BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kakao merupakan salah satu komoditi
perkebunan cukup penting, memiliki banyak kegunaan dan perannya dalam industri
bahan makanan, industri farmasi dan sebagai sumber devisa negara.Penanganan pasca panen kakao di
tingkat petani merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilakukan oleh
petani untuk menjamin mutu biji kakao. Rendahnya kualitas yang dihasilkan
selama ini disebabkan penanganan panen/pasca panen yang dilakukan petani sangat
sederhana akibatnya mutu biji kakao rendah, harga jual rendah dan pendapatan
rendah.
Keberhasilan pasca
panen kakao sangat tergantung dari mutu bahan baku dari kegiatan proses
produksi/budidaya, karena itu penanganan proses produksi di kebun juga
harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan
benar (Good Agricultural Practices/GAP).
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat
kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa
lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap
diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao merupakan
tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian
10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari
5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk
memperbanyak cabang produktif.
Di Indonesia, kakao
mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. Varietas penghasil kakao
mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan
dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan
ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati
Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Varietas kakao mulia berpenyerbukan
sendiri.
Sebagian besar daerah
produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari
varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah,
meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya
kandungan lemaknya.
Kakao secara umum
adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri
(lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan
penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang
lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga
yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat
hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di
dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau
hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
cara mengetahui buah kakao yang siap panen ?
2. Bagaimana
proses penanganan pasca panen ?
3. Bagaimana
cara memfermentasikan buah kakao ?
1.3 TUJUAN PKL
1. Untuk
mengetahui buah kakao yang siap panen
2. Untuk
mengetahui proses penanganan pasca panen
3. Untuk
mengetahui cara memfermentasikan buah kakao
1.4 MANFAAT PKL
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gambaran Singkat Kakao
Kakao
merupakan komoditas perkebunan. Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan
padaumumnya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao lindak), Criolo
(fine cocoaatau kakao mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis
Forastero dan Criolo). Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang
adalah jenis mulia (Tumpal H.S.Siregar, dkk., 2003).
Kakao
merupakan tumbuhan tahunan ( perennial ) berbentuk pohon,di alam dapat mencapaiketinggian 10m.
Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari5m
tetapi dengantajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak
cabang produktif.
Bunga
kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceaelainnya, tumbuh langsung dari
batang (cauliflorous). Bunga sempurna
berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namunnampak terangkai karena
sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.Penyerbukan bunga dilakukan
oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap,afid,
dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga
siapdiserbukidalam jangka waktu beberapa hari.Kakao secara umum adalah tumbuhan
menyerbuk silang dan memiliki sisteminkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan).
Walaupun
demikian, beberapa varietas kakaomampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jualyang lebih tinggi. Jenis komoditi
kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakanmenjadi dua kelompok
besar:kakao mulia("edel cacao") dan kakao curah("bulk
cacao").Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua
di Jawa.
Varietas
penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaanyang dilakukan pada masa kolonial
Belanda,dan dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya
DR-38). Singkatan ini diambildari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya
seleksi (Djati Roenggo, di daerahUngaran,Jawa Tengah). Varietas kakao mulia
ber penyerbukan sendiridan berasal dari
tipe Criollo.Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan
kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible.
Kualitas kakao curah biasanya rendah,meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan
rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandunganlemaknya.
2.2
Kondisi kakao di Indonesia
Perkebunan
kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada
tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha
dimanasebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0%
perkebunan besar negaraserta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao
yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi
utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping
itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa
Timur dan Jaw Tengah.
Keberhasilan
perluasan areal tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa
pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil
menempatkan dirisebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai
Gading (Cote d’Ivoire) padatahun 2002, walaupun kembali tergeser ke posisi
ketiga oleh Ghana pada tahun 2003.Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi
produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi
perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola
secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensialyang cukup besar untuk
pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di IrianJaya,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara.Disamping itu
kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya
karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya.
Di
sisilain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami
defisit, sehinggaharga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini
merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan
produksi kakao mempunyai arti yangstratigis karena pasar ekspor biji kakao
Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.Dengan
kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan
areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini
perlu mendapatdukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan
produktivitas yang tinggi.
Melalui
berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal perkebunan kakao Indonesia
pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan mampu
menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran
untuk menjadi produsenutama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada
tahun tersebut total areal perkebunankakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35
juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 jutaton/tahun biji kakao.
2.3 Kakao sebagai Komoditas Ekspor Indonesia
Kakao adalah komoditas ekspor Indonesia
yang mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Perkembangan
yang menyolok terjadi semenjak adanya krisis moneter. Pada awal krisis tahun
1998 ekspor kakao baru mencapai 266.270 ton (US$ 419,8 juta). Ekspor biji kakao
kemudian terus meningkat, sehingga tahun 2001 lalu mencapai 438.775 ton.,
be¬rarti ekspornya mengalami lonjakan 64,8%. Melemahnya nilai tukar Rupiah
terhadap US dollar menyebabkan komoditas kakao Indonesia menjadi lebih bersaing
dipasar ekspor dan di dalam negeri petanipun menjadi lebih bergairah mengolah
kebunnya supaya hasil panennya meningkat.
Indonesia
bisa terus meningkatkan ekspor kakao karena Indonesia hingga kini tidak menjadi
anggota ICCO (International Cocoa Organization), sehingga tidak terkena pembatasan
ekspor sehingga ekspor. Namun dengan melonjaknya ekspor tersebut, industri
pengolahan kakao di dalam negeri menjerit kesulitan mendapatkan bahan baku
dengan harga yang mema¬dai. Untuk mempertahankan operasi pabriknya mereka
terpaksa mengimpor bahan baku tersebut.
Akibat
tingginya harga kakao banyak produsen kakao olahan yang merugi, malah bebera¬pa
di antaranya berhenti beroperasi. Pada tahun 2001 lalu impor kakao melonjak dua
kali lipat lebih, dari 17.605 ton tahun sebelumnya menjadi 38.717 ton. Peningkatan
itu menandakan produsen kakao olahan kesulitan memperoleh kakao biji didalam
negeri sehingga untuk bisa terus berproduksi terpaksa mengimpor bahan baku
tersebut. Didalam negeri sendiri industri hilir kakao yaitu industri makanan
dan kosmetik, terus berkembang sehingga permintaan terhadap kakao olahan
seperti cocoa butter dan cocoa powder juga meningkat.
Pesatnya
ekspor kakao didorong oleh harganya yang terus meningkat di pasar internasional
yaitu pada bulan September 2002 ini mencapai rekor tertinggi selama 15 tahun
yaitu sebesar US$ 1.850 per ton. Menurut ICCO harga masih akan meningkat atau
paling tidak bertahan karena pasok kakao di dunia berkurang akibat masalah
dalam negeri yang dihadapi produsen utama kakao didunia yaitu Pantai Gading.
Besarnya
permintaan terhadap produk kakao di dalam dan di luar negeri membuka peluang
untuk investasi di sektor itu. Peluang ini ditunjang oleh kondisi lahan maupun
iklim Indonesia yang umumnya cocok untuk tanaman ini. Namun kenyataan¬nya,
sejak krisis 1997 lalu, terkecuali perkebunan rakyat, belum banyak minat
investasi baru di sektor perkebunan ini, begitu juga minat investor di sektor
pegolahannya makin berkurang.
BAB
III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1.
Lokasi dan waktu Pelaksanaan
Lokasi tempat Praktek Kerja Lapang ( PKL ) ini yaitu di Kelompk
Usaha Bersama ( KUB ) Kab. Luwu Utara yang beralamatkan di SIBALI RESOE, Kel.
Kasimbong, Kec. Masamba Kab. Luwu Utara, yang berlangsung pada tanggal 23 April
2012 sampai dengan tanggal 16 Juni 2012
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi penelitian ini yaitu seluruh pegawai di Kelompok
Usaha Bersama ( KUB ) Luwu Utara. Sampel penelitian di tentukan dengan cara
Porposive sampel atau sampel bertujuan dengan melakukan wawancara kepada
pegawai Kelompok Usaha Bersama ( KUB )
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian ini yaitu :
Data primer dilakukan dengan wawancara dan
observasi langsung kepada pegawai Kelompok Usaha Bersama ( KUB )
Data sekunder diperoleh dari Kelompok Usaha
Bersama ( KUB ) dan instansi terkait
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data
primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung kepada Kelompok Usaha Bersama ( KUB
)
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 PANEN
Buah kakao
hendaknya dipanen apabila sudah cukup masak. Kriteria buah
masak apabila alur buah berwarna kekuningan untuk buah yang warna kulitnya
merah dan berwarna kuning tua atau jingga untuk buah yang warna kulitnya hijau.
Pemanenan terhadap buah muda atau lewat masak harus dihindari karena akan
menurunkan mutu biji keringnya.
Pemanenan buah
kakao dapat dilakukan dengan alat panen seperti sabit yang tajam, buah dan
bantakan bunga tidak boleh rusak. Bantalan bunga merupakan tempat tumbuhnya
bunga untuk periode selanjutnya.
a. Tanda-tanda buah siap panen :
- Perubahan warna alur dari hijau menjadi kuning orange ± 50 %
- Buah masak porosnya agak kering, biji-biji didalam agak renggang dari kulit buah terbentuk rongga antara biji dan kulit buah.
- Buah apabila dikocok/diguncang berbunyi
b. Pemetikan
- Petik buah yang betul-betul masak menggunakan pisau atau sabit bergalah
- Yang tajam
- Rotasi pemetikan setiap 7 atau 14 hari
- Rendam buah yang busuk atau terserang hama/penyakit kedalam tanah sedalam 50 cm di pinggir kebun
- Selama memanem buah diusahakan tidak merusak atau melukai batang tanaman/bantalan buah
4.2 PASCA PANEN
Tahapan penenganan pasca panen kakao
meliputi :
1. Sortasi buah
Buah yang sudak masak dipanen,
masukkan kedalam keranjang, angkut ketempat
Pengumpulan buah yang letaknya masih dalam kebun. Setalah itu disortasi dalam dua bagian yaitu :
Pengumpulan buah yang letaknya masih dalam kebun. Setalah itu disortasi dalam dua bagian yaitu :
a. Sortasi I
Terdiri dari buah-buah sehat dan
masaknya sempurna.
b. Sortasi II
- Buah-buah yang kurang bauk terserang ulat buah
- Buah belum masak/keliru pungut
- Biji dari sortasi I yang tercampur tanah
- Biji yang tercecer ditanah, bekas buah yang dimakan tikus/bajing
2. pemecahan buah
Pemecahan buah
harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai atau merusak keping biji
kakao dan dijaga agar biji kakao tetap bersih tidak tercampur dengan kotoran
atau tanah. Pemecahan buah dengan alat dari logam sebaiknya agar dihindari.
§ Buah yang disortir menjadi 2
golongan dipecah ditempat terpisah
§ Buah dipecah diatas tikar/karung
goni
§ Buah dipukul dengan kayu, diupayakan
jangan sampai biji rusak/pecah
§ Keluarkan biji dari buah
§ Biji dimasukkan kewadah fermentasi
4.3 PEMERAMAN
BUAH
Pemeraman buah
dilakukan selama 5 - 12 hari tergantung kondisi setempat dan tingkat kemasakan
buah. Selama pemeraman harus dihindari buah kakao menjadi terlampau masak,
rusak atau berjamur dengan cara :
a.
Mengatur tempat pemeraman agar cukup
bersih dan terbuka
b.
Disimpan menggunakan wadah pemeraman
seperti keranjang atau karung goni
c. Memberi alas
pada permukaan tanah dan menutup permukaan tumpukan buah dengan daun-daun
kering apabila pemeraman dilakukan di kebun.
Pemeraman telah
cukup setelah 5 hari disimpan dan jumlah buah yang dipanen telah mencapai
400-500 buah yang setara dengan 35-40 kg biji kakao basah. Pemeraman tidak
boleh lebih dari 12 hari.
4.4 FERMENTASI
Fermentasi
harus dilakukan dengan benar, cukup waktu dan jumlah biji yang difermentasi
serta dihindari kontaminasi kotoran dan serangga. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam fermentasi kakao adalah sebagai berikut :
a. Jumlah biji,
minimum 40 kg biji kakao basah
b. Lama
fermentasi 4-6 hari, biji terfermentasi 80 % warnanya cukup gelap
c. Wadah (tempat),
kotak dengan ukuran 30 x 30 x 40 cm dan ditutup dengan karung goni / daun
pisang
d. Pembalikan,
satu kali pada hari kedua
4.5 PENJEMURAN
Penjemuran
sebaiknya dilakukan di atas para-para. Tebal lapisan biji diatur paling tebal 5
cm (2-3 lapisan biji). Selama penjemuran dilakukan pembalikan hamparan biji 1-2
jam sekali. Biji harus dijaga tetap bersih dari kontaminasi kotoran, serangga
atau jamur. Penjemuran dilakukan sampai kadar air mencapai kira-kira 7,5
%.
4.6 PENYIMPANAN
Penyimpanan biji kakao dilakukan dalam karung goni atau plastik yang bersih
dan ditempatkan dalam ruang atau gudang yang bersih, tidak lembab dan cukup
ventilasi. Penggunaan karung goni atau plastik bekas pupuk anorganik atau kimia
agar dihindari.
Dengan
penanganan biji kakao yang baik akan dihasilkan biji kakao bermutu baik dan
beraroma wangi. Jenis biji kakao ini akan mendapatkan harga jual yang lebih
tinggi sehingga akan meningkatkan penghasilan petani kakao.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Di Indonesia, kakao
mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. Varietas penghasil kakao
mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan
dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan
ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati
Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Varietas kakao mulia berpenyerbukan
sendiri.
Keberhasilan pasca
panen kakao sangat tergantung dari mutu bahan baku dari kegiatan proses
produksi/budidaya, karena itu penanganan proses produksi di kebun juga
harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan
benar (Good Agricultural Practices.
5.2
Saran
Pengolahan
industri kakao di Indonesia masih dinilai kurang baik. Oleh karena itu
peningkatan di berbagai sektor baik secara kualitas kuantitas maupun dukungan
dari pemerintah akan membantu mengembangkan potensi bisnis perkebunan kakao di
Indonesia.
Selain
itu teknik budidaya serta perawatan yang baik akan menghasilkan buah kakao yang
bermutu sehingga dapat di ekspor ke luar negri.
DAFTAR
PUSTAKA
pfi3pdata.litbang.deptan.go.id/diseminasi/one/5/file
cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penanganan-pasca-panen-kakao
sulsel.litbang.deptan.go.id/.../index.php?...pasca-panen-kakao
lppm.ugm.ac.id/sikib-ugm/rumpin_hargotirto
No comments:
Post a Comment