BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang sedang berkembang dibanding dengan negara-negara lain
yang telah maju seperti Amerika Serikat. Sebagai negara berkembang tentunya
akan terus berbenah diri dalam pembangunan bangsa untuk mengejar ketertinggalan
dari negara lain. Upaya ini dilakukan agar negara Indonesia dapat memiliki daya
saing dengan negara lain.
Hasil belajar siswa di sekolah-sekolah beragam, ada
yang tinggi, sedang dan rendah. Keberagaman hasil belajar tersebut disebabkan
oleh tingkat kemampuan memahami pelajaran atau tingkat kesulitan belajar yang
di alami oleh peserta didik. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, mungkin faktor dari diri siswa itu sendiri (faktor intern) dan
faktor dari luar (faktor ekstern). Kesulitan belajar siswa tersebut tentu juga
di alami oleh siswa dalam mempelajari pelajaran matematika. Sebagai contoh
banyak siswa yang menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang paling sulit
dan menyeramkan sehingga mereka tidak termotivasi untuk mempelajari matematika
dan hasil belajar pun menurun.
Masalah
di atas tentu menjadi tantangan dan tanggung jawab bersama antara guru atau dosen dan siswa atau mahasiswa di setiap jenjang pendidikan.
Untuk itu, dibutuhkan suatu informasi tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau mahasiswa. Oleh karena itu, penulis berniat untuk menyusun
makalah yang berjudul “Kesulitan Belajar Matematika yang dialami oleh Siswa”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
mengangkat masalah-masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
Apakah yang dimaksud dengan belajar dan kesulitan
belajar?
Bagaimanakah karakteristik anak berkesulitan belajar
matematika?
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan
belajar?
Bagaimana solusi agar siswa agar mudah dalam belajar
matematika?
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pengertian
Belajar dan Kesulitan Belajar
Ada
beberapa teori yang mengungkapkan pengertian belajar dengan meninjau dari
bermacam-macam sudut pandang.
Morgan
dalam Syamsiah Badruddin (2008:3)
mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan
pengalaman. Sedangkan Ibnu Umar dalam Syamsiah Badruddin memberi pengertian : “learning is relatively permanent change is
a behavioral patentiality permanent wich occours as the result of countinous,
reinforced practice”. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
potensi tingkah laku yang terjadi sebagai hasil yang berkesinambungan, praktek
yang diperkuat.
Selaras dengan pendapat di atas,
Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.
Sedangkan Sadirman (1996:10) dalam
bukunya mengemukakan tentang pengertian belajar adalah berubah. Dalam hal ini
yang dimaksud belajar adalah usaha merubah segala aspek organisme dan tingkah
laku seseorang.
Dari
beberapa pendapat oleh para ahli tentang pengertian belajar yang telah
dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas seseorang melalui proses pendidikan dan latihan, sehingga menimbulkan
terjadinya beberapa perubahan dan perkembangan pada dirinya baik pengetahuan,
tingkah laku, dan keterampilan untuk menuju kearah yang lebih baik.
Dalam
proses belajar mengajar disekolah, baik Sekolah Dasar (SD), sekolah menengah,
maupun perguruan tinggi seringkali ada dijumpai beberapa siswa/ mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah kesulitan dalam
belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran.
Kesulitan
belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah (kelainan
mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor noninteligensi. Dengan
demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Warkitri
dkk (1990:83) mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak
pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding dengan prestasi
yang dicapai sebelumnya.
Sedangkan
Clement dalam M. Ali Hanafi (2010:8) menyatakan kesulitan belajar adalah
kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas
rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang
berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa,
memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi
sensori motorik.
Jadi,
kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
2. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar
Matematika
Kesulitan
belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang
memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem syaraf pusat.
Menurut
Lerner (1981: 35) dalam Ehan, ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan,asosiasi
visual motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan
penghayatan tubuh, kesulitan dalam bahasa dan membaca, scor performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal IQ.
a.
Gangguan hubungan
keruangan
Konsep
hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat, tinggi rendah,
depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak sebelum masuk SD,
namun bagi anak berkesulitan belajar matematika memahami konsep-konsep tersebut
mengalami kesulitan karena kurang berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang
mendukung, selain itu juga adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak.
Karena adanya gangguan tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak
angka-angka dan garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu
bahwa angka 2 lebih dekat ke angka 3 daripada ke angka 8.
b.
Asosiasi visual motor
Anak
berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda-benda secara
berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua tetapi mengucapkan empat
atau anak mungkin telah memegang benda yang ketujuh tetapi baru mengucapkan
enam.
c.
Kesulitan mengenal dan
memahami simbol
Anak
berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal,
memahami dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+), (-), (X), (:),
(÷), (=), (<), (>), (%), dan (‰) dalam operasi hitung matematika. Gangguan
ini dapat disebabkan oleh gangguan memori dan gangguan persepsi visual.
d.
Kesulitan dalam membaca
dan bahasa
Anak
berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam memecahkan
soal-soal yang berbentuk cerita.
3.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik atau
anak didik tentu disebabkan oleh banyak faktor. Demikian juga pada kalangan
mahasiswa di perguruan tinggi tentu mengalami kesulitan belajar akibat
faktor-faktor yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan faktor anak didik di
sekolah. Banyak
para ahli yang telah mengemukakan
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Jadi, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua sumber yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (faktor intern)
dan faktor dari luar atau lingkungan (ekstern)
Menurut
Muhibbin syah (1999), faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau
kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu sebagai berikut :
Ø Yang
bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi anak didik.
Ø Yang
bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
Ø Yang
bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Sedangkan
faktor-faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik, sebagai berikut :
Ø Lingkungan
keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
Ø Lingkungan
masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
Ø Lingkungan
sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru
serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Adapun
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus, seperti sindrom
psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar). Sindrom adalah suatu gejala yang timbul sebagai
indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak
didik. Misalnya: disleksia yaitu ketidak mampuan dalam belajar membaca, disgrafia
yaitu ketidakmampuan menulis, diskalkulia yaitu ketidakmampuan belajar
matematika.
Menurut
Saiful Bahri Djamarah (2008) menjelaskan faktor kesulitan belajar dari anak
didik meliputi:
a.
Faktor Anak Didik
Anak
didik adalah sumber dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan
akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tidak
hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu.
Faktor
penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah:
1.
Intelegensi (IQ) yang
kurang baik
2.
Bakat yang kurang atau
tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru
3.
Aktivitas belajar yang
kurang, lebih banyak malas dari pada melakukan aktivitas belajar.
4.
Kebiasaan belajar yang
kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan
tidak dengan pengertian.
5.
Tidak ada motivasi
dalam belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima dan diserap loeh anak
didik.
b.
Faktor Sekolah
Sekolah
adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi
anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang besar tentunya sekolah juga
mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak
didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi dan sistem sosial dalam
menyediakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut terlibat
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik.
Faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti:
1.
Pribadi guru yang tidak
baik
2.
Guru yang tidak
berkualitas dalam pengambilan metode yang digunakan dalam mengajar
3.
Suasana sekolah yang
kurang menyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan dengan
jalan raya.
4.
Waktu sekolah dan
disiplin yang kurang.
4.
SOLUSI AGAR SISWA MUDAH DALAM BELAJAR MATEMATIKA
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Belajar merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas seseorang melalui proses pendidikan dan latihan,
sehingga menimbulkan terjadinya beberapa perubahan dan perkembangan pada
dirinya baik pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan untuk menuju kearah
yang lebih baik.
Kesulitan belajar itu
merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai
hasil belajar.
Karakteristik anak
berkesulitan belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan
keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor, perseverasi,
kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan
dalam bahasa dan membaca, scor performance
IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal IQ.
Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik atau
anak didik disebabkan oleh banyak factor yang dapat dikelompokkan menjadi dua
sumber yaitu faktor yang berasal dari diri (faktor intern) dan faktor dari luar
atau lingkungan (ekstern).
B.
Saran
Melihat kesimpulan
di atas, maka penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yaitu :
1. Guru harus dapat mengatasi masalah kesulitan belajar
yang di alami siswa dengan menggunakan metode pengajaran tertentu yang dapat
membuat siswa belajar dengan semangat dan senang.
2. Siswa untuk
belajar dengan giat dan banyak membaca buku-buku pelajaran agar terhindar dari
kesulitan belajar.
3. Pihak sekolah agar mengelolah pelaksanaan pendidikan
di sekolah dengan baik, pemenuhan saran dan prasarana dengan baik termasuk
perlengkapan perpustaaan.
No comments:
Post a Comment