BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Senyawa organik sikloalkana adalah hirokarbon
jenuh dengan atom karbon terikat bersama-sama membentuk sebuah atau lebih
cincin. Biasanya terdiri dari 5 atau 6 karbon, tetapi ada yang lebih banyak.
Biasanya digunakan rumus poligon untuk menggambarkan sikloalkana. Reaksi-reaksi
yang terjadi pada sikloalkana yaitu substitusi umumnya terjadi pada
sikloheksana.
Senyawa hidrokarbon siklik
banyak dijumpai sebagai komponen kimia bahan alam, seperti senyawa terpen
siklik, steroid dan lain-lain. Ujung-ujung rantai suatu hidrokarbon rantai
lurus dapat tergabungkan membentuk satu rantai karbon yang tertutup atau
cincin. Jika atom-atom pembentuk cincin semua terdiri dari karbon, maka dikenal
sebagi alisiklik, namun jika terdapat satu atau lebih atom lain (selain
karbon) sebagai penyusun rantai utama dari cincin tersebut, maka disebut
sebagai heterosiklik. Selanjutnya, apabila rantai karbon siklik yang
bersangkutan berupa hidrokarbon jenuh, disebut sikloalkana, jika
terdapat ikatan rangkap di sebut sikloalkena.
Jika dibandingkan dengan
alkana rantai terbuka dengan jumlah atom karbon yang sama, maka sikloalkana
memiliki atom hidrongen lebih sedikit (kurang dua), dengan formula CnH22n,
menyerupai alkena.
I.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan senyawa hidrokarbonsiklik
- Bagaimana membedahkan antara hidrokarbon siklik dengan hidrokarbon jenuh
- Bagaimana ciri-ciri senyawa siklik
I.3 KEGUNAAN
Setelah mempelajari makalah ini, lebih khusus anda diharapkan dapat :
1
Menjelaskan
tatanama senyawa hidrokarbon siklik
2
Menjelaskan
tentang tarikan dan kestabilan cincin
3
Menjalaskan
tentang isomer geometrik pada sikloalkana
4
Menjelaskan
tentang sikloheksana tersubstitusi
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 SENYAWA HIDROKARBON SIKLIK (SIKLOALKANA)
Ø Tatanama Senyawa Hidrokarbon Siklik
Di bawah ini dipertunjukkan
beberapa senyawa siklik yang sederhana dan tatacara penamaannya. Penulisan
senyawa hidrokarbon siklik yang lazim, adalah dengan menggambarkan satu sistem
siklik tanpa menuliskan atom karbon hidrongennya, kecuali terdapat hetero atom.
Gambar .2.1 Penulisan Hidrokarbon
Siklik, Cara Standar dan Lazim
Penamaan
hidrokarbon siklik didasarkan pada jumlah atom karbon sebagimana hidrokarbon
rantai lurus dan ditambah awalan kata siklo. Penomoran diperlukan jika terdapat
lebih dari satu substituen terikat pada cinciN
Penomoran didasarkan pada
substituen, sedemikian rupa sehingga sustituen berada pada nomor-nomor
terendah, demikan juga ikatan rangkap selalu menjadi patokan awal penomoran.
Sustituen disebutkan lebih awal mendahului nama induk, dan jika terdapat dua
atau lebih sustituen yang berbeda maka masing-masing substituen disebutkan
berturut-turut berdasarkan abjad dilihat dari huruf awal substituen tersebut.
Ø Tarikan dan Kestabilan Cincin
Adolf von Baeyer, kimiawan
Jerman, mengemukakkan teori bahwa senyawa siklik membentuk cincin-cincin datar.
Kecuali siklopentana maka semua senyawa siklik menderita tarikan (tegangan).
Karena sudut-sudut ikatannya menyimpang dari sudut tetrahedral 109o.
Kimiawan tersebut menyatakan bahwa, karena sudut cincin luar biasa kecilnya,
maka siklopropana dan siklobutana lebih reaktif daripada alkana rantai terbuka.
Menurutnya, bahwa siklopentana merupakan cairan yang paling stabil dengan sudut
108o (sangat dekat dengan sudut tetrahedron), selanjutnya
reaktivitas akan meningkat lagi mulai dari sikloheksana dan seterusnya terhadap
cincin yang lebih besar
Gambar 2.2: Struktur Beberapa Senyawa Sikloalkana, Berturut-Turut Siklopropana,Siklobutana,
Siklopentana, Sikloheksana, Siklohepatana, Siklooktana
Ternyata teori bayer tidak
seluruhnya benar. Sikloheksana dan cincin yang lebih besar lagi tidak reaktif
daripada siklopentana. Sekarang telah dipahami bahwa siklohkesana bukanlah
suatu cincin datar dengan sudut ikatan 120o, melainkan suatu cincin
yang dapat tertekuk, sehingga sudut ikatan mencapai sudut ikatan tetrahedron
normal.
a. Siklopropana
Pada senyawa siklik dengan cincin yang lebih kecil
memang terjadi tarikan cincin. Siklopropana adalah senyawa siklik yang paling
reaktif, tegangan dalam dari molekul sangat besar. Ketiga atom karbon
siklopropana berada dalam satu bidang datar, koplanar dengan sudut ikatan C-C-C
adalah 60o jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan sudut ideal
tetrahedron normal.109o, keenan atom hidrongen terletak di atas dan
di bawah bidang, tiga atom hidrongen tersebut berorientasi di atas bidang dan
tiga yang lainnya ke bawah bidang datar molekul. Atom-atom hidrongen yang
terikat pada karbon yang bersebelahan terletak secara eklipsed
Gambar 2.3. siklopropana, dengan Model
Bola-Bola Tongkat
Tegangan cincin yang ditimbulkan oleh
sudut molekul yang kecil mengakibatkan siklopropana dalam reaksinya cendrung
untuk memutuskan cincinya. Kenyataan tersebut dapat dilihat pada reaksi di
bawah ini
Reaksi tersebut menunjukkan
betapa siklopropana tidak stabil sehingga mudah putus (mengalami pembukaan
cincin) membentuk rantai terbuka yang lebih stabil. Siklopropana juga lebih
reaktif pada n-propan.Jika siklopropana diolah dengan hidrogenbromida akan
menghasilkan bromopropana, tipe reaksi ini tidak terjadi pada propana
Setidaknya ada dua faktor yang mengakibatkan
ketidakstabilan siklopropana, yakni:
1)
Terjadinya
tegangan sudut molekul, akibatnya adanya deviasi sudut dibandingkan dengan
sudut tetrahedron. Sudut siklopropana 60o menyimpang jauh dari sudut
109-o,28.
2)
Karena
atom-atom yang terikat pada cincin siklopropana terletak secara eklips satu
terhadap yang lain
b.
Siklobutana
Siklobutana
dengan sudut 90o, juga mengalami ketegangan akibat deviasinya dari
sudut tetrahedron. Siklobutana tidaklah datar, sedikit mengalami tekukan,
akibatnya sudut C-C-C lebih kecil jika dibandingkan dengan apabila molekulnya
dalam keadaan datar.
Gambar 2.4. Siklobutana, dengan Model Bola dan Tongkat
Tekukan
molekul dimaksudkan agar proyeksi atom-atom hidrongen yang terikat pada karbon
yang bertetangga menghindari perhimpitan (konformasi eklipased) dan mendekati
konfromasi staggered.
Sebagaimana
halnya siklopropana, siklobutanapun dapat bereaksi dengan hidrongen membentuk
butana, dan membentuk bromobutana jika direaksikan dengan hidrongen bromida,
reaksi semacam itu tidak dapat terjadi pada n-butana. Hal itupun menunjukkan
bahwa siklobutana lebih reaktif jika dibandingkan dengan n-butana
Meskipun
siklobutana juga stabil karena memiliki tegangan molekul, namun siklobutana
masih lebih stabil dibanding siklopropana
c.
Siklopentana
Siklopentana merupakan senyawa alisiklik yang
paling kecil tegangannya jika atom-atom
karbon dari molekul ini ditempatkan pada bidang datar, maka akan
membentuk suatu segi lima yang beraturan secara sempurna dengan sudut C-C-C
sebesar 108o. Sebagaimana halnya siklobutana maka siklopentanapun
mengalami sedikit tekukan mengikuti kecendrungan atom-atom hidrongennya untuk
mencapai kedudukan staggered antara satu dengan yang lainnya. Akibat dari
tekukan cincin tersebut sehingga sudut molekulnya mengecil, menjadi 105o.
Gambar 2.5. Siklopentana, dengan Model Bola-dan-Tongkat
Siklopentana memiliki sifat yang hampir sama
dengan n-pentana, kecuali bahwa n-pentana memiliki atom hidrongan lebih banyak
(lebih dua) dibanding siklopentana. Meskipun secara kimiawi kedua senyawa ini
kurang reakltif, namun dengan bantuan sinar keduanya dapat bereaksi dengan
halogen melalui reaksi substitusi terhadap satu atom hidrongen atau lebih.
Karena struktur siklik memiliki derajat
kesimetrisan yang tinggi terhadap molekul, maka hanya ada satu jenis
monoklorosiklopentana yang diperoleh dari reaksi tersebut di atas. Disinilah
perbedaan yang menjolok antara siklopentana dengan n-pentana, dimana pada
klorinasi n-pentana dapat menghasilkan tiga macam kloropentana.
d.
Sikloheksana
Seandainya cincin sikloheksana datar, maka sudut
dalam C-C-C adalah 120o dan semua atom hidrongen pada karbon-karbon
cincin akan tereklipskan. Tapi pada kenyataannya bahwa adanya tarikan cincin
yang mengakibatkan adanya tekukan cincin membentukl konformer, sehingga
hidrongen pada sikloheksana dalam posisi stagger. Energi konfermer hasil
tekukan dari sikloheksana lebih rendah daripada energi sikloheksana datar,
karena sudut-sudut sp3 pada konfermer lebih pantas (ditinjau dari sudut 109o,28).
Apalagi tolak-menolak antar hydrogen lebih kecil dalm konformer, sebab setiap
hidrogen berkedudukan stagger (goyang)
Gambar 2.6 . Sikloheksana Dalam Struktur Data dan Tertekuk
Sesungguhnya
cincin sikloheksana dapat memiliki banyak bentuk akibat pelipatan cincin,
sebagai berikut
Gambar 2. 7. Bentuk-Bentuk Pelipatan Cincin
Skloheksana
Pembahasan selanjutnya dalam modul ini mengenai
bentuk sikloheksana, dibatasi hanya pada dua bentuk konformasi yang ekstrim
yakni : Konformasi kursi (chair conformation). dan konformasi
perahu (boat conformation).
Gambar 2.8. Konformasi Kursi dan Perahu
Sikloheksana, Dalam Model Bola-dan-Tongkat dan Proyeksi Newman
Dari kedua konformasi tersebut, yang paling
disukai (lebih stabil) adalah konformasi kursi. Karena semua sudut C-C-C dalam
keadaan normal 109o,28 dan semua proyeksi, posisi atom-atom
hidrogennya dalam keadaan stagger terhadap hidrogen tetangganya secara
sempurna.
Konformasi
perahu tidak mantap (tidak stabil), karena mengalami tegangan dalam molekul
sehingga energinya lebih tinggi. Tegangan dalam molekul tersebut dikenal
sebagai efek sterik (tegangan ruang) yang ditimbulkan oleh karena adanya
penetrasi interaksi elektronik antara dua atom hidrogen puncak yang dikenal
dengan istilah hidrogen tiang bendera, yang masing-masing terikat
sebagai –CH2 pada dua –CH2- puncak cincin yang berposisi
cis. Selain itu, tegangan dalam molekul sikloheksana dalam konformasi perahu
juga disebabkan oleh karena adanya hidrogen yang berkedudukan eklips antara satu
terhadap yang lainnya. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan model
bola-dan-tongkat dan proyeksi Newman.
Konformasi
kursi dapat menunjukkan derajat tiap-tiap atom hidrogen pada sikloheksana. Enam
atom hidrogen lainnya dalam derajat ekuatorial, keenam hidrogen tersebut
terletak searah dengan arah bidang cincin sikloheksana.
Gambar 2.9.`Konformasi kursi
pada sikloheksana yang menunjukkan posisi atom-atom hidrogen aksial dan
ekuatorial
Konformasi kursi dapat berubah menjadi konformasi
kursi yang lain, jika ini terjadi maka atom-atom hidrogennya juga mengalami
perubahan (pertukaran) derajat. Semua hidrogen aksial pada satu konformasi
berobah menjadi hidrogen ekuatorial pada konformasi yang lain. Begitupun
sebaliknya hydrogen ekuatorial pada konformasi kursi yang baru. Kejadian
tersebut menunjukkan bahwa: keenam atom hydrogen pada sikloheksana mengalami
keadaan aksial pada separuh waktu dan mengalami keadaan ekuatoril pada seperuh
waktu yang lain, dengan kata lain masing-masing atom hidrongen dalam sikloheksana
separuh waktu aksial dan separuh waktu ekuatorial
Perubahan
konformasi kursi menuju konformsi kursi yang lain melalui konformasi perahu
sebagai intermediate. Tentu saja intermediate itu tidak stabil, ini dikarenakan
adanya sterik efek yang besar terutama karena gugus-gugus –CH2-
terletak dalam posisi cis (sebidang), akibatnya konformasi perahu ini tidak
disukai.
Gambar 2.10. Peralihan
antara dua konformasi kursi yang stabil dari sikloheksana disertai oleh
perubahan atom-atom hydrogen aksial ke ekuatorial, begitupun sebaliknya
ekuatorial ke aksial, peralihan tersebut melalui konformasi perahu yang tidak
stabil sebagai bentuk antara.
Sebuah
gugus metil jauh lebih meruah daripada hidrogen. Bila gugus metil dalam metil
sikloheksana berada dalam posisi aksial, maka gugus metil tersebut akan saling
berinteraksi atau tolak-menolak dengan dua atom hidrogen yang berkedudukan
aksial, yang terikat pada atom-atom karbon ketiga terhadap posisi gugus metil
tersebut. Interaksi antara gugus-gugus yang berkedudukan aksial, disebut
antaraksi aksial-aksial atau dikenal juga sebagai antaraksi 1,3, interaksi
tersebut akan menaikkan energi, dan mengurangi kemantapan molekul. Tolak
menolak ini akan hilang atau menjadi minimal jika gugus metil tersebut
terhindar dari antaraksi 1,3. jadi konformer dengan gugus metil pada posisi
ekuatorial memiliki energi lebih rendah, lebih stabil.
Pada
suhu kamar, 95% molekul metilsikloheksana berada dalam konformsi dimana gugus
metil berkedudukan ekuatorial.
Gambar 2.11. Gugus metil dalam derajat ekuatorial dan aksial
yang menunjukkan adanya antaraksi 1,3 diaksial pada molekul metilsikloheksana
Makin
meruah gugus yang terikat makin besar selisih energi antara konformasi aksial
dengan ekuatorial. Posisi ekuatorial lebih stabil dan lebih disukai, sehingga
setiap substituen besar pada cincin sikloheksana selalu mengambil posisi
ekuatorial.
II.2 Isomer Geometrik Pada
Sikloalkana
Steroisomer berkenan dengan
molekul-molekul yang memiliki ikatan-ikatan atom yang sama, tetapi berbeda
dalam penyusunan ruang. Isomer geometrik di kenal juga sebagai isomer
cis-trans. Isomer geometrik ini lazim terdapat pada senyawa alkena dan senyawa siklik. Hal ini dimungkinkan
karena kedua golongan tersebut, ikatan-ikatannya tidak dapat berotasi bebas,
lain halnya dengan senyawa alkana yang ikatannya dapat berputar membentuk
konformasi-konformasi sehingga padanya ditemukan isomer geometrik.
Antara isomer cis dan trans berbeda satu
dengan yang lain, baik secara fisik maupun secara kimiawi, sehingga keduanya
dapat dipisahkan.
Sebagai contoh, kita tinjau semua isomer
yang dapat dihasilkan oleh dimetilsiklopentana. Dalam senyawa ini ditemukan dua
macam isomer, yaitu isomer struktur dan isomer geometrik. Kedua atom klor pada
diklorosiklopentana dapat terikat pada atom karbon yang sama menghasilkan
1,1-diklorosiklopentana, maupun terikat pada atom karbon yang berbeda yakni
1,2-dikloropentana atau 1,3-diklorosiklopentana. Antara ketiganya satu dengan
yang lain merupakan isomer struktur. Perhatikan bahwa 1,2-diklorosiklopentana
dan 1,3-diklorosiklopentana masing-masing memiliki dua isomer.
Cis-1,2-dikloropentana jika kedua klor terletak pada bidang, arah yang sama,
sedangkan trans-1,2-diklorosiklopentana jika kedua atom
klor terletak pada arah bidang yang berlawanan. Hal yang serupa juga terjadi pada cis dan trans
1,3-diklorosiklopentana, isomer trans lebih stabil dari pada isomer cis, karena
pada isomer cis.
1.
Sikloheksana tersubtitusi
Jika dua gugus metil terikat pada satu
cincin sikloheksana dapat berkedudukan cis ataupun Trans.
Cincin-cincin disubtituen cis dan trans adalah isomer-isomer geometric yang tak
dapat dirubah dari salah satu menjadi yang lain pada temperatur kamar. Akan
tetapi masing-masing isomer dapat memiliki beberapa konformasi. Sebagai contoh
adalah dua bentuk konformasi kursi dari cis-1,2- dimetilsiklokheksana. Dalam
setiap konformasi kursi yang dapat digambarkan,
selalu terdapat satu metil berkedudukan aksial dan metil berkedudukan
ekuatorial.
Keduanya “Ke bawah” keduanya “ke bawah) keduanya “ ke atas “
Gambar 2.13. Beberapa
persentase berlainan dari senyawa
cis
1,2dimetil sikloheksana
Perhatikan gambar 12 bahwa gugus metil
terikat pada kerbon-1 dan karbon-2 menunjukkan bahwa gugus-gugus metil pada
kedua struktur adalah cis. Perhatikan konformasi sebelah kiri gugus metil pada
C-1 adalah h ekuatorial dan gugus metil pada C-2 adalah aksial (konformasi
a.e). bila cincin membalik maka metil pada C-1 menjadi aksial dan metil pada
C-2 menjadi ekuatorial (konformasi e.a). terlihat pada kedua konformasi bahwa
masing-masing memiliki satu gugus metil ekuatorial dan satu aksial, sehingga
keduanya mempunyai derajat kestabilan yang sama. Kesetimbangan yang berlaku
pada kedua konformer tersebut 50 : 50
Gambar 2.14. Konformer Cis
1.2-dimetilsikloheksana dalam kesetimbangan 50 : 50 ekuatorial-aksial dan
aksial-ekuatorial
Dalam trans 1.2-dimetilsikloheksana kedua gugus metil berada pada sisi yang
berlawanan satu dengan yang lain terhadap bidang cincin. Dalam bentuk kursi
dari trans isomer, satu gugus terikat dengan arah ke atas dan gugus yang lain
terikat dengan arah ke bawah bidang cincin.
Gambar 2.15. Representase
Beberapa Konformasi Yang Berlainadari trans 1.2-dimetilsikloheksana.
Bagaimanapun gugus-gugus trans itu diperagakan,
keduanya selalu berkedudukan aksial (a.a) atau keduanya ekuatorial (e,e).
Pada kedua konformasi gugus metil
berada pada kedudukan trans. Pada kedua konformasi sebelah kiri kedua metil
adalah aksil (a.a), sedangkan pada konformasi sebelah kanan kedua metil
berkedudukan ekuatorial (e.e), konformasi sebelah kanan (e.e) adalah struktur
yang lebih disukai, senyawa trans 1.2-dimetilsikloheksana sehingga keseimbangan
pada keduanya lebih cenderung berlangsung ke arah kanan.
II.3 Hidrokarbon Siklik Dengan
Cincin Besar.
Telah diketahui banyak senyawa hidrokarbon siklik dengan
cincin yang lebih besar dari pada sikloheksana. Senyawa-senyawa tersebut
terjadi secara alami dan banyak diantaranya mempunyai manfaat besar dan nilai
ekonomi tinggi.
Salah satu contoh yang menarik adalah moscon dengan cincin yang
terdiri dari atas 15 atom karbon. Senyawa ini diperoleh dari kelenjar kecil
muskdeer (sejenis musang) jantan yang merupakan suatu attractant (zat penarik)
bagi betinanya. Senyawa ini kemudian banyak digunakan sebagai bahan dasar
wangi-wangian yang mahal.
Civetone
juga merupakan senyawa siklik dengan cincin besar, dalam jumlah yang banyak
berbau tajam dan tidak menyegarkan, akan tetapi jika diencerkan secukupnya akan
mempunyai efek attractant bagi laki-laki terhadap wanita, sama halnya dengan
musang betina terhadap musang jantan. Karena nilai ekonomi senyawa siklik
tersebut semakin tinggi, maka kimiawan mencoba mempelajari sifat-sifatnya dan
mencoba mensintesanya.
II.4 Senyawa Hidrokarbon Siklik
Dengan Cincin Terpadu.
Kadangkala dua cincin menyatu
melalui/terikat pada dua atom karbon yang sama, cincin semacam itu dikenal
sebagai cincin-cincin terpadu. Hidrokarbonsiklik semacam ini banyak
terdapat di alam, dikenal sebagai senyawa bahan alam. Beberapa contoh senyawa
bahan alam dengan cincin terpadu, antara
lain terpena, steroida, alkaloida dan lain-lain.
a. Konformasi
Cincin-cincin Terpadu.
Mengacu pada azas kestabilan struktur molekul,
sebagaimana telah dibahas pada struktur konformasi sikloheksan. Cincin-cincin
terpadupun dapat mengalami tekukan untuk mencapai keadaan yang lebih mantap.
Dekalin mengandung dua cincin sikloheksana yang terpadu, dapat berada dalam bentuk
cis dan trans. Tiga buah cincin sikloheksana yang terpadu, dapat berada dalam
bentuk cis dan trans. Tiga buah cincin
sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana dapat terpadu membentuk
1,2-siklopentanoperhidro penantrene yang merupakan kerangka dasar dari senyawa
steroid dan berbagai hormon
Cincin
dengan enam atom karbon dengan konformasi kursi dapat terpadu secara sempurna
dan terjalin tanpa tegangan. Senyawa congressane yang berbentuk sangkar telah
disintesis oleh seorang kimiawan yang kemudian mendapat penghargaan dari IUPAC
pada tahun 1963. Kalau senyawa tersebut dimodifikasi lebih lanjut dengan
memadukan cincin dengan enam atom ke segala arah sehingga semua atom
hidrogennya terganti oleh karbon dari cincin tersebut sehingga diperoleh karbon
murni, intan. Kekerasan yang tinggi dan kestabilan intan disebabkan oleh
peleburan atom –atom ke dalam cincin sikloheksana dalam jumlah tak terhingga
dan semuanya dalam bentuk kursi yang stabil.
BAB
III
KESIMPULAN
SARAN
III.1 KESIMPULAN
Sikloalkana biasanya ditulis dalam bentuk rumus Poligon. Disubstitusi
sikloalkana mempunyai isomer sis dan trans, suatu bentuk stereoisomer.
Sikloalkana terdapat dalam
bentuk lipatan seperti bentuk kursi dari sikloheksana. Substitusi pada cincin
sikloheksana dapat sebidang (ekuator) atau tegak lurus (aksis) dimana bentuk
equator lebih stabil. Isomer yang paling stabil adalah trans-1,2-dimetil
sikloheksana, karena posisi metil berada pada posisi ekuatorial.
III.2 SARAN
saya berharap agar dalam mata kuliah ini lebih
diperbanyak praktikumnya, sehingga mahasiswa dapat cepat mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Allinger,
N. L. et. al, 1976 Organic Chemistry, 2 nd edition, Worth
Printing, Inc., New York
2.
H.
Hart/Suminar Achmad; (1987), Kimia
Organik, Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
3.
Morrison
& Boyd, 1970., Organic Chemistry,
2nd. Ed., Worth Publishers, Inc.
4.
R.J.Fessenden,
J.S. Fessenden/A. Hadyana Pudjaatmaka (1986). Kimia Organik, terjemahan dari Organic
Chemistry, 3rd Edition), Erlangga, Jakarta
5.
Salomons,
T.W., (1982) Fundamentals of Organic
Chemistry., John Willey & Sons. Inc., Canada
6.
Sabirin
Matsjeh., (1993)., Kimia Organik Dasar I,
Depdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Tinggi
No comments:
Post a Comment