Budidaya Murbei
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persuteraan
alam adalah kegiatan agro-industri yang meliputi pembibitan ulat
sutera, budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemintalan
benang, pertenunan, pembatikan/ pencelupan/ pencapan/ penyempurnaan,
garmen dan pembuatan barang jadi lain termasuk pemasarannya. Pengembangan
persuteraan alam pada tingkat hulu diarahkan pada pemanfaatan lahan
produktif, lahan kritis (murbei sebagai tanaman konservasi tanah dan
air) dan lahan yang belum dimanfaatkan secara komersial, baik milik
masyaraka
t
maupun pemerintah. Dalam budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat
sutera diperlukan dukungan sarana dengan teknologi tepat guna agar
menghasilkan kokon berkualitas tinggi sehingga
mampu menghasilkan benang sutera bermutu tinggi pula.
Kegiatan persuteraan alam bersifat padat karya yaitu menyer
ap
tenaga kerja banyak dan dapat dilakukan oleh laki-laki, perempuan,
dewasa maupun anak-anak. Selain itu alam dapat menjadi sumber pendapatan
masyarakat dan menggerakan ekonomi kerakyatan di pedesaan melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di
pedesaan.
Pengembangan persuteraan alam penting dilakukan karena :
1. Memiliki backward-lingkages dan forward-lingkages yang cukup panjang,
2. Menyerap
tenaga kerja terdidik maupun kurang terdidik untuk budidaya tanaman
murbei dan pemeliharaan ulat sutera hingga industri pengolahan (
pemintalan, pertenunan pembatikan, pencelupan, pencapan, penyempurnaan dnan garmen), promosi, pemasaran dan pasca penjualan
3. Menghasilkan nilai tambah tinggi dengan rantai nilai yang panjang mulai dari kegiatan di bagian hulu hinggi hilir
4. Meningkatkan pendapatan daerah dan devisa
5. Melibatkan berbagai instansi terkait, pelaku usaha dan masyarakat luas.
Budidaya
tanaman murbei merupakan dasar dari persuteraan alam, karena budidaya
murbei menghasilkan pakan ulat sutera. Budidaya tanaman murbei merupakan
kegiatan usaha dari mulai pembibitan, persiapan tanam, penanaman,
pemeliharaan, pa
nen dan pasca panen tanaman murbei yang dilakukan secara intensif dengan memperhatikan konservasi tanah dan air. Tujuannya
adalah memproduksi daun murbei untuk pakan ulat sutera dengan produksi
daun banyak dan kualitas nutrisi/ gizi tinggi. Sistem penanaman yang
dilakukan monokultur atau polikultur/ tumpang sari
Kondisi Pertanaman Murbei di lapangan antara lain :Tanaman kurang perawatan, Produksi daun rendah, dan Kualitas daun kurang optimal, sedangtkan potensinya
antara lain : Tanaman murbei harus dipelihara secara intensif,
Produksi\daun mampu mencapai 2 – 3 kg/tanaman/ pangkasan dan Kualitas
daun baik. Tanaman murbei jika dibudidayakan tidak intensif maka
produksi dan kualitas daun murbei kurang optimal, perkembangan tanaman
lambat, kapasitas pemeliharaan ulat sedikit dan produksi dan kualitas
kokon kurang.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha persuteraan alam salah
satunya budidaya murbei. Budidaya murbei menghasilkan pakan yang mempen
garuhi 38,2 % keberhasilan usaha pemeliharaan ulat sutera selain jenis ulat 4,2%, klimat: 37,0%, kualitas telur: 3,1%, teknik pemeliharaan ulat: 9,3% dan faktor lain: 8,2%
1.2. Masalah dalam Budidaya Murbei
Dalam budidaya tanaman murbei di Indonesia terdapat beberapa masalah antara lain :
• Budidaya tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat
sutera belum dilakukan secara intensif
• Budidaya tanaman murbei dilakukan sebagai usaha sampingan
• Jenis murbei yang ditanam belum seluruhnya unggul
• Produktivitas dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera masih rendah
• Bibit yang digunakan tidak jelas kualitasnya
• Lokasi penanaman kurang sesuai
• Lahan kekurangan air/ tadah hujan
• Kualitas tanaman kurang baik
1.3. Tujuan Budidaya Murbei
• Meningkatkan produktivitas tanaman agar/pakan ulat sutera tersedia secara rutin
• Meningkatkan kualitas pakan ulat sutera
• Meningkatkan pendapatan petani
1.4. Sasaran
• Persediaan pakan ulat sutera banyak
• Daun/ pakan berkualitas
• Kandungan nutrisi/ protein tinggi
• Umur daun cukup
1.5. Prinsip Budidaya Murbei
• Menggunakan bibit bermutu
• Pengolahan tanah yang baik
• Pengairan yang cukup
• Pemupukan yang efektif dan efisien
• Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
• Panen
• Pasca Panen
II. PERMASALAHAN DALAM PERSUTERAAN ALAM NASIONAL
2.1. Kebijakan
1. Belum ada sistem yang menjadi acuan dalam pengembangan persuteraan alam nasional
2. Belum ada model yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan persuteraan alam
3. Belum ada pembinaan dan pengembangan persuteraan alam nasional yang terarah dan berkesinambungan
4. Belum ada koordinasi yang terpadu antara instansi pembina dan para stakeholder.
2.2. Produk Sutera
1. Daya saing produk sutera nsional masih rendah dibandingkan dengan produk sejenis dari negara produsen lain
2. Teknologi yang digunakan masih tradisional dan sederhana
3. Proses produksi belum ekonomis
4. Jenis produk sutera masih terbatas
5. Standar Nasional Indonesia untuk kokon belum diterapkan
6. Produksi telur ulat sutera mutunya tidak stabil dan terbatas
2.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Pengetahuan petani dalam budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera masih terbatas
2. Tingkat pengetahuan dan keterampilan perajin dalam pemintalan benang dan pertenunan terbatas
3. Perajin sutera masih sangat tergantung pada para pedagang dalam memasarkan hsil produksinya
4. Pendapatan petani dan perajin untuk mencukupi kebutuhan keluarga masih sangat terbatas
2.4. Kelembagaan
1. Fungsi
dan peran Masyarakat Persuteraan Alam Indonesia (MPAI) masih terbatas
serta lemah dalam membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi
anggotanya
2. Koperasi/Kelompok tani/Kelompok perajin sebagai wadah kegiatan usaha belum berfungsi optimal
3. Lembaga
pendukung seperti bank dan non bank, litbang, asosiasi pengusaha dan
perguruan tinggi mempunyai program sendiri-sendiri sehingga kurang
terintegrasi dalam pengembangan persuteraan alam.
2.5. Budidaya Tanaman Murbei
1. Budidaya tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat sutera belum dilakukan secara intensif
2. Budidaya tanaman murbei dilakukan sebagai usaha sampingan
3. Jenis murbei yang ditanam belum seluruhnya unggul
4. Produktivitas dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera masih rendah
2.6. Pemeliharaan ulat sutera
1. Petani kurang memahami perilaku ulat sutera
2. Dalam pemeliharaan ulat sutera kedisiplinan dan ketelitian kurang
3. Petani kurang menyadari pentingnya sanitasi lingkungan dalam pemeliharaan ulat sutera
4. Petani belum mampu menetaskan dan memelihara ulat kecil sendiri
5. Produktivitas dan kualitas kokon masih rendah
Berdasarkan
kondisi dan permasalahan dalam persuteraan alam, maka untuk
menghasilkan sutera alam berkualitas tinggi harus dimulai dari awal,
yaitu budidaya tanaman murbei. Produktivitas
dan kualitas kokon ulat sutera serta benang sutera sangat dipengaruhi
oleh kondisi pakan yang berupa daun murbei. Kuantitas dan kualitas daun
murbei dipengaruhi oleh jenis murbei, kualitas bibit, teknik budidaya
yang intensif. Sedangkan kuantitas dan kualits benang sutera selain
dipengaruhi teknik budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera,
juga sangat dipengaruhi oleh teknologi reeling dan re-reeling yang
mutekhir serta mesin modern yang dapat menghasilkan benang sutera yang
berkualitas baik sehingga mampu bersaing di pasar international.
III. TANAMAN MURBEI
3.1. Deskripsi Tanaman Murbei
Tanaman Murbei
berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m diatas
ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini
mempunyai banyak jenis. Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai percabangan banyak. Daun
tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai
daun bulat telur, berjari atau berbentuk jantung, ujung runcing, tepi
bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari
ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada
jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau
ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai
pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum.
Tanaman
murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman
konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di
Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah
dan Jawa Timur), Kertu ( Sumatra Utara), Gertu (Sulawesi) Kitaoc
(Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei
(Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa (Italia) dan Murles (Perancis).
Murbei
merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain
sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain,
yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat
tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun,
ranting, buah dan kulit.
Daun
rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati.
Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat
(diaforetik), eluruh kencing (diuretik ), mendinginkan darah, pereda
demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.
Buah
rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan
ginjal. Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak
(ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah
dan efek tonik pada jantung.
Kulit
akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya
sebagai antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak
(detumescent).
Ranting
rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya
sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang
pembentukan kolateral.
a. Bentuk Tanaman
Tanaman
murbei berbentuk semak/ perdu, tingginya dapat mencapai 5 m – 6 m,
tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m – 25 m.
b. Batang
Batang
tanaman murbei warnanya bermacam-macam, tergantung speciesnya, yaitu
hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak
dengan arah dapat tegak, mendatar dan menggantung. Batang, cabang dan
ranting tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.
c. Daun
Tanaman
murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun
sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam,
tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, ada
yang berlekuk dan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun
meruncing atau membulat. Permukaan daun ada halus mengkilap, ada juga
yang kasab dan agak kasab.
d. Bunga dan Buah
Bunga
murbei berumah satu (monoecious) atau dua (dioecious). Bunga jantan dan
betina masing-masing tersusun dalam untaian terpisah.
Buah
murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu muda,
berwarna kuning kemerahan pada waktu agak tua dan merah sampai ungu
kehitaman jika sudah tua.
e. Akar
Tanaman
murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal
dari stek perakarannya mampu tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang
hingga mencapai ke dalaman 10 cm – 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan
akar tanaman murbei yang berumur tua mampu menembus ke dalaman lebih
dari 300 cm
3.2. SISTEMATIKA TANAMAN MURBEI :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Urticalis
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Species : Morus sp.
3.2.1. Varietas Murbei
Di Indonesia ada kira-kira 100 lebih jenis/ varietas murbei, tetapi yang dikenal ada 6 jenis yaitu :
· Morus cathayana
· Morus alba
· Morus multicaulis
· Morus nigra
· Morus australis
· Morus macruora
Dari
keenam jenis tersebut, jenis yang dianjurkan ditanam karena
keunggulannya, baik produktivitas maupun kualitas daunnya adalah Morus cathayana, Morus alba, Morus multicaulis, Morus kanva (dari India), SHA 4 X LUN 109 (Cina), Morus multicaulis (Cina`2) dan Morus alba (Calafat). Jenis-jenis tersebut sudah beradaptasi cukup baik dengan kondisi lingkungan di Indonesia
3.2.2. Beberapa Varietas Tanaman Murbei
Beberapa varietas tanaman murbei yang tumbuh dan berkembang dengan baik di Jawa Barat disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Varietas Tanaman Murbei di Jawa Barat
No
|
Varietas
|
Species
|
Negeri asal
|
Tinggi dpl
|
1
|
Kanva-2
|
M. bombycis
|
India
|
400 -1200
|
2
|
Cathayana
|
M. alba
|
Jepang
|
200 - 500
|
3
|
Multicaulis
|
M. multicaulis
|
Jepang
|
700 - 1200
|
4
|
Lembang
|
M. bombycis
|
Indonesia
|
200 - 500
|
5
|
Khunpai
|
M. bombycis
|
Tailand
|
200 - 500
|
3.3. Syarat tumbuh tanaman murbei
3.3.1. Tanah
¨ Tanaman murbei tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
¨ Tinggi tempat antara 300 s/d 800 meter dpl.
¨ Tanah subur, pH tanah 6,5 – 7
¨ Aerasi dan drainase tanah baik dengan solum tanah minimum 50 cm
¨ Dapat diairi, tapi tidak ada genangan air.
3.3.2. Iklim
¨ Sinar Matahari penuh dari pagi hingga sore.
¨ Curah hujan antara 2.500 s/d 3.000 mm/ tahun terbagi merata yaitu 8 bulan basah 4 bulan kering.
¨ Temperature 23 o C – 30 o C.
¨ Kelembaban udara 65 – 90 %
Tabel 2. Kapasitas Produksi Beberapa Jenis Tanaman Murbei
No
|
Varietas
|
Produksi (ton/ha)
|
Sebaran
|
Asal
|
1
|
Multicaulis
|
10-12
|
Jabar
|
Jepang
|
2
|
Kanva
|
12-18
|
Jabar, Sulsel
|
India
|
3
|
Nigra
|
5-8
|
Sulsel
| |
4
|
Katayana
|
12-10
|
Jabar, Sulsel
| |
5
|
Alba
|
8-10
|
Sulsel
|
3.4. Mutu Daun Murbei
Kualitas daun murbei sebagai makanan ulat sutera sangat dipengaruhi antara lain :
a. Jenis Murbei
Masing-masing jenis murbei mempunyai kandungan unsur kimia yang berbeda secara alami, untuk itu ada jenis yang diunggulkan.
b. Kesuburan Tanah dan Derajat Keasaman Tanah.
Kesuburan tanah jelas akan sangat berpengaruh terhadap mutu daun murbei yang dihasilkan. Derajat keasaman tanah (pH) <>
c. Lama Sinar Matahari Menyinari Kebun Murbei
Kebun
murbei yang mendapat sinar matahari sepanjang hari dari pagi sampai
sore akan menghasilkan daun murbei yang berkualitas baik.
3.5. Komposisi Nutrisi Daun Murbei
Komposisi
kimia daun murbei di Indonesia dan kakuso dari Rumania yang diteliti
oleh Dr.Alexandra Matei pada tahun 1996 sebagai berikut :
No comments:
Post a Comment