Tuesday, 5 June 2012

penyakit bronkus

  1. Patofisiologi
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entree mulut dan hidung “dropplet infection) yang selanjutnya  menimbulkan viremia dan bakteremia dan gejala atau reaksi tubuh untuk perlawanan.
C.  ETIOLOGI/PENYEBAB
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh berbagai macam hal yaitu, virus,bakteri,parasit dan jamur. Virusnya adalah virus rhinovus,respiratory syncitial virus (RSV), virus influenza dan coxscakie virus. Bakteri yang menyebabkannya adalah staphylococcus, streptococcus, pneumococcus,haemophulus influenza, parasit yang menyebabkan adalah oskariasis dan jamur.
D. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
  • Bronchitis kronik
  • Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
  • Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
  • Efusi pleura atau empisema
  • Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
  • Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
  • Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
  • Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
  • Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas
  • Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea
  1. II. ISI
  1. Masa prepatogenesis
  1. Masa pastogenesis
    Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru. Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar :
    1.  Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
    2.  Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
    Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
  2. Akhir penyakit
batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada obstruksi nafas akan ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum kurang baik, sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis. Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan : bronkovascular marking, multiple cysts containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi basah kasar pada daerah yang terkena.
  1. Pencegahan
Masa prepatogenesis(primer) Langkah-langkah ini juga dapat membantu menurunkan risiko bronkitis dan melindungi paru-paru secara umum:
  1. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko bronkitis kronis dan emphysema.
  2. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.
  3. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.
  4. Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60 tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu lagi.
  5. Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.
  6. Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.
  • Masa patogenesis(sekunder)
Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk congenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk mencegah terjadinya bronchitis ada beberapa cara :
-Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat terhadap semua bentuk pneumonia yang timbul,pada anak akan dapat mencegah ( mengurangi ) timbulnya bronchitis.Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia ) pada anak dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif terhadap timbulnya bronchitis.
  • Akhir penyakit (tersier)
a.  Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan :
  • secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
  • untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
  • atau kedua-duanya digunakan
Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap pasien harus iberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari  dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid ( putih jernih).
Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.
b. Drainase secret dengan bronkoskop
Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan  pasien. Keperluannya antara lain :
  • Menentukan dari mana asal secret
  • Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
  • Menghilangkan bstruksi bronkus dengan suction drainage daerah  obstruksi
  1. Kesimpulan
pasien bronchitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat ( konservatif atau pembedahan ) dapat memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.
Daftar Pustaka
Buku ajar : asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan.ARIF MUTAQQIN(2008).
Diagnosa keperawatan: buku saku edisi revisi 2001,Lynda juall
Perawatan anak sakit 2003

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...