Pendahuluan.
Untuk menyukseskan program peningkatan produksi padi sawah di Sulawesi
Tenggara, acuan pemupukan spesifik lokasi sangat diperlukan.
Produktivitas padi sawah di tingkat petani baru mencapai 3,46 t/ha GKG
(BPS Sultra, 2002). Masih rendahnya produktivitas padi sawah di
antaranya disebabkan oleh kurangnya ketersediaan hara dalam tanah
(Sudaryono, 1994 ; Suyamto, 1994). Unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman padi sawah dapat diberikan melalui pemupukan. nitrogen (N),
posfor (P), dan kalium (K) merupakan hara yang paling banyak dibutuhkan
tanaman padi sawah dibanding hara lainnya.
Hara
N, P dan K yang ditambahkan ke dalam tanah harus dalam jumlah yang
tepat. Jenis tanah, tingkat ketersediaan hara dalam tanah, kondisi
iklim, varietas padi sawah yang ditanam dan cara pemberian pupuk akan
sangat menentukan ketetapan jenis dan dosis pupuk yang harus
ditambahkan. Untuk menghasilkan padi sawah sebanyak 3 t/ha, dibutuhkan
hara sekitar 54 kg N, 60 kg P2O5 dan 55 kg K2O/ha/musim (Djaenuddin et
al., 2000). Sebagai pembanding, hasil penelitian Idris et al. (2002)
menunjukkan bahwa pemupukan 90 kg N, 72 kg P2O5 dan 50 kg K2O/ha/musim
menghasilkan gabah kering giling (GKG) + 5,4 t/ha/musim. Kelebihan atau
kekurangan hara tersebut akan mempengaruhi efisiensi hara akibat
terganggunya absorbsi hara dalam tanah dan metabolisme tanaman.
Disamping itu, kelebihan hara juga dapat merusak lingkungan, memicu
timbulnya kekahatan hara yang lain. Sentra produksi padi sawah di
Sultra memiliki agroekologi yang beragam. Oleh karena itu acuan
pemupukan spesifik lokasi sangat diperlukan agar pemberian pupuk
mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.
Kekurangan
N dapat menyebabkan daun menjadi hijau kekuningan sampai menguning
seluruhnya, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, dan pada gejala yang
lebih berat lagi daun menjadi kering mulai dari bagian bawah terus
kebagian atas.
Kekurangan
P dapat menyebabkan keadaan perakaran tanaman berkurang dan tidak
berkembang. Dalam keadaan kekurangan P yang parah, daun, cabang, dan
batang berwarna ungu. Hasil tanaman menurun.
Gejala Kekurangan K
Kekurangan
K menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil. Daun sebelah bawah
terbakar pada tepi dan ujungnya, kemudain berjatuhan sebelum waktunya.
Tanaman mudah patah dan rebah. Daun mula-mula mengkerut dan mengkilap,
selanjutnya pada bagian ujung dan tepi daun mulai terlihat warna
kening-kuningan yang menjalar di antara tulang daun. Kemudian tampak
bercak-bercak merah coklat dan akhirnya daun mati.
Cara Pemberian Pupuk
Yang
perlu diperhatikan untuk mengurangi penurunan ketersediaan pupuk adalah
waktu dan cara pemberian pupuk. Pemberian pupuk yang tepat selama
pertumbuhan tanaman Padi sawah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut dalam air sehingga mudah
hilang, baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi
kehilangan N, pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap, yaitu 1/2
bagian dosis pupuk N serta seluruh dosis pupuk P dan K diberikan pada
awal tanam, sedangkan 1/2 dosis pupuk N diberikan pada umur 40
hari setelah tanam. Cara pemberian pupuk yang baik adalah dengan jalan
menabur secara merata dipermukaan tanah/sawah dengan kondisi air + 5
cm. Penyusunan acuan rekomendasi pemupukan padi sawah didasarkan
hasil-hasil analisa tanah dan hasil penelitian pemupukan padi sawah oleh
Balai Pengkajian Teknologi Pertanaian Sultra dan Balai lainnya.
Penentuan
rekomendasi pemupukan didasarkan atas status hara tanah dan kebutuhan
tanaman. Filosopinya adalah pada tanah dengan status hara yang rendah,
respon pemupukan sangat tinggi, status sedang sedikit respon dan pada
status hara tinggi tanaman tidak respon lagi. Artinya, pada tanah yang
berstatus hara tinggi pemberian pupuk tidak mempengaruhi produksi,
status sedang mempengaruhi produksi dan pada status rendah nyata
mempengaruhi produksi.
Acuan
dosis rekomendasi disajikan dalam bentuk unsur hara, sehingga dapat
menggunakan jenis pupuk apa saja yang tersedia di pasaran, asalkan
kandungan haranya sesuai dengan kebutuhan dalam acuan ini. Acuan
rekomendasi pemupukan masing-masing sentra pengembangan padi sawah
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Acuan dosis pupuk N, P dan K spesifik lokasi untuk tanaman Padi sawah.
No.
|
Kecamatan
|
Dosis Pupuk (kg/ha)
| ||
N *)
|
P2O5
|
K2O
| ||
1
| Mowewe | | | |
| Horodopi |
-128
|
2180
|
505
|
| Inebenggi |
-128
|
720
|
125
|
| Waitombo |
-122
|
220
|
125
|
2
| Abuki | | | |
| Alosika |
-63
|
70
|
145
|
| Padangguni |
-25
|
130
|
125
|
| Asolu |
-61
|
210
|
-115
|
| Mekarsari |
-107
|
90
|
45
|
3
| Lambuya | | | |
| Tawa molawe |
-113
|
30
|
-55
|
| Tanggobu |
-103
|
-10
|
5
|
| Lambuya |
-83
|
-10
|
5
|
| Ameroro |
-95
|
-70
|
125
|
4
| Lainea | | | |
| Punggaluku |
-103
|
10
|
105
|
| Ambolanggadue |
99
|
150
|
65
|
5
| Ladongi | | | |
| Atula |
-109
|
10
|
285
|
| Welala |
-109
|
-10
|
125
|
6.
| Wondulako | | | |
| Bende |
-101
|
290
|
45
|
| Trandat |
-97
|
90
|
-15
|
7.
| Bungi |
-41
|
50
|
165
|
8.
| Landono |
-79
|
-30
|
-95
|
9.
| Wawotobi |
-101
|
-70
|
45
|
Keterangan
:*) diberikan 2 kali (½ dosis pada saat tanam dan ½ dosis sisanya pada
umur 40 hst) ; (-) belum ada hasil analisa tanah; Angka negatif =
kekurangan yang perlu ditambah; Angka positif = kelebihan yang
tersimpan di tanah; Tahun berikutnya = status hara yang ada – kebutuhan
tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Propinsi Sultra. 2002. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2001.
Idris,
Suharno, dan Sahardi. 2002. Kajian Peningkatan Produksi Padi sawah di
Sulawesi Tenggara. Laporan hasil Penelitian BPTP Sulawesi Tenggara,
tahun 2002.
Djaenuddin,
D., Marwan H., Subagyo, Anny Mulayani, dan N. Suharta. 2000. Kriteria
Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sudaryono, 1994. Rakitan teknologi budidaya padi sawah pada lahan kering di Sulawesi Tenggara.
Suyamto, 1994. Perbaikan sistem usaha tani berbasis padi sawah pada lahan kering di Sulawesi Tenggara.
No comments:
Post a Comment