Sunday 27 May 2012

makalah problem matematika


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dibanding dengan negara-negara lain yang telah maju seperti Amerika Serikat. Sebagai negara berkembang tentunya akan terus berbenah diri dalam pembangunan bangsa untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Upaya ini dilakukan agar negara Indonesia dapat memiliki daya saing dengan negara lain.
Hasil belajar siswa di sekolah-sekolah beragam, ada yang tinggi, sedang dan rendah. Keberagaman hasil belajar tersebut disebabkan oleh tingkat kemampuan memahami pelajaran atau tingkat kesulitan belajar yang di alami oleh peserta didik. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mungkin faktor dari diri siswa itu sendiri (faktor intern) dan faktor dari luar (faktor ekstern). Kesulitan belajar siswa tersebut tentu juga di alami oleh siswa dalam mempelajari pelajaran matematika. Sebagai contoh banyak siswa yang menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang paling sulit dan menyeramkan sehingga mereka tidak termotivasi untuk mempelajari matematika dan hasil belajar pun menurun.
Masalah di atas tentu menjadi tantangan dan tanggung jawab bersama antara guru atau dosen dan siswa atau mahasiswa di setiap jenjang pendidikan. Untuk itu, dibutuhkan suatu informasi tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau mahasiswa. Oleh karena itu, penulis berniat untuk menyusun makalah yang berjudul “Kesulitan Belajar Matematika yang dialami oleh Siswa”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat masalah-masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
*     Apakah yang dimaksud dengan belajar dan kesulitan belajar?
*     Bagaimanakah karakteristik anak berkesulitan belajar matematika?
*     Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan belajar?
*     Bagaimana solusi agar siswa agar mudah dalam belajar matematika?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori
1.    Pengertian Belajar dan Kesulitan Belajar
Ada beberapa teori yang mengungkapkan pengertian belajar dengan meninjau dari bermacam-macam sudut pandang.
Morgan dalam Syamsiah Badruddin (2008:3)  mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Sedangkan Ibnu Umar dalam Syamsiah Badruddin memberi pengertian : “learning is relatively permanent change is a behavioral patentiality permanent wich occours as the result of countinous, reinforced practice”. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai hasil yang berkesinambungan, praktek yang diperkuat.
Selaras dengan pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.
Sedangkan Sadirman (1996:10) dalam bukunya mengemukakan tentang pengertian belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar adalah usaha merubah segala aspek organisme dan tingkah laku seseorang.
Dari beberapa pendapat oleh para ahli tentang pengertian belajar yang telah dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang melalui proses pendidikan dan latihan, sehingga menimbulkan terjadinya beberapa perubahan dan perkembangan pada dirinya baik pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan untuk menuju kearah yang lebih baik.
Dalam proses belajar mengajar disekolah, baik Sekolah Dasar (SD), sekolah menengah, maupun perguruan tinggi seringkali ada dijumpai beberapa siswa/ mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran.
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor noninteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Warkitri dkk (1990:83) mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding dengan prestasi yang dicapai sebelumnya.
Sedangkan Clement dalam M. Ali Hanafi (2010:8) menyatakan kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik.
Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai  hasil belajar.
2.    Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem syaraf pusat.
Menurut Lerner (1981: 35) dalam Ehan, ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan,asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan dalam bahasa dan membaca, scor performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal IQ.
a.       Gangguan hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat, tinggi rendah, depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan belajar matematika memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena kurang berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih dekat ke angka 3 daripada ke angka 8.
b.        Asosiasi visual motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda-benda secara berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua tetapi mengucapkan empat atau anak mungkin telah memegang benda yang ketujuh tetapi baru mengucapkan enam.
c.         Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal, memahami dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+), (-), (X), (:), (÷), (=), (<), (>), (%), dan (‰) dalam operasi hitung matematika. Gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan memori dan gangguan persepsi visual.   
d.        Kesulitan dalam membaca dan bahasa
Anak berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita. 
3.    Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik atau anak didik tentu disebabkan oleh banyak faktor. Demikian juga pada kalangan mahasiswa di perguruan tinggi tentu mengalami kesulitan belajar akibat faktor-faktor yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan faktor anak didik di sekolah.  Banyak para ahli yang telah mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Jadi, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua sumber yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (faktor intern) dan faktor dari luar atau lingkungan (ekstern)
Menurut Muhibbin syah (1999), faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu sebagai berikut :
Ø  Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik.
Ø  Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
Ø  Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
          Sedangkan faktor-faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik, sebagai berikut :
Ø  Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
Ø  Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
Ø  Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus, seperti sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom adalah suatu gejala yang timbul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Misalnya: disleksia yaitu ketidak mampuan dalam belajar membaca, disgrafia yaitu ketidakmampuan menulis, diskalkulia yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
Menurut Saiful Bahri Djamarah (2008) menjelaskan faktor kesulitan belajar dari anak didik meliputi:
a.       Faktor Anak Didik
Anak didik adalah sumber dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu.


Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah:
1.    Intelegensi (IQ) yang kurang baik
2.    Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru
3.    Aktivitas belajar yang kurang, lebih banyak malas dari pada melakukan aktivitas belajar.
4.    Kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan tidak dengan pengertian.
5.    Tidak ada motivasi dalam belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima dan diserap loeh anak didik.
b.      Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang besar tentunya sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi dan sistem sosial dalam menyediakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti:
1.    Pribadi guru yang tidak baik
2.    Guru yang tidak berkualitas dalam pengambilan metode yang digunakan dalam mengajar
3.    Suasana sekolah yang kurang menyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya.
4.    Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
4. SOLUSI AGAR SISWA MUDAH DALAM BELAJAR MATEMATIKA





BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang melalui proses pendidikan dan latihan, sehingga menimbulkan terjadinya beberapa perubahan dan perkembangan pada dirinya baik pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan untuk menuju kearah yang lebih baik.
Kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai  hasil belajar.
Karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan dalam bahasa dan membaca, scor performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal IQ.
Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik atau anak didik disebabkan oleh banyak factor yang dapat dikelompokkan menjadi dua sumber yaitu faktor yang berasal dari diri (faktor intern) dan faktor dari luar atau lingkungan (ekstern).
B.     Saran
 Melihat kesimpulan di atas, maka penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yaitu :
1.    Guru harus dapat mengatasi masalah kesulitan belajar yang di alami siswa dengan menggunakan metode pengajaran tertentu yang dapat membuat siswa belajar dengan semangat dan senang.
2.     Siswa untuk belajar dengan giat dan banyak membaca buku-buku pelajaran agar terhindar dari kesulitan belajar.
3.    Pihak sekolah agar mengelolah pelaksanaan pendidikan di sekolah dengan baik, pemenuhan saran dan prasarana dengan baik termasuk perlengkapan perpustaaan.











No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...