif selama organisme yang dituju tetap ada (James,1985).
Menurut Sarbini (1993) bahwa beberapa cendawan memperlihatkan prospek dalam mengendalikan nematoda Meloidogynei spp. seperti spesies-spesies dari kelas basidiomycetes dan kelas Deutromycetes antara lain genus Gliocladium dan Paecilomyces.
Pengendalian dengan menggunakan Minoriza vesikular arbuskular juga merupakan salah satu pengendalian secara hayati yang dikembangkan saat ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh Bagyaray (1975) ternyata Glomus fasciculatus dapat menekan ukuran dan jumlah puru yang ditimbulkan oleh M.incognita dan M.javanica pada tanaman tomat.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah statu penelitian untuk mengetahui kemampuan dari mikoriza dan beberapa cendawan rhizosfer untuk mengendalikan penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp.











BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
Semakin tingginya intensitas serangan semakin berat basah akar tetapi semakin rendah berat basah tajuk. Sebab akar yang terinfeksi oleh nematode menyebabkan terganggunya fungi akar dalam penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah sehingga translokasi air dan unsure hara melalui xylem dan floen serta pengedaran hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tubuh tumbuhan terhambat sehingga tmpak hanya berat basah akar yang tinggi sedangkan berat basah tajuknya lebih rendah. Perlakuan yang terbaik untuk mennekan intensitas serangan nematoda pada tanaman tomat adalaha Inokulasi Glomus fasciculatus dan spora Gliocladium sp.
B.     SARAN
Perlu diadakan percobaan lebih lanjut tentang penggunaan cendawan rizosfer dan G. fasciculatus. Pada tanah-tanah non steril untuk mengendalikan nematoda puru akar.











DAFTAR PUSTAKA
Semangun, H. 1988. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 808p.
Sudjindro. 1987. Daya gabung dan heritabilitas beberapa sifat pada tanaman kenaf. Tesis. Fak. Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Agrios, G.N. 1997. Plant pathology. 4th ed. New York: Academic Press.
Sastrahidayat,I.R, 1985. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional.Surabaya. hal 211 – 219

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...