Fungsi Tanah
Sebagai Pelindung Tanaman / Ikan dari Serangan hama dan Penyakit Serta Dampak
Negatif Bahan pencemar
Tanah mempunyai arti penting bagi
tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki fungsi untuk
memberikan unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan air dan sebagai
tempat penampungan (reservoar) air, menyediakan udara untuk respirasi
akar dan sebagai tempat bertumpunya tanaman.
Tanah yang dikehendaki tanaman
adalah tanah yang subur. Tanah yang subur adalah tanah yang mampu untuk
menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan
yang tepat dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.
Pemahaman fungsi tanah sebagai media
tumbuh dimulai sejak peradaban manusia mulai beralih dari manusia pengumpul
pangan yang tidak menetap menjadi manusia pemukim yang mulai melakukan pemindah
tanaman pangan atau non-pangan ke areal dekat mereka tinggal. Pada tahap
berikutnya, mulai berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai penyedia nutrisi
bagi tanaman tersebut, sehingga produksi yang dicapai tanaman tergantung pada kemampuan
tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah).
Dengan berkembangnya areal pemukiman
atau perkotaan, terjadi benturan kepentingan antara kebutuhan lahan untuk
sarana transportasi dan pendirian bangunan dengan kebutuhan lahan pertanian,
yang seringkali menyebabkan tergusurnya lahan pertanian yang produktif
semata-mata karena alasan finansial.
Pada mulanya, tanah dipandang
sebagai lapisan permukaan bumi (natural body) yang berasal dari bebatuan
(natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh
gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolith (lapisan
berpartikel halus). Konsep ini dikembangkan oleh para geologis pada akhir abad
XIX. Pandangan revolusioner menegenai tanah dikembangkan oleh Dokuchaev
di Rusia pada sekitar tahun 1870, berdasarkan hasil pengamatannya terhadap :
1) Perbedeaan-perbedaan berbagai jenis
tanah dijumpai suatu jenis tanah yang sama jika kondisinya relatif sama,
2) Masing-masing jenis tanah mempunyai
morfologi yang khas sebagai konsekuensi keterpaduan pengaruh spesifik dari
iklim, jasad hidup (tanaman dan ternak), bahan induk, topografi dan umur tanah
3) Tanah merupakan hasil evolusi alam yang
bersifat dinamis sepanjang masa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
terjadinya tanah dari batuan induk, menjadi bahan induk tanah, berangsur-angsur
menjadi lapisan tanah bahwa yang akhirnya membentuk tanah atas memerlukan waktu
lama sekali sampai berabad-abad.
Pemahaman tanah sebagai media tumbuh
tanaman pertama kali dikemukakan oleh Dr. H. L. Jones dari Cornell
University Inggris (Darmawijaya, 1990), yang mengkaji hubungan tanah pada
tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis
mungkin. Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologi (edhapos = bahan
tanah subur), namun pada realitasnya kedua definisi selalu terintegrasi. Kajian
Edhapologi ini antara lain meliputi Kesuburan tanah, Konservasi Tanah dan Air,
Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah dan Bioteknologi Tanah,
sedangkan yang merangkum kajian Pedologi dan Edhapologi sekaligus atara lain
meliputi Pengolahan Tanah dan Air, Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Tata Guna
Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Menurut Kemas Ali Hanafiah, tanah
pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai “lapisan
permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya
perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan
udara secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P,
K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologis
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Dasar-dasar ilmu tanah,
2009:4)”.
Atas dasar definisi ini maka tanah
sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama, yaitu :
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran yang mempunyai dua peran utama, yaitu:
a) Penyokong
tegak tumbuhnya trubus (bagian atas) tanaman.
b) Sebagai
penyerap zat-zat yang dibutuhkan tetanaman
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman
untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik selama pertumbuhan maupun
untuk berproduksi, meliputi air, udara dan unsur-unsur hara
3. Penyedia kebutuhan sekunder
tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum,
meliputi zat-zat aditif yang diproduksi oleh biota terutama mikroflora tanah
seperti :
a) Zat-zat
pemacu tumbuh (hormone, vitamin dan asam-asam organic khas)
b)
Antibiotik dan toksin yang berfungsi sebagai anti hama-penyakit tanaman di
dalam tanah
c)
Senyawa-senyawa atau enzim yang berfungsi dalam penyediaan kebutuhan primer
tersebut atau transformasi zat-zat toksik eksternal seperti pestisida dan
limbah industry berbahaya
4. Habitat biota tanah, baik yang
berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan
kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negative
karena merupakan hama-penyakit tanaman.
Fungsi-fungsi tanah yang sedemikian
vitalnya dalam penyediaan bahan pangan, papan dan sandang bagi manusia (juga
bagi hewan) ini membawa konsekuensi bahwa seorang ahli tanah tidak saja
dituntut untuk berpengetahuan tantang tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia
kebutuhan tanaman, tetapi juga harus memahami fungsi tanah sebagai pelindung
tanaman dari serangan hama-penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah
industri berbahaya.
Tanah yang subur memiliki sifat
fisik kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Sifat tersebut
antara lain :
1. Strukutur Tanah
Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang dikehendaki
ialah struktur tanah yang remah. Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara
dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat
memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses
pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
strutur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos,
atau pupuk hijau).
2. pH Tanah
a) Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
b) Derajat keasaman atau pH tanah juga
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah
masam. Banyak ditemukan unsur aluminiun yang selain bersifat racun juga
mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam
unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro, seperti
Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang terlalu besar. Akibatnya juga menjadi racun
bagi tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan juga unsur yang dapat meracuni
tanaman, yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
c) Derajat keasaman atau pH tanah sangat
mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri
dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang dengan baik.
Dapat disimpulkan, secara umum pH
yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (6,5-7). Namun,
kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda-beda
seperti yang tertera.
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan
kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau
fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.
1.
Dampak yang Ditimbulkan Akibat
Pencemaran Tanah
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran
tanah, diantaranya:
1. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung
pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan
karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak,
karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena
pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan
hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan
ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan
ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada
dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
2. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak
terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan
dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat
memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing
yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
No comments:
Post a Comment