Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi
asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku.
Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke
Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295
pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans
Houtt, 2) Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua Houtt, 4)
Myristica specioga Ware, 5) Myristica Sucedona BL, 6) Myristica
malabarica Lam.
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans,
sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis
lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis
Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica
produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula.
SEJARAH SINGKAT
Pala
(Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi
asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku.
Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke
Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295
pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.
MANFAAT TANAMAN
Selain
sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil
minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman
dan kosmetik.
Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala
yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit
batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.
Fuli
Fuli
adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti
anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering
banyak dijual didalam negeri.
Biji pala
Biji pala tidak
pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Buah
pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri
yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus.
Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat
muntahmuntah dan lain-lainya.
Daging buah pala
Daging buah
pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses
menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade,
selai pala, kKristal daging buah pala.
SYARAT TUMBUH
Iklim
Tanaman
pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi
dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
Suhu udara
lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara teratur
sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan
terhadap musim kering selama beberapa bulan. Media Tanam
Tanaman
ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah
vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh
baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan
bahan organis yang tinggi.
Sedangkan pH tanah yang cocok untuk
tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air,
maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
Pada
tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah
tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka
perlu dibuat teras-teras melintang lereng. Ketinggian Tempat
Tanaman
pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m
dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman
akan rendah.
PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Perbanyakan Cara Generatif (Biji)
Pemilihan
Biji Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan
biji. Dalam hal ini biji yang digunakan berasal dari:
Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya.
Biji
terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas.
Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu: (1) biji legitiem,
yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya
jelas diketahui); (2) biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari
tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas diketahui; (3)
biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam
satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih. Biji-biji yang akan
digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar
masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal
dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon dewasa yang
tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kw alit asnya baik.
Penyemaian
Tanah
tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan
melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian
harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul
dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan ukuran
lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang
akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah
yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah
jadi (sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya
tanah bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka
selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Bedengan
diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi
sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh ini
adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai
menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian
itu terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit
demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai terjadi
genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan
membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan
tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi
dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada kulit
biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga
tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan
menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).
Setelah
biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit pada
pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi
media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk
kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus
dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
Polybag
yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang
terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya
diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
Pemeliharaan
dalam polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih
dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah namun
tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya dari
polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
Bibit-bibit
tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan
urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas
permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2
kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhir musim
hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit ini
dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren)
Perbanyakan
tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman
yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yang dicangkok).
Hal
yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan dicangkok adalah
dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah cukup
banyak, pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah
berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern):
Pertama, Batang/cabang
dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 3–4
cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang.
Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara disisrik
kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama
beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
Kedua, Ambillah
tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam
keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut
ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk
gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut
kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah
dikuliti, maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali
secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila
menggunakan pembalut dari palstik, maka bagian atas dan bagian bawah
harus diberi lubang kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian
atas) dan sebagai saluran drainase (lubang bagian bawah).
Ketiga,
Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan
tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk
dipotong dan dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan. Perbanyakan Cara Peyambungan ( Enten Dan Okulasi )
Sistem
penyambungan ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada
bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman
bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
Penyambungan Pucuk (entern, grafting)
Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :
Pertama, Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)
Kedua, pangkas atau kopulasi
Ketiga, Enten sisi (segi tiga)
Penyambungan mata (okulasi)
Penyambungan mata ada tiga macam yaitu:
Pertama, Okulasi biasa (segi empat)
Kedua, Okulasi “T”
Ketiga, Forkert
Setelah
3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu
dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas
(pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi),
tanaman sudah dapat ditanam di lapangan.
Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting)
Dalam
sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama
besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya
adalah sebagai berikut:
Pertama, Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
Kedua, Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
Ketiga,
Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas
sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan
ikat dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa waktu, kedua batang
tersebut akan tumbuh bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu pada
batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan ini
sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu,
maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang
bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi dan boleh
dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh
sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam
di lapangan.
Perbanyakan Cara Stek
Tanaman pala
dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5% larutan
hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4
bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian
tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak.
Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur.
Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah
terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk
kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian
sudah tampak perakaran.
Pengolahan Media Tanam
Kebun
untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih
terdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar
menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan
dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau
supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih efektif.
Pengolahan
tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah
melintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur
yang dapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari erosi.
Pada
tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar
sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem
kountur, yaitu dapat membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.
Teknik Penanaman
Penanaman
bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar
bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal
dari biji dan sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat
baik. Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai
berikut: polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit
dimasukkan kedalam lubang tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam
tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan lahan kebun. Setelah
bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang tanam tersebut disiram
dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi basah.
Bila
bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya
harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat.
Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat
lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut
tidak roboh karena sistem akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki
akar tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram
supaya media tumbuhan menjadi basah. Penanaman bibit pala yang berasal
dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala
yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan
sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan
menjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim
hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis
tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat. Dalam
menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan
lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung
unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di
masukkan lebih dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang
telah dicampur dengan pupuk kandang secukupnya.
Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.
Pemeliharaan Tanaman
Untuk
mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di usahakan
tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis
Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih
dahulu di tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang baik.
Pada
akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan
penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu
tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik
(pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk
buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah
dewasa/sudah tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk
anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal
musim hujan dan pada akhir musim hujan.
Sebelum pemupukan
dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm secara
melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon),
kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara
merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan
pada awal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka
untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika
kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama:
Pertama, Penggerek batang (Batocera sp)
Tanaman
pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami
kematian. Gejala : terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–1
cm, di mana didapat serbuk kayu. Pengendalian : (1) menutup lubang
gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh
hamanya.
Memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga
seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon
pala menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan
lubang tersebut segera ditutup kembali.
Kedua, Anai-Anai /
Rayap Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal
batang dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala : terjadinya bercak
hitam pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang
dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan.
Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar
batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam
supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat
oleh anai-anai tersebut.
Ketiga, Kumbang Aeroceum
fariculatus Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala.
Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam
biji tersebut, telur akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek
biji pala secara keseluruhan. Pengendalian: mengeringkan secepatnya
biji pala setelah diambil dari buahnya.
Penyakit
Pertama, Kanker batang
Gejala:
terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang
diserang. Pengendalian : membersihkan kebun dari semak belukar,
memangkas bagian yang terserang dan dibakar.
Kedua, Belah putih
Penyebab : cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelahan
Ketiga, Gugur sebelum tua.
Gejala
: terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatcoklatan pada
bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan berwarna hitam.
Pengendalian : (1) membuat saluran pembuangan air yang baik; (2)
pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram/tanaman.
Keempat, Rumah Laba-Laba
Menyerang
cabang, ranting dan daun. Gejala : daun mengering dan kemudian diikuti
mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian : memangkas cabang,
ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
Kelima, Busuk buah kering
Penyebab
: jamur Stignina myristicae . Gejala : berupa bercak berwarna coklat,
bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang
berukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak
gugusan-gugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya
bercak-bercak tersebut terjadi kering dan keras.
Pengendalian : (1)
kondisi kelembaban di sekitar pohon pala perlu dikurangi, misalnya
dengan mengurang kerimbunan pohon-pohon lain di sekitar pala dengan
memangkas sebagian cabang-cabangnya yang berdaun rimbun, kemudian tanah
di sekitar pohon dibersihkan, tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman
perdu lainnya; (2) buah pala dan daun yang terserang penyakit ini segera
dipetik dan dipendam dalam tanah; (3) dapat dilakukan dengan
penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni 2–4 minggu sekali, baik
pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan dari penyakit ini,
fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif
mancozeb, karbendazim dan benomi.
Ketujuh, Busuk buah basah
Penyebab
: jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang menyerang atau menginfeksi
buah yang luka. Gejala : buah pala tampak busuk warna coklat yang
sifatnya lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah
yang melekat pada buah sehingga buah mudah gugur. Pengendalian : dengan
busuk buah kering.
Kedelapan, Gugur buah muda
Gejala :
adanya buah muda yang gugur. Penyebab : penyakit ini belum diketahui
dengan jelas. Pengendalian : dengan mengkombinasikan (memadukan) antara
pemupukan dan pemberian fungisida.
PANEN
Ciri dan Umur Panen
Umumnya
pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah
berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat
dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus
berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen)
setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai
bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian
dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur
belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika
buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari,
maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya
akan jatuh di tanah.
Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen
tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan);
panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim
hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil
paling baik (berku alit as tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.
Cara Pemetikan
Pemetikan
buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya
diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan
dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah
masak benar.
PASCAPANEN
Pemisahan Bagian Buah
Setelah
buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan
antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala
tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering.
Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3
macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2) yang kurus atau keriput; dan
(3) yang cacat.
Pengeringan Biji
Biji pala yang
diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari
serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada
lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas
yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang
telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika
digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar 8–10 %.
Biji-biji
pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit
buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar
dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi
biji:
Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
Isi
biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji
pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu: a)
Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak
besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur
dinding/tembok). b) Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan
dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan
demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi biji. c)
Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk
dianginanginkan sampai kering. Setelah proses pengapuran perlu diadakan
pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan biji-biji pala tersebut
cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan
biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan
fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH 3 B 1 ) atau karbon
bisulfida (CS 2 ) .
Pengeringan Bunga Pala (Fuli)
Fuli
dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam,
kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli
itu kering. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan
menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan
seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berku alit as tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
Pemecahan Tempurung Biji
Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Pertama, Dengan
tenaga manusia: Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan
cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara
memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau
tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya
turun. Dengan mesin: Cara ini banyak digunakan petani pala.
Secara sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini
sama dengan yang dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu dari
mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang tinggal adalah isi
bijinya. Keuntungan
dari penggunaan mesin adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya
dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih
kecil.
Sumber: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
No comments:
Post a Comment