Thursday 14 June 2012

Klasifikasi dan Morfoligi Tanaman Lada serta budidaya

Klasifikasi dan Morfoligi Tanaman Lada


Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman lada diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)
2. Sub divisi : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
3. Kelas : Monocotyledoneae (biji berkeping satu)
4. Ordo : Piperales
5. Famili : Piperaceae
6. Genus : Piper
7. Spesies : Piper nigrum Linn
Genus Piper memiliki banyak spesies. Sekitar 600 – 2.000 spesies di  antaranya tersebar di daerah tropis. Dari jumlah tersebut, terdapat beberapa spesies yang telah dibudidayakan, antara lain Piper nigrum (lada), Piper betle (sirih), dan Piper retrofractum (cabai jawa) (Rukmana, 2003).
Chromosome pada piper nigrum berjumlah 2n = 52. Bangsa Piper termasuk kelas Dicotyledae, ordo Piperales dan keluarga Piperaceae. Di antara 600 jenis bangsa Piper yang terdapat di daerah tropis, kurang lebih 40 jenis berasal dari Indonesia. Menurut dugaan, lada yang ditanam di Indonesia dewasa ini bukanlah tanaman asli Indonesia melainkan diimport dari India.
Pada waktu itu, tanaman tersebut masih hidup secara liar. Butir-butir lada yang kita kenal, baik lada hitam maupun lada putih adalah buah daripada lada yang berbatang memanjat. Batang itu bisa mencapai ketinggian lebih dari 10 m. Tetapi tanaman lada yang sudah dewasa tidak akan dibiarkan memanjat sampai mencapai ketinggian lebih dari 10 m, melainkan dibentuk atau dibuat dengan ketinggian 4 – 5 m, melekat pada tajar. Sedangkan keliling tubuhnya (mahkota pohon) bergaris tengah 1,5 m
(Rukmana, 2003).
1. Akar
Pada garis besarnya lada mempunyai 2 jenis akar, yakni:
a. Akar yang terdapat di atas tanah, Akar yang terdapat di atas tanah juga disebut akar lekat atau akar panjat. Akar lekat ini berguna untuk melekat atau memanjat pada tajarnya, sehingga tanaman bisa tumbuh ke atas. Akar-akar
lekat ini hanya tumbuh pada buku batang orthotrop, sedangkan pada cabang-cabang buah tidak akan tumbuh akar lekat.
b. Akar yang terdapat di dalam tanah, akar yang terdapat di dalam tanah juga disebut akar utama. Akar-akar ini selain tumbuh pada bukunya yang merupakan perpanjangan dari akar lekat, juga tumbuh pada bekasbekaspotongan batang. Akar utama tumbuh pada pangkal batang, sehingga padasuatu batang bisa terdapat 10-20 akar utama. Pada akar utama itu akan tumbuh akar samping dengan bulu akar yang banyak sekali. Bulubuluakar tersebut bisa berkembang di permukaan tanah dan berguna untuk menghisap makanan yang diperlukan. Apabila keadaan tanah memungkinkan, maka akar itu akan dapat menembus tanah sedalam 12 m.Sedangkan panjangnya akar bisa mencapai 2-4 m. Tetapi pada umumnya sistem perakaran lada cukup dangkal, hanya mencapai kedalaman antara 30-60 cm saja.
2. Batang
Bagian-bagian batang di atas tanah ada 3 jenis :
1. Stolon : tandas (batang primer). Stolon atau batang primer juga disebut batang dasar; istilah Lampung, stolon ini apa yang disebut tandas. Stolon merupakan batang pokok atau batang induk yamg tumbuh memanjat di mana batang-batang lain seperti cabangcabang orthotrop dan pang plagiotrop akan tumbuh. Batang ini berbentuk agak pipih, dan setelah berdiameter 4-6 cm, berbenjolbenjol, berwarna abu-abu tua, beruas-ruas dan lekas berkayu serta berakar lekat. Sedangkan pada kuncupnya, batang tersebut membengkok. Setiap ruas panjangnya bisa mencapai 7- 12 cm; dan pada bukunya tumbuh sehelai daun dan satu kuncup yang berhadaphadapan.
Tanaman lada masih muda, yakni umur 8 -12 bulan akan mencapai ketinggian 1 1,5 m dengan ruas yang jumlahnya ± 20 buah. Setelah itu, barulah pada tanaman tersebut akan tumbuh cabang-cabang itu juga disebut kayu primer, sekunder, tertier.
Pada umumnya tunas atau kuncup tak akan tumbuh pada setiap ruas, melainkan setelah tumbuh cabang sekunder 3 -4 ruas lagi, barulah kuncup yang baru dan seterusnya. Kadangkadang dialami, setelah tumbuh 7 -10 ruas barulah tumbuh kuncup yang lain.
3. Cabang-cabang orthotrop
Cabang-cabang ini tumbuh pada batang pokok. Cabang tersebut bentuknya bulat, berkuncup yang berjauhan dan tumbuhnya memanjat ke atas. Cabangcabang ini kedudukannya sama dengan batang primer. Sebab mereka juga berakar lekat, memanjat serta beruasruas.
Pada setiap buku terdapat sehelai daun yang berhadap-hadapan dengan cabang plagiotrop dan segumpal akar lekat yang mengikat tanaman pada tajarnya. Semua cabang yang mengarah ke atas disebut cabang orthotrop. Apabila cabang-cabang itu tak melekat pada tajar, tetapi memanjang terus ke bawah atau menggantung, maka cabang itu disebut sulur gantung, sedang yang tumbuh pada pertumbuhan tanah disebut sulur tanah. Baik sulur tanah ataupun sulur gantung dapat dipergunakan sebagai bibit.
4. Cabang plagiotrop: cabang buah
Cabang plagiotrop ialah rantingranting yang tumbuh dari batang orthotrop, yang jumlahnya banyak sekali. Ranting-ranting ini pendek, agak kecil dan tak melekat pada tajar sebab masingmasing, bukunya tak berakar lekat. Pada setiap buku tumbuh sehelai daun yang berhadaphadapan, dan disinilah akan tumbuh malai bunga. Cabang plagiotrop ini tumbuhnya selalu ke samping (lateral), dan pada cabang plagiotrop ini masih bisa tumbuh ranting-ranting lagi. Inilah bagian-bagian yang selalu mengeluarkan malai bunga atau buah,
maka ia juga disebut cabang-cabang buah.
5. Daun
Tanaman lada itu berdaun tunggal tidak berpasangan, keadaannya kenyal, serta bertangkai. Bentuknya bulat telur, tetapi pada pucuknya meruncing. Daun belahan atas berwarna hijau tua mengkilat, sedangkan pada belahan bawah berwarna hijau pucat dan tak mengkilat. Panjang tangkai 2- 4 cm, panjang daun 12- 18 cm, dan lebarnya 5-10 cm serta berurat daun 5 -9. Daun pada batang bagian atas tidak sama dengan daun pada bagian bawah, di bagian atas lebih panjang, sedang bagian bawah lebih bulat. Begitu pula bentuk daun dari batang atau cabang juga tidak sama dengan daun pada sulur dan cabang plagiotrop. Daun pada cabang bentuknya simetris dan berwarna tua, sedang daun dari cabang plagiotrop atau sulur asimetris dan berwarna muda.
Daun-daun tersebut tumbuhnya berhadap-hadapan dengan tumbuhnya
kuncup cabang, sedang daun pada cabang plagiotrop tumbuhnya berhadap-hadapan dengan tumbuhnya malai bunga. Kuncup daun itu dibungkus oleh kelopak. Apabila daun itu akan mengembang, maka gugurlah kelopak atau sisik tersebut.

6. Bunga

Bagian-bagian yang dapat berbunga hanyalah cabang-cabang plagiotrop atau cabangcabang buah. Bungabunga itu tumbuh pada malai bunga, sedang malai bunga itu sendiri tumbuh pada ruas-ruas cabang buah yang berhadap-hadapan dengan daun. Sebagaimana bunga yang lain, maka bunga lada juga mempunyai bagian, antara lain:
a. Tajuk bunga atau dasar bunga. Tajuk bunga ini berwarna hijau atau melekat pada malai. Apabila sudah tumbuh buah, tajuk ini akan merupakan dasar buah atau tempat duduk buah, karena buahnya tidak bertangkai.
b. Mahkota bunga. Ini berwarna kuning kehijau-hijauan dan tumbuh pada dasar bunga. Bentuknya sangat kecil dan halus, sedang beberapa hari setelah terjadi penyerbukan, maka daun bunga itu akan layu dan akhirnya mengering.
c. Putik. Putik adalah alat betina, bagian ini merupakan terusan dari ovarium.
Putik terdiri dari:
1. Ovarium: mengandung sebuah sel telur yang berdiri tegak dan bertangkai pendek.
2. Bakal buah yang dilengkapi dengan tangkai kepala putik dengan bentuk bintang yang terdapat 35 tangkai. Setiap tangkai panjangnya 1 mm serta terdapat kepala putik basah dengan garis tengah 10 mu (1 mu = 1/1000 mm).
d. Benang sari. Benang sari adalah alat jantan, terdiri dari 2 atau 4 tangkai benangsari dan kepala benangsari. Di dalam kepala benangsari terdapat tepungsari yang berguna untuk menyerbuk putikputik. Tangkai benang sari panjangya 1 mm, sedang kepala benang sari besarnya 10 mu, dan bundar.
Karena bunga lada itu memiliki putik dan benang sari, maka disebut bunga
sempurna atau berumah satu. Malai yang tumbuh lebih dulu adalah malai yang dekat pucuk-pucuk cabang buah, kemudian disusul malaimalai
dibawahnya. Selanjutnya apabila semua ruas cabang buah itu sudah tumbuh beberapa malai, maka malai itu akan mengarah ke bawah atau menggantung. Tiap malai bunga panjangnya 7-12 cm, dan tumbuh bunga
maksimal 150.
7. Buah dan Biji
Buah merupakan produksi pokok daripada hasil tanaman lada. Buah lada mempunyai ciriciri
khas sebagai berikut:
Bentuk dan warna buah: buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning. Dan apabila buah sudah masak berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Maka buah lada disukai burungburung
berkicau. Sesudah dikeringkan lada itu berwarna hitam. Kedudukan buah: buah lada merupakan buah duduk, yang melekat pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6 mm. Sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100 biji kurang lebih 38 gr atau rata-rata 4,5 gr.
Keadaan kulit buah: kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, ialah:
a. Epicarp = kulit luar
b. Mesocarp = kulit tengah
c. Endocarp = kulit dalam
Biji: di dalam kulit ini terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-biji ini juga mempunyai lapisan kulit yang keras.

BUDIDAYA LADA

I. PENDAHULUAN
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
- Suhu udara 200C - 34 0C.
- Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.
- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

2.2. Media Tanam
- Subur dan kaya bahan organik
- Tidak tergenang atau terlalu kering
- pH tanah 5,5-7,0
- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan

- Terjamin kemurnian jenis bibitnya
- Berasal dari pohon induk yang sehat
- Bebas dari hama dan penyakit
- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)

3.2. Pengolahan Media Tanam
a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :
- Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
- Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
- Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
- Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

3.3. Teknik Penanaman
- Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
- Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
- Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
- Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL GLIO.
- Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar :
- NPK 20 gram/tanaman
- Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
- Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :
- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
- Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Pengikatan Sulur Panjat
Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

3.4.4. Perempalan
Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:
Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit.
Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif
Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.
3.4.5. Pemupukan Susulan
Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 - 4 minggu sekali.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :

Umur
(bln)
Pupuk makro (gram/pohon)
Urea
SP 36
KCl
3-4
35
15
20
4-5
35
20
25
5-6
35
25
30
6-17
35
30
35

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

3.4.7. Pemberian Mulsa
Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

3.4.8. Penggunaan Tajar ( Ajir)
Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m..

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama

a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA.

b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.

c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

b. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
3.6.2. Cara Panen
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
3.6.3. Periode Panen
Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...