BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Penyakit
flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas.
Unggas penular tersebut ialah burung, bebek, ayam, selain itu dapat
ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing
laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa
terdapat di burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini ditularkan dari
burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke manusia.. Pada tahun 1918
terjadi kejadian-kejadian luar biasa virulen influenza A (H1N1) yang
mengakibatkan kematian 20 sampai 40 juta orang. Di laporkan bahwa di
Asia 44 infeksi H5N1, 32 diantaranya meninggal, dan Kamboja,
Cina,Indonesia, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam terjangkit H5N1 di
peternakan ungags.
B.TUJUAN UMUM
1. Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit flu burung
2. Agar masyarakat mengetahui cara penyebaran penyakit flu burung
3. Agar masyarakat mengetahui gejala penyakit flu burung
4. Agar masyarakat mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit flu burung
C. TUJUAN KHUSUS
1. Agar mahasiswa memahami epidemiologi penyakit flu burung
2. Agar mahasiswa bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung
D.GAMBARAN TERJADINYA WABAH
Adanya
kematian tiba-tiba (dalam waktu 1-4 jam)tanpa adanya tanda-tanda
sebelumnya, burung yang ditemukan mati di beberapa tempat terpisah,
kasus yang melibatkan lebih dari satu rumah/kumpulan burung dan kematian
melebihi 80% dalam waktu 2-3 hari . Analisis awal dari data yang telah
dikumpulkan sejauh ini menunjuk kan bahwa peternak menghubungkan
kematian tiba-tiba dan jengger/kepala yang membiru dengan HPAI(gunakan
sebutan penyakit ini dalam bahasa setempat), dan keluarnya lendir
hidung, lemas,torticolis dan diare berwarna putih dengan ND. Dua tanda
klinis, badan yang membiru dan tingginya kematian (>80%)belum secara
khusus dihubungkan penyakit tersebut.Pengamatan ini berkaitan dengan
pola yang diperkirakan untuk sebagian besar wabah HPAI meskipun ada
pengecualian kasus yang mungkin sulit untuk dicari
ciricirinya,contohnya, wabah yang melibatkan strain velogen. Hasil yang
dipaparkan diberikan berdasarkan data yang dikumpulkan dengan teknik
matriks penilaian sederhana dimana peternak diminta untuk mengurutkan
tanda-tanda klinis sesuai dengan konsistensi dan kejadiannya saat wabah
melanda. Hal ini dilakukan untuk masing-masing penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN EPIDEMIOLOGI FLU BURUNG
Satu-satunya
cara virus influenza A (H5N1) dapat menyebar dengan mudah dari manusia
ke manusia ialah jika virus influenza A (H5N1) tersebut bermutasi dan
bercampur dengan virus influenza manusia. Secara umum ada tiga
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.
Kemungkinan 1
Unggas liar
Unggas domestic
Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia
manusia
Menular ke manusia yang lain
Kemungkinan 2
Unggas liar
Unggas domestic
Babi terinfeksi virus influenza-burung dan virus influenza manusia
Menular ke manusia yang lain
Kemungkinan 3
Unggas liar
Unggas domestic
Manusia terinfeksi virus influenza-burung
Menular ke manusia yang lain
Gambaran Klinis
Masa inkubasi AI (H5N1) lebih lama daripada influenza manusia umumnya. Pada tahun 1997,
sebagian kasus terjadi dalam 2–4 hari setelah terpajan. Laporan yang terbaru menunjukkan interval
yang sama tetapi sampai dengan 8 hari. Inkubasi pada anak dapat sampai 21 hari setelah terpajan. Hal
ini kemungkinan karena tidak tahu bilamana waktu terjadinya pajanan terhadap hewan yang terinfeksi
atau sumber lain di lingkungan. Masa inkubasi di unggas ialah 1 minggu.
Tanda dan gejala pada unggas
Gejala unggas yang sakit beragam, mulai dari gejala ringan sampai sangat berat. Hal ini bergantung
keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala awal berupa penurunan produksi
telur. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam,
diare,depresi
dan tidak mau makan. Di beberapa kasus,unggas mati tanpa gejala.
Kematian terjadi setelah 24 jam timbul gejala. Di kalkun, kematian dapat
terjadi dalam 2–3 hari.
Tanda dan gejala pada manusia
Sebagian
besar penderita gejala AI (H5N1) pada dasarnya sama dengan influenza
lainnya awal demam lebih 38° C dan gejala saluran napas bawah.
Diare,muntah-muntah, nyeri perut, nyeri dada (pleuritik)dan perdarahan
dari hidung dan gusi pada beberapa penderita. Sputum yang dihasilkan
bervariasi kadang-kadang dengan darah, pernapasan tertekan(respiratory
distress), tachipnea dan inspirasi dedas(crackle). Kegagalan pernapasan
yang progresif difus, bilateral, infiltrasi dan tampilan gejala napas
akut(ARDS=acute respiratoric distress syndrome).Kegagalan banyak organ
disfungsi ginjal, jantung termasuk dilatasi dan supraventrikular
aritmia. Komplikasi yang lain ventilator berhubungan pneumonia,
perdarahan paru, pneumothoraks, pancytopenia, gejala dari Reye dan
sepsis tanpa bakteremia.4 Awal penyakit yang tiba-tiba dan cepat
memburuk, demam tinggi, nyeri otot, dan batuk kering sering dijumpai di
infeksi AI(H5N1).9 Diagnosis banding AI (H5N1) diantaranya ialah
respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, parainfluenza virus,
rhinovirus, Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella
pneumophila. Ada beberapa perbedaan gejala AI(H5N1) dan influenza
lain(crackle).
Klasifikasi Diagnosis
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia(DEPKES RI) membagi diagnosis AI (H5N1) di
manusia menjadi kasus dugaan, kemungkinan(probable), dan kasus
terkukuhkan (konfirmasi).Kasus dugaan AI (H5N1) ialah bila seseorang
mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)disertai demam (≥ 38° C), batuk dan atau sakit tenggorokan dengan salah satu kegiatan sebelumnya.Misalnya: seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit KLB
(kejadian luar biasa) AI (H5N1),bersentuhan dengan kasus terkukuhkan
(konfirmasi) AI (H5N1) dalam masa penularan, bekerja di laboratorium
yang memproses spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita AI
(H5N1). Dalam hal itu pemeriksaan darah menunjukkan lekopeni (lekosit ≤
3000/uL) dan atau trombositopeni (trombosit ≤ 150.000/uL), ditemukan
titer antibody <1:20 terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HAI,foto
dada menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru
yang meluas (foto serial). Kriteria kasus dugaan yang lain, jika
terjadi ARDS dengan satu atau lebih gejala: lekopeni atau limfopenia
dengan atau tanpa trombositopenia, foto dada menunjukkan pneumonia
atipikal atau infiltrate kedua sisi paru yang makin luas.Kasus
kemungkinan (probable) yaitu kasus suspek dengan salah satu keadaan:
bukti laboratorium terbatas mengarah ke virus influenza A H5N1.Misalnya
kenaikan 4 kali titer antibodi dengan uji HAI terhadap sepasang serum
yang diambil setelah 10–14 hari saat pengambilan yang pertama,
terkenalinya antigen atau bahan genetika virus atau adanya titer
antibodi spesifik yang sangat tinggi dalam serum tunggal dengan uji
penetralan di laboratorium rujukan. Dalam waktu singkat keadaan tersebut
berlanjut menjadi pneumonia atau gagal pernapasan,bahkan meninggal
dengan pembuktian tidak ada penyebab lain.
Sampai
saat ini pandemik AI masih terjadi baik dinegara berkembang maupun
maju, kemungkinan transmisi dari perpindahan burung dari Negara endemis
ke nonendemis.Meskipun penyakit AI menyerang unggas, atau binatang
ternak lain tapi dapat menular ke manusia selain itu antar manusia belum
dapat dibuktikan.Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan lekosit, trombosit yang dilakukan pada kasus
dicurigai.Pemeriksaan yang klinis mencurigakan AI dapat dilakukan secara
bersamaan yaitu mengambil darah untuk serologi, usap tenggorok,
nasofaring, danorofaring untuk pemeriksaan RT-PCR maupun untuk uji emas
kultur virus sebagai konfirmasi.Kelemahan pemeriksaan laboratorium belum
semua laboratorium rujukan dapat melakukan pemeriksaan RT-PCR.Cara
penanganan sampel harus dilakukan secara cermat agar tidak timbul hasil
negatif atau positif palsu. Pemantauan di daerah endemik perlu dilakukan
baik pada peternak maupun penduduk sekitarnya.Perlu diwaspadai gejala
klinik pneumonia dengan pneumonia non AI, karena gejala hampir sama atau
mirip. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan pemeriksaan RT-PCR
mengingat banyak kasus AI yang sudah tersebar di sebagian daerah
Indonesia atau kegunaan lain untuk diagnosis penyakit yang tidak dapat
dipantau secara konvensionil.
POPULASI PENYEBARANYYA
Penyebaran
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain: . Ayam dan
manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian
Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat
di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah
penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang
terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong dilaporkan adanya
kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan
kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian
Influenza A(H5N1) dan satu orang meninggal. Pada tahun 2003, di Belanda
ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya
meninggal. Pada Januari 2004, di beberapa
provinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek (Bogor,Tangerang, Bekasi),
Jawa Timur, Jawa Tengah,Kalimantan Barat, dan Jawa Barat dilaporkan
kejadian kematian ayam yang luar biasa. Jumlah unggas yang mati akibat
wabah penyakit AI di 10 provinsi diperkirakan 3.842.275 ekor dan paling
tinggi di provinsi Jawa Barat sebesar 1.541.427 ekor.Awal kematian
tersebut diduga akibat virus New Castle, tetapi pengukuhan terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh AI (H5N1).Pada 19 Januari 2004,
WHO mengumumkan Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia
terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan
Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa.
Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle,
namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh
virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat
wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu
3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah
propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor ).
Kehebohan
itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan
lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara
Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang
remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang
dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari
Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80%
kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat
flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang
yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10
orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan
seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila
kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh
dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada
penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR =
9,6%).
Berdasarkan
hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3
Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum
ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.
Melihat
kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya
kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi
kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus
ini di negara lain telah menginfeksi manusia.
Dengan
tambahan dua kasus korban Flu Burung lagi di Indonesia, mencapai jumlah
94 orang dengan 74 orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah propinsi
yang terjangkitpun akhir bulan lalu telah bertambah menjadi 10 propinsi
dengan dikonfirmasinya satu kasus asal Palembang, Propinsi Sumatera
Selatan, yaitu M (P, 22) yang meninggal tanggal 24 Maret 2007.Propinsi
DKI Jakarta memiliki jumlah kasus Flu Burung kedua terbanyak setelah
Propinsi Jawa Barat. Dalam kurun waktu 1 Januari-7 April 2007, sudah
enam (6) warga Jakarta dan dua (2) warga Jawa Tengah terjangkit Flu
Burung.Kasus ke lima di Jawa Tengah meninggal pada tanggal 19 Januari
2007. Di DKI Jakarta, meski Gubernur Sutiyoso telah memberlakukan
larangan memelihara unggas di kawasan pemukiman pada pertengahan Januari
2007, lima (5) warga Jakarta meninggal dunia setelah masa pemberlakuan
tersebut. Dari penyelidikan epidemiologis di lingkungan tempat tinggal
kasus Flu Burung, terbukti bahwa unggas masih dipelihara warga yang
tinggal di lingkungan pemukiman. Tampaknya walaupun peraturan daerah
tersebut telah diketahui kebanyakan warga, warga masih enggan memisahkan
diri dari unggas-unggasnya.Dengan 94 kasus Flu Burung, kini Indonesia
memiliki jumlah kasus Flu Burung terbanyak di dunia, melebihi Vietnam yang memiliki 93 kasus Flu Burung. Flu Burung mulai menjangkiti warga Vietnam sejak tahun 2003, namun Pemerintah Vietnam telah berhasil
menghentikan pertambahan jumlah kasus Flu Burung di negara sosialis
tersebut sejak akhir November 2005. Membandingkan CFR, Indonesia pun
duduk di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72%
sementara Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus
Flu Burung di Indonesia memang lebih membahayakan daripada strain virus
Vietnam. Apalagi warga baru pergi berobat setelah lebih dari 2 hari
merasa demam dan menampakkan gejala flu. Padahal
obat Tamiflu hanya efektif jika diberikan dalam jangka waktu kurang dari
2 x 24 jam (dua hari) setelah gejala sakit muncul. Pada tanggal 29
April 2009, WHO menyatakan bahwa dunia sudah memasuki fase
5 pandemi yaitu terjadi penularan antar manusia untuk virus influenza
baru yaitu Swine Flu H1N1 (Flu Meksiko). Negara-negara yang sudah
terinfeksi sampai tanggal 30 April 2009 adalah Meksiko, Amerika Serikat (
California, Texas, New York, Ohio, Kansas,Massachusetts, Michigan,
Nevada , Indiana, Arizona), Israel, Selandia Baru, Spanyol, United
Kingdom, Austria dan Jerman. Jumlah kasus yang konfirmasi yang
dilaporkan ke WHO adalah 148 kasus dengan 8 kematian.Kondisi tersebut
memerlukan kewaspadaan dan kesiapan yang tinggi dari semua negara di
dunia termasuk Indonesia dalam menghadapi penyebaran virus Swine
Influenza H1N1 tersebut.
UPAYA PENCEGAHAN
1. Tidak
menyentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, segera bersihkan
tubuh dengan sabun. Langsung laporkan kejadian tersebut pada RT/RW atau
Kepala Desa,
2. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat.
3. Menggunakan air dan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan masak. Masak unggas dan telur unggas hingga matang,
4. Memisahkan unggas dari manusia. Pisahkan unggas baru dari unggas lama selama 3 minggu,
5. Memeriksakan
diri ke Puskesmas atau rumah sakit (terutama rumah sakit rujukan
pemerintah) jika mengalami gejala flu dan demam, terutama setelah
berdekatan dengan ungags
6. Usahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama)
7. Mencuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk unggas.
8. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup
Pengawasan
Seseorang
yang terkena flu harus istirahat dan tidur yang cukup dan banyak minum.
Obat demam dan sirup obat batuk berguna untuk meringankan gejala.
Apabila tidak ada infeksi karena bakteri, obat antibiotika jangan
dipakai. Pasien juga perlu menjaga kebersihan diri dan sering cuci
tangan untuk menghindari penyebaran virus dari tangan yang kena virus
sewaktu menyentuh hidung atau mulut. Aspirin tidak boleh digunakan untuk
anak-anak, karena dapat mengakibatkan sindrom Reye. Penderita yang
memiliki kekebalan melawan penyakit yank rendah atau apabila terjadi
tanda-tanda memburuknya kondisi badan, perlu segara meminta nasehat
dokter.Flu burung H5N1 pada umumnya lebih menyengsarakan daripada flu
biasa, dan seringkali memerlukan perawatan di rumah sakit. Penderita
harus berkonsultasi ke dokter sesegara mungkin. Berberapa obat anti
virus mungkin efektif untuk pengobatan penyakit itu. Obat-obatan harus
digunakan secara hati-hati sesuai instruksi dokter, karena obat-obatan
itu kemungkinan dapat mendatangkan akibat sampingan yang kurang baik.
Perlindungan terbaik terhadap influenza dan flu burung adalah dengan
membangun ketahanan tubuh yang baik. Hal ini bisa diperoleh melalui pola
makan seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, pengurangan
ketegangan dan tidak merokok. Apabila anda memiliki gejala-gejala flu,
lebih baik menghindari tempat-tempat umum yang ramai yang memiliki
sirkulasi udara buruk.Kotoran-kotoran burung dan unggas hidup yang
terinfeksi dapat membawa virus flu burung. Orang harus menghindari untuk
menyentuh burung dan unggas serta kotorannya. Apabila anda telah
memegang burung dan u ggas hidup. segara cuci tangan dengan sabun cair
dan air dengan benar. Apabila anda memeliharan burung di rumah, hindari
memegang burung itu dan mencuci tangan dengan benar memakai sabun cair
setiap kali sehabis memegangnya atau setelah membersihkan kotorannya.
Sekolah-sekolah dan tempat-tempat penitipan anak harus mengambil
tindakan-tindakan untuk menghindari anak-anak untuk menyantuh unggas
hidup. Unggas dan telur harus dimasak dengan benar sebelum dimakan.
Apabila melakukan perjalanan keluar negri, hindari memegang burung dan
unggas hidup. Apabila mengalami gejala flu setelah kembali dari daerah
berjangkitnya flu burung, harus segera berkonsultasi ke dokter. Beritahu
dokter riwayat perjalanan anda. Pakailah masker untuk menghindari
penyebaran penyakit itu.
Perhatikan
selalu kebersihan diri dan lingkungan dengan baik setiap saat. Pelihara
kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan memakai sabun cair,
terutama sebelum makan, memegang hidung, mulut dan mata. Tutup mulut dan
hidung anda dengan kertas batuk atau bersin. Buang kertas tisu kotor ke
dalam tempat sampah yang memiliki tutup, lalu cuci tangan dengan benar.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1. Penyakit
flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas.
2. Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A subtipe H5N1.
3. Tingkat
kematian flu burung tinggi (CFR 76%) . Membandingkan CFR, Indonesia pun
duduk di peringkat teratas dengan Angka Kematian Kasus mencapai 78,72%
sementara Vietnam hanya 45,16%. Diakui pakar dunia bahwa strain virus
Flu Burung di Indonesia memang lebih membahayakan daripada strain virus
Vietnam.
4. Gejala pada unggas: Jengger berwarna biru, Borok di kaki, dan Kematian mendadak
5. Gejala
pada manusia yaitu: Demam (suhu badan diatas 38 °C), Batuk dan nyeri
tenggorokan, Radang saluran pernapasan atas, Pneumonia, Infeksi mata,
dan Nyeri otot
6. Untuk
pencegahan, Pada Unggas dilakukan: Pemusnahan unggas/burung yang
terinfeksi flu burung, dan Vaksinasi pada unggas yang sehat; Pada
Manusia : Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja,
Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu
burung, Menggunakan alat pelindung diri. (contoh: masker dan pakaian
kerja), Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja, Membersihkan kotoran
unggas setiap hari, Imunisasi, Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan
makanan bergizi & istirahat cukup, dan Mengolah unggas dengan cara
yang benar.
B. Saran
Perlu adanya penyuluhan/promosi kesehatan
dari tenaga kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit flu burung
agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas
namun harus tetap waspada.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, M., Salim, H., Alim, H., Avian influenza (flu burung).2005:Jakarta,Cermin dunia Kedokteran.
Anorital,Epidemiologi avian influenza Denpasar, Desember 2005.Kumpulan makalah pelatihan penanganan sampel flu burung (avian influeza).
NHARTI .Penyakit Flu Burung.Retrived 18 maret 2010 From: http://nartifkmug.blogspot.com/2009/04/flu-burung
Community-Based Avian Influenza Control Project.flu burung.Retrived 20 maret 2010. From: http://www.dai.com/work/project_detail.
World Health Organization.Flu Burung.Retrived 20 maret 2010.From: http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/index.html
KOMNAS FBPI.Bahaya FluBurung.Retrived 20 Maret 2010.From:
http://www.komnasfbpi.go.id/utama_eng.php
Departemen Pertanian, Republik Indonesia.Flu Burung.Retrived 20 maret 2010.From:
http://www.deptan.go.id
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.Kasus Flu Burung.Retrived 20 Maret 2010.From:
http://www.depkes.go.id/en/index_en.htm
No comments:
Post a Comment