Ada apa dengan Indonesia dan Malaysia? Satu sisi, pihak Indonesia merasa
satu persatu kebudayaannya dipreteli oleh negara tetangganya. Sisi
lain, pihak Malaysia mengklaim kebudayaan-kebudayaan tersebut adalah
warisan leluhur negeri Jiran tersebut. Mulai dari Batik sampai yang
terbaru alat Gondang Sambilan dan tarian Tor-tor. Uniknya.com mengutip
dari mediaindonesia.com bahwa Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq,
mensinyalir Malaysia mengklaim semua terkait budaya melayu adalah milik
Malaysia. Malaysia mengidentikkan dirinya sebagai melayu. Jadi semua
terkait dengan melayu adalah milik Malaysia. Ia pun telah menyampaikan
saran kepada pemerintah untuk segera merespon secara serius hal yang
akan menghilangkan identitas dan warisan kebudayaan Indonesia ini. “Hal
ini sudah saya sampaikan pada rapat dengan Menteri Luar Negeri,” katanya
(18/6).
Di sisi lain, Indonesia sendiri secara perlahan menjauh dari
ke-melayuan-nya. Budaya melayu jarang ditampilkan di kancah
internasional. “Selama ini, budaya dan kesenian yang ditampilkan
Indonesia pada misi kebudayan di forum internasional, lebih banyak
budaya Jawa, Bali, dan Papua, tetapi budaya Melayu jarang ditampilkan,”
katanya. Lebih jauh lagi, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan
Sejahtera (Wasekjen PKS) ini mengatakan di Arab Saudi sudah terbangun
opini bahwa melayu itu adalah Malaysia, sedangkan Indonesia tidak
dikenal sebagai melayu. Nah lho!
Mari kita ingat kembali kebudayaan-kebudayaan apa sajakah yang diklaim
oleh Malaysia. Dan, apakah benar promosi budaya-budaya melayu yang
diklaim Malaysia ini sudah menjadi asing bagi kita sehingga kita pun
selalu kecolongan?
1. Tari Tor-tor dan Gordang Sembilan
Berita yang paling hangat adalah klaim Malaysia terhadap tari Tor-tor
dan Gondang Sembilan. Menteri Informasi, Komunikasi, dan Kebudayaan
Malaysia Datuk Seri Rais Yatim, berencana meregistrasi tari Tor-Tor dan
Gondang Sambilan sebagai peninggalan nasional Malaysia. Hal ini spontan
mengejutkan kita karena yang selama ini kita tahu bahwa tarian ini
adalah berasal dari Sumatera Utara, tepatnya dari Mandailing. Apakah
pembaca uniknya tahu bahwa tarian ini berasal dari daerah tersebut? Atau
baru tahu setelah berita ini muncul?
Dikutip dari tempo.co (19/6) Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan bahwa
Malaysia tak pernah mengakui bahwa mereka klaim tari tor-tor adalah
budaya asli Malaysia. Tapi budaya tersebut pernah dibawa oleh orang
Indonesia dan berkembang di negara Malaysia.
Dia mengatakan persoalan kebudayaan harus dilihat akar masalahnya.
“Banyak etnis masyarakat Indonesia yang bermukim di Malaysia dan menjadi
warga negara Malaysia. Mereka mempertahankan budaya yang mereka bawa ke
tempat baru, sehingga seni budaya tersebut berkembang,” kata Marzuki.
Karenanya, Marzuki minta masyarakat tidak terpancing klaim tarian
Tor-tor dan alat musik gondang 9 (sembilan gendang). “Kita jangan marah,
kita buktikan saja dengan sejarah tari Tor-tor yang berada di Malaysia
berasal dari Indonesia,” ujarnya.
Nah, jelaskan sekarang permasalahannya terletak dimana?
2. Batik
Batik (sumber:wordpress.com,uniknya.com)
Sebelum sepopular sekarang, batik juga mengalami hal serupa seperti
tarian Tor-tor. Batik diklaim oleh Malaysia sebagai warisan kebudayaan
mereka pada tahun 2009. Alhasil, Indonesia akhirnya mencantumkan batik
sebagai Warisan Budaya tak Benda (Intangible Cultural Heritage) di
UNESCO pada 2 Oktober 2009. Dan semenjak itu pula, batik menjadi semakin
jauh lebih popular di Indonesia; dikenakan saat akhir pekan di
kantor-kantor, terapan desain dengan gaya modern, penjualan batik di
outlet-outlet, dll.
3. Rendang Padang
Rendang Padang (sumber:wordpress.com,uniknya.com)
Makanan asli Padang ini sudah tidak diragukan lagi kenikmatannya.
Rendang menjadi salah satu dari sepuluh makanan paling enak di dunia
versi CNNGo. Makanan ini sudah tembus ke benua Eropa dan seluruh belahan
bumi lainnya. Namun, yang menembus ke Eropa tersebut adalah rendang
buatan Malaysia. Lho apa bedanya dengan rendang Indonesia? Ternyata,
rasa rendang Indonesia dengan Malaysia itu beda. “Kalau bicara rendang,
ya rendang asli cuma di Indonesia. Kalau versi Malaysia , diolahnya
cenderung setengah matang,” ucap pecinta kuliner Bondan Winarno, awal
tahun ini.
Ya, tahun kemarin, Malaysia telah mengklaim rendang adalah budaya
warisannya. Untuk beberapa kalinya, negara tetangga itu membuat geram
masyarakat Indonesia. Pemerintah pun menghimbau agar kita tidak langsung
ribut, lebih baik segera mematenkan rendang melalui United Nations
Education Social and Cultural Organization (UNESCO).
“Rendang menyusul setelah tari Saman, tari Bali, TMII, dan Noven (tas
asli Papu), yang akan disyahkan 22 November 2011 nanti di Bali,” kata
Menbudpar Jero Wacik di Jakarta, Selasa (13/9/2011) kemarin.
4. Wayang Kulit
Wayang Kulit (sumber:wordpress.com,uniknya.com)
Dikutip dari VIVAnews.com, situs resmi pemerintah Malaysia
warisan.gov.my, Senin, 28 September 2009, memasukkan Wayang Kulit
sebagai warisan kebangsaan Malaysia yang termasuk dalam kategori
kebudayaan. Wayang Kulit tersebut telah didaftarkan pada 23 Februari
2009.
Menteri Kebudayaan mereka Dr Rais Yatim mengungkapkan bahwa wayang
kulit, yang sering dipentaskan di Malaysia, tak ada urusannya dengan
Indonesia karena kesenian itu berasal dari tradisi Hinduisme.
5. Tari Pendet
Tari Pendet (sumber:wordpress.com,uniknya.com)
Dikutip dari ciricara.com, salah satu warisan budaya Indonesia yang
pernah diklaim Malaysia adalah tari Pendet. Malaysia mengklaim tari
pendet sebagai iklan promosi kunjungan ke Malasyia “Visit Malaysia
Years”. Padahal sudah jelas, tari pendet adalah budaya dari Bali,
Indonesia.
Ada yang menarik dari pendapat Budayawan, Radhar Panca Dahana, terkait
klaim Malaysia terhadap budaya-budaya Indonesia. Ia mengatakan
pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia untuk kesekian kalinya
merupakan kesalahan pemerintah Indonesia sendiri. “Ya tidak apa-apa lah,
kita juga suka mengambil budaya lain untuk untuk promosi,” katanya
kepada Republika, Rabu (19/8/2009).
Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau
refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai
pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. “Selama ini
kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli,”
ujarnya. Nah Lho. Ayo Indonesia, apa langkah kita selanjutnya?
No comments:
Post a Comment