Showing posts with label PERTANIAN. Show all posts
Showing posts with label PERTANIAN. Show all posts

Tuesday 10 July 2012

padi kerdil akibat bakteri xanthomonas oryzae




PADI KERDIL BAKTERI XANTHOMONAS ORYZAE

Padi kerdil disebabkan oleh bakteri xanthomonas oryzae kini terjadi di Kecamatan Tanon kabupaten Sragen. Bakteri xanthomonas oryzae itu membuat tanaman padi sulit tumbuh, yang membuat daun padi berubah jadi kuning. Padi yang sudah terserang bakteri xanthomonas oryzae ini tidak menghasilkan bulir padi dan menjadi Padi kerdil.

Padi kerdil juga pernah menyerang di Desa Pringanom Masaran Sragen akibat virus. Padi kerdil di Tanon kisaran 72 hektar (ha). Serangan bakteri xanthomonas oryzae dalam tingkatan sedang, terjadi pada 16 ha lahan tanaman padi, untuk sebanyak 56 ha lahan lain mengalami serangan kategori ringan. Untuk serangan ringan oleh bakteri xanthomonas oryzae adalah 10% daun pada lahan tersebut telah terserang bakteri.

Sejumlah petani menilai kejadian padi tidak tumbuh di sawah mereka disebabkan oleh virus kerdil namun anggapan ini salah, karena di dapatkan penyebab padi kerdil ini adalah bakteri xanthomonas oryzae. Perbedaan dari penyebab penyakit padi kerdil ini berakibat pada penanganannya. Apabila penyebab penyakit padi kerdil adalah virus, maka tanaman padi harus dimusnahkan. Akan tetapi jika disebabkan oleh bakteri, pemusnahan tanaman padi tidak perlu dilakukan.

Serangan bakteri Xampomonas Oryzae dapat diatasi dengan menambah penggunaan unsur hara kalium (K) pada pupuk yang disebarkan disawah. Petani cenderung minim menggunakan pupuk yang mengandung unsur hara K. Sumber unsur K, yaitu pupuk KCL yang akhir akhir ini langka di wilayah Sragen. Kelangkaan pupuk KCL tersebut memicu petani makin banyak memakai pupuk Urea.
clik link di bawah ini untuk memperoleh informasi yang lainnya.

Tuesday 3 July 2012

Kultur Jaringan


Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. 
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional. 
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1)    Pembuatan media
2)    Inisiasi
3)    Sterilisasi
4)    Multiplikasi
5)    Pengakaran
6)    Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.  Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. 
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.  
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.  Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.  Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). 
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. 
( silakan clik di bawah ini untuk melanjutkan membaca )

Tata Niaga Hasil Pertanian


PENDAHULUAN                       

1. Pengertian dan Ruang Lingkup

Pada dasarnya keseluruhan aktivitas ekonomi dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu:
a.    Aktivitas Produksi      b.   Aktivitas Konsumsi     c.    Aktivitas Distribusi

Dari sini terbentuklah tiga sektor kegiatan ekonomi dan terjadi diseluruh kehidupan ekonomi. 
Sektor DISTRIBUSI
Sektor PRODUKSI
Sektor KONSUMSI

Disektor produksi, barang-barang dan jasa dihasilkan, disektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua sektor sangat relative. Ada yang jauh dan ada yang dekat. Umumnya jarak fisik produksi dan konsumsi  hasil pertanian/usahatani relatif cukup jauh,  karena usahatani berada dipelosok desa yang membutuhkan areal yang cukup luas. Sebaliknya barang-barang industri justru diproduksi didekat-dekat kota besar. Termasuk sarana produksi pertanian seperti  pupuk,  pestisida,alat-alat  dan  mesin  pertanian.  Oleh sebab itu jarak ini harus “dijembatani” agar barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen memenuhi azas yaitu tempat, jumlah, waktu, mutu, jenis dan pada tingkat harga yang layak dibayar konsumen. Sektor distribusilah yang merupakan “jembatan” penghubung tersebut. Sektor inilah yang “bertanggung jawab” memindahkan, mengalokasikan, mendayagunakan, menganekaragamkan barang-barang yang dihasilkan disektor produksi. Dan disektor inilah tataniaga berperan.

Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi menimbulkan suatu kesan seolah- olah  orang-orang  yang  bergerak  didalam  bagian  ini  bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen  untuk  dibagi-bagikan  lagi  kepada  konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga) sebaliknya bersifat dinamis karena tata niaga mencakup semua persiapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan perpindahan dan peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi  “perbedaan” penggunaan istilah dengan maksud yang sama.
( clik aja di bawah ini untuk melanjutkan membaca selengkapnya )

Perbedaan Proses Tataniaga Hasil Pertanian dan Hasil Industri


Perbedaan-perbedaan kegiatan produsen hasil-hasil pertanian dengan usaha industri yang telah diuraikan pada tulisan peranan produsen dalam tataniaga pertanian, maka akan menimbulkan perbedaan dalam proses tataniaga, yaitu:
Hasil-hasil pertanian
  1. Permintaan lebih banyak bersifat tidak elastic.
  2. Biaya pengumpulannya amat besar karena tersebarnya tempat-tempat produksi.
  3. Standarisasi dan grading dilakukan setelah produksi atau hasil diperoleh. Jadi, seorang pedagang pengumpul tidak dapat melakukan standarisasi dan grading sebelum ia membeli atau memiliki hasil pertanian yang akan diperdagangkannya.
  4. Petani produsen lebih bersifat pasif (diam) dalam melakukan penjualan dan para pedagang pengumpul yang aktif melakukan pembelian. Dengan demikian, maka sering terjadi pihak pembeli member kredit kepada petani produsen agar produsen dapat terikat untuk menjual hasilnya kepada pihak pembeli.
  5. Pemegang peranan utama adalah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul yang mengumpulkan hasil-hasil pertanian yang tersebar dan dalam jumlah yang kecil dari produsen, kemudian ia menjualnya ke pedagang besar dengan jumlah yang besar.
 Hasil-hasil Industri
  1. Permintaannya lebih bersifat elastis
  2. Biaya pengumpulannya relative sangat kecil
  3. Sebelum diproduksi atau dihasilkan, terlebih dahulu ditetapkan suatu standar. Seorang pedagang pengecer, sebelum ia membeli barang terlebih dahulu menetapkan standar barang yang harus dibeli sesuai kualitas yang dibutuhkan.
  4. Pihak produsen yang aktif mencari pembeli, misalnya dengan cara beriklan atau promosi. Produsen yang akan member kredit kepada pembeli untuk menjamin barangnya akan terjual.
  5. Pemegang peranan utama adalah pedagang perantara “grosir” (wholesaler). Pedagang grosir yang berhubungan dengan produsen dan membeli barang dalam jumlah yang besar kemudian ia menyalurkannya dalam unit-unit kecil kepada pedagang pengecer.

Wednesday 27 June 2012

P2P Palopo

       P2Palopo merupakan suatu organisasi yang bertujuan membangun pertanian menuju ke arah yang lebih baik dengan cara mengurangi pemakaian bahan2 kimia dalam proses produksi bahan pertanian,,,
       P2Palopo sendiri adalah Pemudah Pertanian Palopo, organisasi ini di bentuk oleh 2 orang pemuda yang merasa  ibah melihat kondisi pertanian di zaman modern ini, selain itu mereka juga merasa kasihan karena hampir semua pelaku pertanian memiliki taraf hidup dibawah garis kemiskinan padahal bila di lihat dengan teliti jasa dan sumbangsih para pelaku pertanian sangat besar, sebagai contoh segalah bentuk makanan yan kita konsumsi setiap harinya itu merupakan hasil dari keringat mereka..tapi kenapa mereka hanya di pandang sebelah mata oleh kalangan orang-orang kaya,, padahal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak mereka tidak memandang waktu, entah itu hujan, panas, siang bahkan malam hari,,

pengantar ilmu pertanian

Perkembangan Pertanian dari Zaman ke Zaman

Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang turut menentukan sistem pertanian kuno.  Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan jutu tulis-juru tulis.Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan sistem akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.

Thursday 14 June 2012

Mencangkok Dan Okulasi

Mencangkok Dan Okulasi

Pembibitan dan perbanyakan tumbuhan

Berbagai jenis tanaman sama sama berkembang biak , tapi tanaman berkembang biak dengan cara yang berbeda beda. Perbanyakan tanaman juga memiliki beberapa jenis cara, diantaranya adalah perbanyakan segara genetatif maupun vegetatif.

1. Perbanyakan secara generatif:
   1. Penyerbukan benang sari.
   2. Biji.
2. Perbanyakan secara vegetatif :
   1. Alami
   2. Buatan



Sekarang artikel ini akan membahas tentang cangkok dan okulasi.

Mari kita mencangkok tanaman.
- Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan
   menghilangkan kambium pada cabang atau
   ranting sepanjang 5-10 cm.
- Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki
   akar serabut,bukan akar tunggang.
- Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat
   berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam
   dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan
   induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan
   mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah
   serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan
   tumbuhan yang ditanam dari biji.

Bahan bahannya :
1 Pohon .
2 Pisau tajam.
3 Kantong plastik .
4 Tanah gembur.
5 Air.

Cara mencangkok:
1. Pilih cabang atau ranting yang tidak terlalu tua ataupun
    terlalu muda.
2. Kuliti hingga bersih cabang atau ranting tersebut
    sepanjang 5-10 cm.
3. Kerat kambiumnya hingga bersih, dan angin-anginkan.
4. Tutup dengan tanah, kemudian dibungkus dengan
    plastik atau sabut kelapa. Ikat pada kedua ujungnya
    seperti membungkus permen. Bila menggunakan
    plastik, lubangi plastiknya terlebih dahulu.
5. Jaga kelembaban tanah dengan cara menyiramnya
    setiap hari.
6. Setelah banyak akar yang tumbuh, potong cabang atau
    ranting tersebut, dan tanamlah di dalam tanah.



Mari kita mengokulasi tanaman.

Bahan bahannya:
1 Dua pohon berjenis sama.
2 Pisau tajam.
3 Tali.
4 Tunas tanaman.

Cara mengokulasi:
1. kamu harus memiliki bibit dari biji yang sudah berumur
    6-8 bulan sebagai batang bawah.
2. “Jendela” okulasi dibuat pada ketinggian 10 cm dari
    permukaan tanah dengan ukuran jendela 1 cm x 5 cm
3. Mata entres yang akan digunakan sebagai batang atas
    dipilih dari tunas cabang yang sehat.
4. Ukuran mata entres yang telah diambil dari cabang
    entres dibuat lebih kecil dari ukuran “jendela” okulasi.
5. Kemudian mata entres ditempelkan atau dimasukkan
    didalam jendela, diikat rapat dengan menggunakan tali
    rafia atau plastik.
6. Periksalah okulasi 2-3 minggu kemudian.

Okulasi berhasil tumbuh bila warna tunas tetap hijau. Bila berwarna cokelat berarti okulasi gagal.

Keuntungan dari okulasi :
1 ada beberapa warna di satu pohon .
2 menjadi tanaman yang baru sifatnya.

Contoh tanaman yang bisa diokulasi :

cara mencangkok mangga

cara mencangkok mangga

cara mencangkok mangga Pisau Sabut kelapa atau bisa juga menggunakan plastik Tali untuk mengikat, sahabat bisa menggunakan tali rafia atau tali plastik Tanah yang dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan 1 : 1 Adapun langkah-langkah mencangkok mangga adalah sebagai berikut : Pilihlah cabang atau dahan tanaman yang tidak terlalu muda atau tua. Yang sedang-sedang saja Kupas cabang atau dahan hingga bersih dari kulit dan lendir kira-kira sepanjang 4-9 cm Bungkus luka dengan tanah yang telah dicampur pupuk kandang. Kemudian dibungkus dengan sabut kelapa atau dengan plastik. Catatan : Bila menggunakan plastik lubangi bagian bawah supaya peredaraan air lancar saat penyiraman atau pada saat terkena hujan 4. Siram cangkokan mangga setiap pagi dan sore, serta jaga kelembapannya, jangan tertalu kering dan terlalu basah 5. Setelah akarnya tumbuh banyak potong dari induknya, dan tanam cangkokan mangga tersebut ditempat yang teduh, biasanya memakan waktu sekitar 1 1/2 bulan Demikian posting serba serbi tentangcara mencangkok mangga semoga bermanfaat cara mencangkok mangga

Klasifikasi dan Budidaya Salak


Salak
Salacca zalacca (Gaertn.) Voss
Sinonim
Salacca edulis Reinw


Nama umum
Indonesia:Salak
Inggris:Salak palm, snake fruit, snake-skinned fruit
Melayu:Salak
Thailand:sala, rakam, rakum
Cina:She pi guo
Jepang:Sarakka yashi
Salacca zalacca
Salak

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Salacca
                                     Spesies: Salacca zalacca (Gaertn.) Voss

Kerabat Dekat
Salak Aceh

S A L A K
( Salacca edulis )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa tanaman salak (Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji salak dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.
2. JENIS TANAMAN
Di dunia ini dikenal salak liar, seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S. magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu, masih dikenal salak liar lainnya seperti Salacca rumphili Wallich ex. Blume yang juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar (populer di Thailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan. Kumbar ini tidak berduri, bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman),monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).
Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir, salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu mempunyai nilai komersial yang tinggi.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk dibuat manisan.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman salak banyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, NTB dan Kalimantan Barat.
5. SYARAT PETUMBUHAN
5.1. Iklim
1. Tanaman ssalak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun dan C : 5-7 bulan/tahun.
2. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi.
3. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
4. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.
5.2. Tanah
1. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
2. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 – 7,5. Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).
Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan.
Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif:
a) dapat dikerjakan dengan mudah dan murah
b) diperoleh bibit yang banyak
c) tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lama
d) untuk transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudah
e) tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan rebah dan kekeringan
f) memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan.
Kekurangan perbanyakan secara generatif:
a) kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk karena mungkin terjadi penyerbukan silang
b) agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.
1) Persyaratan Bibit
Untuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yang akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :
a) Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.
b) Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.
c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.
d) Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.
e) Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit.
f) Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.
2)Penyiapan Bibit
a) Bibit dari Biji:
1. Biji salak dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat.
2. Rendam dalam air bersih selama 24 jam, kemudian dicuci.
b) Bibit dari Anakan
1. Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik
2. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Bibit dari Biji
1. Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong plastik yang sudah dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di tempat teduh dan lembab sampai kecambah berumur 20-30 hari
2. Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5 gram, tiap 2-3 minggu sekali
3. Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap hari
b) Bibit dari Anakan dengan pesemaian bak kayu:
1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan
2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal 15-20 cm
3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm
4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan menghadap ke Timur
5. Benih direndam dalam larutan hormon seperti Atonik selama 1 jam, konsentrasi larutan 0,01-0,02 cc/liter air
6. Tanam biji pada bak pesemaian dengan jarak 10 x 10 cm
7. Arah biji dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata tunas berada dibawah.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit dipindahkan ke polibag.
Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan tepat di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok
5) Pemindahan Bibit
Untuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6 bulan bibit baru bisa dipindahkan ke lapangan.
Pengolahan Lahan
1) Persiapan
Penetapan areal untuk perkebunan salak harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.
2) Pembukaan Lahan
a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Taman
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 4 m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang dapat juga dibuat 50 x 50 x 40 cm, dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 kg.
2) Cara Penanaman
Biji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3- 4 biji per lubang. Sebulan kemudian biji mulai tumbuh
3) Lain-lain
Untuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawah tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanaman peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Untuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawah tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanaman peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah mulai rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada bulan ke 4 atau ke 5.
Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru ditanam, tetapi mati atau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya terlalu banyak tanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu tanaman cadangan (biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan, yang seumur dengan tanaman lainnya. Awal musim hujan sangat tepat untuk melakukan penyulaman. Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakan sebagian tanah yang menutupi daerah perakarannya. Sewaktu membongkar tanaman, bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik agar aka-akar di bagian dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.
2. Penyiangan
Penyiangan adalah membuang dan memebersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.
3. Pembubunan
Sambil melakukan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan pembumbunan tanah ke pokok tanaman salak. Hal ini dilakukan untuk menghemat ongkos kerja juga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang digemburkan dicangkul membentuk gundukan atau bumbunan yang berfungsi untuk menguatkan akar dan batang tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan jangan sampai merusak parit yang ada.
4. Perempalan/Pemangkasan
Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga daun yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah (perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun sehingga kebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang lancar diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanya ke daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau bagian generatif secara seimbang.
Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali, tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1 kali.
Apabila dalam rumpun salak terdapat beberapa anakan, lakukanlah pengurangan anakan menjelang tanaman berbuah. Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1 atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal 3-4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dari itu anakan akan mengganggu produktivitas tanaman.
Pemangkasan daun salak sebaiknya sampai pada pangkal pelepahnya. Jangan hanya memotong setengah atau sebagian daun, sebab bagian yang disisakan sebenarnya sudah tidak ada gunanya bagi tanaman.
Pemangkasan pada saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas sebaiknya menggunakan golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuh baik dan optimal.
5. Pemupukan
Semua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi tambahan unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman disebut pupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman (pupuk akar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tanaman (pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung darah dan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil, Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik yang sering diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang.
Umur tanaman :
a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl 5 gram.
b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.
c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.
d) 36–dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.
6. Pengairan dan Penyiraman
Air hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujan agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar akan hilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil saja yang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhan akan air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan jumlah yang sesuai.
7. Pemeliharaan Lain
Setelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu untuk menjaga agar tanaman tidak roboh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1. Kutu wol /putih (Cerataphis sp.)
Hama ini bersembunyi di sela-sela buah.
2. Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp..)
3. Kumbang penggerek batang
Menyerang ujung daun yang masih muda (paling muda), kemudian akan masuk ke dalam batang. Hal ini tidak menyebabkan kematian tanaman, tetapi akan tumbuh anakan yang banyak di dalam batang tersebut.
Pengendalian: dimatikan atau dengan cara meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 cc per liter pada ujung daun yang terserang atau dengan cara menyemprot. Dalam hal ini diusahakan insektisida dapat masuk ke dalam bekas lubang yang digerek.
Memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibuat kumbang hingga mengenai hama.
4. Babi hutan, tupai, tikus dan luwak
Pengendalian: (1) untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan dengan penembakan khusus, atau memagari kebun salak dengan salak-salak jantan yang rapat. Akan lebih baik lagi kalau memagari kebun salak dengan kawat berduri; (2) untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lainlain; (3) untuk memberantas Luwak dan Tupai, dapat digunakan umpan buah pisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih 0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang tersebut dijahit dan dijadikan umpan.
7.2. Penyakit
1. Penyakit yang sering menyerang salak adalah sebangsa cendawan putih,
Gejala: busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadi menurun, karena warna kulit salak jadi tidak menarik.
Pengendalian: mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung.
2. Noda hitam
Penyebab: cendawan Pestalotia sp.
Gejala: adanya bercak-bercakhitam pada daun salak.
3. Busuk merah (pink)
Penyebab:cendawan Corticium salmonicolor.
Gejala:adanya pembusukan pada buah dan batang.
Pengendalian: tanaman yang sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di tempat tertentu.
7.3. Gulma
Di beberapa tempat di Pulau Jawa, lahan salak dibangun di bekas persawahan. Sehingga otomatis gulma yang merajai kebun adalah gulma-gulma yang biasa terdapat di sawah. Karena lahan sawah yang biasa tergenang air dikeringkan dan dibumbun tanahnya maka gulma yang mampu bertahan adalah gulma berdaun sempit dan tumbuh menjalar yang sedikit sekali terdapat di sawah. Gulma yang berbatang kurus tegak, berdaun panjang yang umumnya di persawahan kurang mampu bertahan. Itulah sebabnya mengapa gulma di lahan bekas persawahan relatif lebih sedikit. Pengendalian secara manual dengan dikored atau dicangkul pun sudah memadai.
Pemberantasan gulma secara kimia di kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan. Untuk lahan yang tidak seberapa luas, para petani masih menggunakan cara manual (mencabuti rumput-rumputan dengan tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahan salak cukup luas, serta baru dibuka, gulma yang terdapat tentu banyak sekali dan sulit diberantas hanya dengan cara manual. Untuk situasi seperti ini perlu menggunakan herbisida, sebab biaya tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebih cepat. Reaksi bahan kimia dalam membunuh tanaman liar juga sangat cepat. Herbisida memiliki pengruh negatif, sebab racun yang dikandungnya dapat membahayakan mahluk hidup lain termasuk ternak dan manusia. Herbisida yang akan digunakan perlu sesuai dengan jenis gulma yang akan diberantas. Pilihan yang kurang tepat akan memboroskan biaya. Gulma dari golongan rumput-rumputan dapat dibasmi dengan herbisida Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Dari golongan teki-tekian dapat diberantas dengan Goal. Alang-alang dapat dibasmi dengan Round-up atau Sun-up. Sedangkan tanaman yang berdaun lebar dapat diatasi dengan Fernimine. Ada juga herbisida yang dapat memberantas beberapa jenis gulma.
8. P A N E N
Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasa sepet dan tidak manis. Maka pemanenan dilakukan dengancara petik pilih, disinilah letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah tua tetapi belum masak.
8.1. Ciri dan Umur Panen
PBuah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yang sudah tua, menurut sumber lain adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.
8.2. Cara Panen
Cara memanen: karena buah salak masaknya tidak serempak, maka dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.
8.3. Periode Panen
Tanaman salak dalam masa panennya terdapat 4 musim:
1) Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari
2) Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli
3) Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.
4) Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober. Bila pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah slandren. Menurut sumber lain panen besar buah salak adalah antara bulan Oktober – Januari.
8.3. Perkiraan Produksi
Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar.
9. PASCA PANEN
Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen.
9.1. Pengumpulan
Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Sortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. uga bertujuan untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah.
Grading/penggolongan bertujuan untuk:
a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas)
b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas
c) mendapatkan harga yang lebih tinggi
d) merangsang minat untuk membeli
e) agar perhitungannya lebih mudah
f) untuk menaksir pendapatan sementara.
Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan golongan sendiri-sendiri.
a) Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah)
b) Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)
c) Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 – 30 buah)
d) Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.
9.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak.
Pengemasan untuk buah segar:
a) alat pengemas harus berlubang
b) harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luar
c) dapat diangkut dengan mudah
d) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.
Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipastursasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.
Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan:
a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi.
c) Harapan adanya keuntungan yang cukup dengan menggunakan fasilitas pengangkutan yang memadai.
10. STANDAR PRODUKSI
10.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan salak.
10.2. Diskripsi
Salak adalah buah dari tanamn salak (Salacca adulia Reinw) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih. Standar mutu salak di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3167-1992.
10.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Jenis mutu salak dalam tiga ukuran, yaitu ukuran besar, sedang dan kecil. Berdasarkan berat, masing-masing digolongkan menjadi dua jenis mutu yaitu Mutu I dan Mutu II, ukuran besar, berat 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang, berat 33 – 60 gram per buah dan ukuran kecil, berat 32 gram atau kurang per buah.
a) Tingkat Ketuaan: mutu I seragam tua, mutu II tidak terlalu matang, cara uji organoleptik
b) Kekerasan: mutu I keras, mutu II keras, cara uji organoleptik
c) Kerusakan Kulit Buah: mutu I kulit buah utuh, mutu II utuh , cara uji Organoleptik
d) Ukuran: mutu I seragam, mutu II seragam, cara uji SP-SMP-310-1981
e) Busuk (bobot/bobot) : mutu I 1%, mutu II 1 %, cara uji SP-SMP-311-1981
f) Kotoran: mutu I bebas, mutu II bebas, cara uji organoleptik
10.4. Pengambilan Contoh
1) Salak Dalam Kemasan
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat d bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 2 kg dari bagian atas,tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah kemasan dalam partai (lot): s/d100, contoh yang diambil 5.
2. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 101-300 contoh yang diambil 7.
3. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 301-500 contoh yang diambil 9.
4. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 501-1000 contoh yang diambil 10.
5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) >1000 contoh yang diambil min 15.
2) Salak dalam Curah (in bulk)
Contoh diambil secara acak sesuai dengqan jumlah berat total seperti terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil bagian atas, tengah, bawah serta berbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.
1. Jumlah berat lot (kg): < 200, contoh yang diambil <10.
2. Jumlah berat lot (kg): 201–500, contoh yang diambil 20.
3. Jumlah berat lot (kg): 501–1000, contoh yang diambil 30.
4. Jumlah berat lot (kg): 1.001–5.000, contoh yang diambil 60.
5. Jumlah berat lot (kg): > 5.000, contoh yang diambil min. 100.
10.5 Pengemasan
Salak dikemas dalam besek, keranjang bambu, peti kayu ataupun kemasan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 40 kg. Daun kering, kertas atau bahan lain dapat dipakai sebagai penyekat. Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya.
Dibagian luar keranjang/kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain :
a) Nama barang
b) Jenis mutu
c) Nama/kode perusahaan/eksportir
d) Golongan ukuran
e) Berat bersih
f) Produksi Indonesia
g) Negara/tempat tujuan
h) Daerah asal
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Balai Informasi Pertanian. (1992). Budidaya Tanaman Salak. LIPTAN Lembar Informasi Pertanian. Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Nopember.
2. Balai Informasi Pertanian (1994-1995). Pembibitan Tanaman Salak. LIPTAN. Lembar Informasi Pertanian. Sumatera Barat.
3. Departemen Pertanian. (1995). Salak Pondoh. Proyek Informasi Pertanian. Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Sunarjono, Hendro. (1998). Prospek Berkebun Buah. Jakarta, Penebar Swadaya.
5. Tim Penulis Penebar Swadaya. (1998). 18 Varietas Salak: Budidaya, Prospek Bisnis, Pemasaran. Jakarta, Penebar Swadaya.

Budidaya Murbei

Budidaya Murbei


I. PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Persuteraan alam adalah kegiatan agro-industri yang meliputi pembibitan ulat sutera, budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, pertenunan, pembatikan/ pencelupan/ pencapan/ penyempurnaan, garmen dan pembuatan barang jadi lain termasuk pemasarannya. Pengembangan persuteraan alam pada tingkat hulu diarahkan pada pemanfaatan lahan produktif, lahan kritis (murbei sebagai tanaman konservasi tanah dan air) dan lahan yang belum dimanfaatkan secara komersial, baik milik masyaraka
t maupun pemerintah. Dalam budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera diperlukan dukungan sarana dengan teknologi tepat guna agar menghasilkan kokon berkualitas tinggi sehingga
mampu menghasilkan benang sutera bermutu tinggi pula.

Kegiatan persuteraan alam bersifat padat karya yaitu menyer
ap tenaga kerja banyak dan dapat dilakukan oleh laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak. Selain itu alam dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan menggerakan ekonomi kerakyatan di pedesaan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di pedesaan.

Pengembangan persuteraan alam penting dilakukan karena :

1. Memiliki backward-lingkages dan forward-lingkages yang cukup panjang,
2. Menyerap tenaga kerja terdidik maupun kurang terdidik untuk budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera hingga industri pengolahan (
pemintalan, pertenunan pembatikan, pencelupan, pencapan, penyempurnaan dnan garmen), promosi, pemasaran dan pasca penjualan
3. Menghasilkan nilai tambah tinggi dengan rantai nilai yang panjang mulai dari kegiatan di bagian hulu hinggi hilir
4. Meningkatkan pendapatan daerah dan devisa
5. Melibatkan berbagai instansi terkait, pelaku usaha dan masyarakat luas.

Budidaya tanaman murbei merupakan dasar dari persuteraan alam, karena budidaya murbei menghasilkan pakan ulat sutera. Budidaya tanaman murbei merupakan kegiatan usaha dari mulai pembibitan, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, pa
nen dan pasca panen tanaman murbei yang dilakukan secara intensif dengan memperhatikan konservasi tanah dan air. Tujuannya adalah memproduksi daun murbei untuk pakan ulat sutera dengan produksi daun banyak dan kualitas nutrisi/ gizi tinggi. Sistem penanaman yang dilakukan monokultur atau polikultur/ tumpang sari

Kondisi Pertanaman Murbei di lapangan antara lain :Tanaman kurang perawatan, Produksi daun rendah, dan Kualitas daun kurang optimal, sedangtkan potensinya
antara lain : Tanaman murbei harus dipelihara secara intensif, Produksi\daun mampu mencapai 2 – 3 kg/tanaman/ pangkasan dan Kualitas daun baik. Tanaman murbei jika dibudidayakan tidak intensif maka produksi dan kualitas daun murbei kurang optimal, perkembangan tanaman lambat, kapasitas pemeliharaan ulat sedikit dan produksi dan kualitas kokon kurang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha persuteraan alam salah satunya budidaya murbei. Budidaya murbei menghasilkan pakan yang mempen
garuhi 38,2 % keberhasilan usaha pemeliharaan ulat sutera selain jenis ulat 4,2%, klimat: 37,0%, kualitas telur: 3,1%, teknik pemeliharaan ulat: 9,3% dan faktor lain: 8,2%


1.2. Masalah dalam Budidaya Murbei

Dalam budidaya tanaman murbei di Indonesia terdapat beberapa masalah antara lain :

Budidaya tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat
sutera belum dilakukan secara intensif
Budidaya tanaman murbei dilakukan sebagai usaha sampingan
Jenis murbei yang ditanam belum seluruhnya unggul
Produktivitas dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera masih rendah
Bibit yang digunakan tidak jelas kualitasnya
Lokasi penanaman kurang sesuai
Lahan kekurangan air/ tadah hujan
Kualitas tanaman kurang baik

1.3. Tujuan Budidaya Murbei

Meningkatkan produktivitas tanaman agar/pakan ulat sutera tersedia secara rutin
Meningkatkan kualitas pakan ulat sutera
Meningkatkan pendapatan petani

1.4. Sasaran

Persediaan pakan ulat sutera banyak
Daun/ pakan berkualitas
Kandungan nutrisi/ protein tinggi
Umur daun cukup

1.5. Prinsip Budidaya Murbei

Menggunakan bibit bermutu
Pengolahan tanah yang baik
Pengairan yang cukup
Pemupukan yang efektif dan efisien
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
Panen
Pasca Panen


II. PERMASALAHAN DALAM PERSUTERAAN ALAM NASIONAL

2.1. Kebijakan

1. Belum ada sistem yang menjadi acuan dalam pengembangan persuteraan alam nasional
2. Belum ada model yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan persuteraan alam
3. Belum ada pembinaan dan pengembangan persuteraan alam nasional yang terarah dan berkesinambungan
4. Belum ada koordinasi yang terpadu antara instansi pembina dan para stakeholder.

2.2. Produk Sutera

1. Daya saing produk sutera nsional masih rendah dibandingkan dengan produk sejenis dari negara produsen lain
2. Teknologi yang digunakan masih tradisional dan sederhana
3. Proses produksi belum ekonomis
4. Jenis produk sutera masih terbatas
5. Standar Nasional Indonesia untuk kokon belum diterapkan
6. Produksi telur ulat sutera mutunya tidak stabil dan terbatas

2.3. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Pengetahuan petani dalam budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera masih terbatas
2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan perajin dalam pemintalan benang dan pertenunan terbatas
3. Perajin sutera masih sangat tergantung pada para pedagang dalam memasarkan hsil produksinya
4. Pendapatan petani dan perajin untuk mencukupi kebutuhan keluarga masih sangat terbatas

2.4. Kelembagaan

1. Fungsi dan peran Masyarakat Persuteraan Alam Indonesia (MPAI) masih terbatas serta lemah dalam membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi anggotanya
2. Koperasi/Kelompok tani/Kelompok perajin sebagai wadah kegiatan usaha belum berfungsi optimal
3. Lembaga pendukung seperti bank dan non bank, litbang, asosiasi pengusaha dan perguruan tinggi mempunyai program sendiri-sendiri sehingga kurang terintegrasi dalam pengembangan persuteraan alam.

2.5. Budidaya Tanaman Murbei

1. Budidaya tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat sutera belum dilakukan secara intensif
2. Budidaya tanaman murbei dilakukan sebagai usaha sampingan
3. Jenis murbei yang ditanam belum seluruhnya unggul
4. Produktivitas dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera masih rendah


2.6. Pemeliharaan ulat sutera

1. Petani kurang memahami perilaku ulat sutera
2. Dalam pemeliharaan ulat sutera kedisiplinan dan ketelitian kurang
3. Petani kurang menyadari pentingnya sanitasi lingkungan dalam pemeliharaan ulat sutera
4. Petani belum mampu menetaskan dan memelihara ulat kecil sendiri
5. Produktivitas dan kualitas kokon masih rendah

Berdasarkan kondisi dan permasalahan dalam persuteraan alam, maka untuk menghasilkan sutera alam berkualitas tinggi harus dimulai dari awal, yaitu budidaya tanaman murbei. Produktivitas dan kualitas kokon ulat sutera serta benang sutera sangat dipengaruhi oleh kondisi pakan yang berupa daun murbei. Kuantitas dan kualitas daun murbei dipengaruhi oleh jenis murbei, kualitas bibit, teknik budidaya yang intensif. Sedangkan kuantitas dan kualits benang sutera selain dipengaruhi teknik budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera, juga sangat dipengaruhi oleh teknologi reeling dan re-reeling yang mutekhir serta mesin modern yang dapat menghasilkan benang sutera yang berkualitas baik sehingga mampu bersaing di pasar international.


III. TANAMAN MURBEI


3.1. Deskripsi Tanaman Murbei
Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m diatas ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini mempunyai banyak jenis. Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai percabangan banyak. Daun tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum.

Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Kertu ( Sumatra Utara), Gertu (Sulawesi) Kitaoc (Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei (Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa (Italia) dan Murles (Perancis).

Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit.

Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati. Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing (diuretik ), mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.

Buah rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan ginjal. Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek tonik pada jantung.

Kulit akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya sebagai antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak (detumescent).

Ranting rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral.

a. Bentuk Tanaman
Tanaman murbei berbentuk semak/ perdu, tingginya dapat mencapai 5 m – 6 m, tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m – 25 m.

b. Batang
Batang tanaman murbei warnanya bermacam-macam, tergantung speciesnya, yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak dengan arah dapat tegak, mendatar dan menggantung. Batang, cabang dan ranting tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.
c. Daun
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam, tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, ada yang berlekuk dan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada halus mengkilap, ada juga yang kasab dan agak kasab.

d. Bunga dan Buah
Bunga murbei berumah satu (monoecious) atau dua (dioecious). Bunga jantan dan betina masing-masing tersusun dalam untaian terpisah.

Buah murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu muda, berwarna kuning kemerahan pada waktu agak tua dan merah sampai ungu kehitaman jika sudah tua.

e. Akar
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek perakarannya mampu tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang hingga mencapai ke dalaman 10 cm – 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar tanaman murbei yang berumur tua mampu menembus ke dalaman lebih dari 300 cm

3.2. SISTEMATIKA TANAMAN MURBEI :

Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Urticalis
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Species : Morus sp.

3.2.1. Varietas Murbei

Di Indonesia ada kira-kira 100 lebih jenis/ varietas murbei, tetapi yang dikenal ada 6 jenis yaitu :

· Morus cathayana
· Morus alba
· Morus multicaulis
· Morus nigra
· Morus australis
· Morus macruora

Dari keenam jenis tersebut, jenis yang dianjurkan ditanam karena keunggulannya, baik produktivitas maupun kualitas daunnya adalah Morus cathayana, Morus alba, Morus multicaulis, Morus kanva (dari India), SHA 4 X LUN 109 (Cina), Morus multicaulis (Cina`2) dan Morus alba (Calafat). Jenis-jenis tersebut sudah beradaptasi cukup baik dengan kondisi lingkungan di Indonesia

3.2.2. Beberapa Varietas Tanaman Murbei


Beberapa varietas tanaman murbei yang tumbuh dan berkembang dengan baik di Jawa Barat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Varietas Tanaman Murbei di Jawa Barat

No
Varietas
Species
Negeri asal
Tinggi dpl
1
Kanva-2
M. bombycis
India
400 -1200
2
Cathayana
M. alba
Jepang
200 - 500
3
Multicaulis
M. multicaulis
Jepang
700 - 1200
4
Lembang
M. bombycis
Indonesia
200 - 500
5
Khunpai
M. bombycis
Tailand
200 - 500

3.3. Syarat tumbuh tanaman murbei

3.3.1. Tanah

¨ Tanaman murbei tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
¨ Tinggi tempat antara 300 s/d 800 meter dpl.
¨ Tanah subur, pH tanah 6,5 – 7
¨ Aerasi dan drainase tanah baik dengan solum tanah minimum 50 cm
¨ Dapat diairi, tapi tidak ada genangan air.


3.3.2. Iklim

¨ Sinar Matahari penuh dari pagi hingga sore.
¨ Curah hujan antara 2.500 s/d 3.000 mm/ tahun terbagi merata yaitu 8 bulan basah 4 bulan kering.
¨ Temperature 23 o C – 30 o C.
¨ Kelembaban udara 65 – 90 %


Tabel 2. Kapasitas Produksi Beberapa Jenis Tanaman Murbei

No
Varietas
Produksi (ton/ha)
Sebaran
Asal
1
Multicaulis
10-12
Jabar
Jepang
2
Kanva
12-18
Jabar, Sulsel
India
3
Nigra
5-8
Sulsel

4
Katayana
12-10
Jabar, Sulsel

5
Alba
8-10
Sulsel




3.4. Mutu Daun Murbei

Kualitas daun murbei sebagai makanan ulat sutera sangat dipengaruhi antara lain :

a. Jenis Murbei
Masing-masing jenis murbei mempunyai kandungan unsur kimia yang berbeda secara alami, untuk itu ada jenis yang diunggulkan.

b. Kesuburan Tanah dan Derajat Keasaman Tanah.
Kesuburan tanah jelas akan sangat berpengaruh terhadap mutu daun murbei yang dihasilkan. Derajat keasaman tanah (pH) <>

c. Lama Sinar Matahari Menyinari Kebun Murbei
Kebun murbei yang mendapat sinar matahari sepanjang hari dari pagi sampai sore akan menghasilkan daun murbei yang berkualitas baik.

3.5. Komposisi Nutrisi Daun Murbei

Komposisi kimia daun murbei di Indonesia dan kakuso dari Rumania yang diteliti oleh Dr.Alexandra Matei pada tahun 1996 sebagai berikut :

Tabel 3. Komposisi Kimia Daun Murbei Indonesia dan Rumania

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...