Seperti
kita ketahui, bahwa banyak sekali arsitektur masjid yang masih
mempertahankan arsitektur peradaban asli suku bangsa setempat di dunia
ini, disebabkan bangunan tersebut telah ada dan dibangun pada zaman awal
masuk dan berkembangnya agama Islam, sedangkan thread ini hanya akan
menyajikan informasi 7 buah bangunan masjid saja yang dikategorikan
sebagai “7 Simply Amazing Mosques” di dunia.
1. Masjid Agung Djenné, Afrika Barat
Masjid Agung Djenne, pada mulanya masjid ini dibangun sepenuhnya dengan bahan “ferey” atau bata dari bahan tanah yang dikeringkan dengan matahari dan diplaster dengan tanah lumpur, dengan ketebalan dinding antara 41 cm dan 61 cm. Masjid ini dibangun pada abad ke-13 dan direnovasi pada tahun 1834. Masjid yang terlihat pada gambar ini dibangun ulang kembali pada awal abad ke-20 dan selesai sekitar 1909. dengan bantuan dan dukungan Pemerintah Perancis dimana pada pada saat itu Djenné adalah negeri jajahan Perancis di Afrika Barat. Pemerintah Prancis telah memberi bantuan dan dukungan politik serta dana untuk pembangunan kembali Masjid Agung Djenné ini.
Masjid Agung Djenne, pada mulanya masjid ini dibangun sepenuhnya dengan bahan “ferey” atau bata dari bahan tanah yang dikeringkan dengan matahari dan diplaster dengan tanah lumpur, dengan ketebalan dinding antara 41 cm dan 61 cm. Masjid ini dibangun pada abad ke-13 dan direnovasi pada tahun 1834. Masjid yang terlihat pada gambar ini dibangun ulang kembali pada awal abad ke-20 dan selesai sekitar 1909. dengan bantuan dan dukungan Pemerintah Perancis dimana pada pada saat itu Djenné adalah negeri jajahan Perancis di Afrika Barat. Pemerintah Prancis telah memberi bantuan dan dukungan politik serta dana untuk pembangunan kembali Masjid Agung Djenné ini.
Satu-satunya bagian asli bangunan yang
masih dipertahankan dari masjid ini adalah ruang dasar (kandang) yaitu
tempat kuburan atau makam pemimpin-pemimpin lokal bangsa Djenné.
Masjid Agung ini berlokasi di tepi Sungai
Bani Kumba, pada platform atau site yang telah ditinggikan dengan luas
permukaan bidang 5625 m², sehingga terlindung dari banjir.
Setiap tahun, masjid Djenné mendapat
perawatan atau perbaikan dalam rangka menyambut berbagai perayaan
festival rakyat sebagai hiburan yang luarbiasa, serta menyenangkan bagi
masyarakat Djenné.
Masjid Agung Djenné adalah salah satu
“Situs Warisan Dunia” yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1988″, yang
dapat dikunjungi setiap saat, tetapi tidak dibolehkan memasuki
bangunan, kecuali anda Muslim. Masjid Agung ini telah ditutup untuk
non-Muslim pada tahun 1996, akibat dari kerusuhan dan penembakkan salah
seorang official fotografi majalah Vogue Prancis di dalam masjid.
2. Masjid Agung dari Xi’an, Cina
Masjid Agung Xi’an ini adalah masjid pertama di Cina pada masa dinasti Tang, disain masjid dipengaruhi oleh arsitektur bangunan dan rumah ibadah yang lazim pada masa itu, masjid ini dibangun selama 742CE (kekuasaan Kaisar Xuanzong, 685-762).
Masjid Agung Xi’an ini adalah masjid pertama di Cina pada masa dinasti Tang, disain masjid dipengaruhi oleh arsitektur bangunan dan rumah ibadah yang lazim pada masa itu, masjid ini dibangun selama 742CE (kekuasaan Kaisar Xuanzong, 685-762).
Kemudian Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming
merenovasi kembali masjid, yang samasekali tidak pernah menambahkan
kubah atau dome dan menara, atau sama sekali tidak merobah arsitektur
asli masjid.
Fitur yang penting dalam arsitektur ini adalah penekanan pada “simetris yang kontras” dengan taman di sekitar bangunan
Masjid ini merupakan salah satu contoh
dari Sino-arsitektur Islam. di Cina, khususnya masjid yang berada di
dekat Drum Tower (Gu Lou) di Huajue Lane dari Xi’an (Sian), provinsi
Shaanxi, Cina, dan merupakan salah satu masjid yang paling tua dan
paling terkenal di negeri ini.
Masjid ini awalnya merupakan pusat
keagamaan (Islam) bagi pedagang Arab dan Persia yang beroperasi di
Cina.serta pusat kegiatan hubungan dagang dengan pemerintahan dinasti
Tang, Disinilah rute perdagangan Xi’an terhubung ke Timur Tengah dan
Eropa, dan China untuk membuka diri dengan dunia Barat.
Pada 754 AD hasil sensus menunjukkan
bahwa ada lima ribu orang asing yang tinggal di kota ini yang terdiri
dari bangsa Turki, Iran, India, serta bangsa Jepang, Korea dan bangsa
berbudaya Melayu dari timur.
Untuk mengetahui dan mempelajari lebih
lanjut arsitektur masjid ini, silahkan kunjungi website (atau klik
disini).Website ini berisi banyak gambar dan penjelasan rinci dari
Masjid Agung Xi’an, serta beberapa sejarah tentang daerah tersebut.
3. Mesjid Agung Samarra, Irak
Masjid Agung di Samarra, Irak ini dibangun pada abad 9, yaitu 848CE, selesai dalam 52 tahun pada masa pemerintahan khalifah Abbasid Al-Mutawakkil (di Samarra) dari 847 sampai 861.
Masjid Agung di Samarra, Irak ini dibangun pada abad 9, yaitu 848CE, selesai dalam 52 tahun pada masa pemerintahan khalifah Abbasid Al-Mutawakkil (di Samarra) dari 847 sampai 861.
Pada zamannya, masjid ini adalah masjid
terbesar di dunia, tinggi menara, yaitu menara yang terkenal disebut
menara al-Malwiya adalah 52 meter dengan lebar dasar spiral menara 33
meter, dan dapat menampung delapan puluh ribu orang jemaah. Masjid
didinding atau dibatasi dengan dinding batu bata yang mengelilingi
sebuah kawasan yang berukuran panjang 240 meter, lebar 158 meter, dan
tinggi 10 meter. Dinding ditutupi dengan panel berwarna biru gelap
dengan kaca mosaic.
Menara masjid yang berbentuk spiral.
Spiral menara masjid ini ini sangat terkenal, dan merupakan fitur-fitur
pertama kali yang didaftarkan pada bangunan-bangunan bersejarah
“Congregational Mosque” Al-Mutawakkil di Irak, kemudian diikuti oleh 20
bangunan istana lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pemimpin atau
khalifah di Irak pada masa itu sangat menghargai perkembangan dan
kemajuan karya seni arsitektur.
Sayangnya, pada 1 April 2005, bagian atas
Malwiya mesjid rusak oleh sebuah bom. dalam peperangan infasi AS ke
negara Irak.(seperti gambar puing masjid, disamping) Para pejabat Irak
telah menyatakan klaim bahwa tentara AS telah menyebabkan kerusakan yang
signifikan pada situs-situs bersejarah di Samarra, termasuk dinding
sebuah istana kuno di Irak.
4. Masjid Jami-Ul-Alfar, Kolombo, Sri Lanka
Masjid Jami-Ul-Alfar, adalah salah satu masjid tertua di kota Kolombo dan merupakan ikon pariwisata di ibu kota Srilangka Ciri khas disain arsitektur Masjid ini adalah ornamen atau dekoratif dinding belang merah dan putih.
Masjid ini berlokasi di perempatan jalan di daerah Pettah Bazaar, dibangun tahun 1909 dengan arsiteknya bernama Saibo Lebbe yang merancang bangunan ini selama satu tahun pada tahun 1908.
Beberapa orang telah mengakui bahwa masjid Jami Ul Alfar adalah salah satu “land mark” atau ikon pawisata kota Kolombo
Selain di kota Kolombo Sri Lanka, arsitektur masjid semacam ini juga terdapat di kota Kualalumpur Malaysia yang bernama Masjid Jamek
5. Masjid Dublin, Irlandia
Masjid Dublin Irlandia ini, merupakan salah satu masjid yang mencerminkan budaya daerah, karena pada semulanya tidak dirancang untuk bangunan masjid. Tetepi dirancang dan dibangun untuk rumah tempat tinggal, kemudian beralih fungsi menjadi masjid sebagai tempat ibadah. Masjid ini, dibuka pada tahun 1983, oleh sekelompok mahasiswa Islam yang tiba di Dublin pada awal tahun 1950-an dalam rangka belajar di daerah ini. Mereka merupakan Perkumpulan Masyarakat Islam yang pertama pada tahun 1959 di Dublin, dan satu dekade kemudian masyarakat ini mulai menggalang dana untuk membeli sebuah bangunan yang akan dijadikan masjid.
Mereka pertama kali membeli sebuah rumah di Harrington Street, dan kemudian jumlah pendatang Islam bertambah juga maka mereka terpaksa mencari bangunan baru.
Pada tahun 1983 mereka membeli sebuah bangunan, bangunan yang sekarang ini dulunya adalah sebuah rumah di South Circular Road, Dublin 8, yang kemudian difungsikan menjadi masjid serta sebagai pusat “The Islam Foundation” di Irlandia. Saat ini jumlah umat Islam di Irlandia berjumlah lebih kurang 1300 orang.
6. Masjid Assyafaah Singapore
Masjid Assyafaah, Singapura adalah masjid yang dibangun dengan disain arsitektur moderen (The Modern Masjid), masjid ini sekaligus merupakan basis atau kantor Dewan Agama Islam Singapura yaitu Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS) yang didisain oleh “Forum Architects Singapura”, sama sekali masjid ini tanpa kubah atau dome. Masjid ini terletak di sebelah utara pulau Singapura di lingkungan yang penuh dengan bangunan tinggi, Arsitek Tan Kok Hiang dengan konsern mendisain masjid ini dengan konsep “keharmonisan dan toleransi” dalam keberagaman kehidupan sosial berbagai suku bangsa, sehingga diaktualisasikanlah fisik bangunan masjid tanpa memihak kepada arsitektur peradaban salah satu suku bangsa atau etnis manapun.dan bahkan juga pada paradaban agama manapun. Tapi sudahbarang tentu bangunan ini harus mempunyai ciri atau tanda bahwa bangunan tersebut sesungguhnya adalah masjid.
Masjid Assyafaah dibuka pada tahun 2004 dan ini masjid ke lima dibangun pada fase III, program “The Mosque Building Fund” masyarakat muslim Singapura Utara. Masjid dibangun dengan memakai konstruksi kerangka baja dilapisi anti karat serta penutup “colorless polyurethane”. Masjid ini juga sebagai pengganti dua buah masjid tua yang ditutup di daerah Sembawang yang dapat menampung jemaah sebanyak 4000 orang.
7. “Mahligai Minang” Masjid Raya Minangkabau
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat ingin mewujudkan land mark selain yang ada di Sumbar yaitu Jam Gadang di Kota Bukittinggi, maka dalam satu-dua tahun ke depan akan ada land mark baru bernama “Mahligai Minang”. Ini adalah hasil karya arsitektur pemenang sayembara yang diikuti 323 arsitek dari sejumlah negara.
Mahligai Minang tidak semata-mata sebuah masjid, tetapi sebuah identitas yang akan menjadi pusat peradaban, di mana salah satu bangunan utamanya adalah bangunan masjid. Di situlah perpaduan antara Islam dan Minangkabau, dengan melengkapi bangunan atau ruangan antara lain; ruangan atau bangungunan lembaga pendidikan seperti perpustakaan, tempat rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang menampung 3.000 orang yang bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.
Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah Propinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK). Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang, masjid sebagai representasi kehidupan merupakan salah satu ikon budaya yang penting.
Masjid tidak saja dapat dijadikan ukuran dari keberhasilan masyarakat suatu wilayah/nagari, tetapi sekali gus menjadi sebuah kebanggaan masyarakat di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai sekarang, setiap orang Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di rantau selalu bergairah dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, masjid menjadi sentra kegiatan sosial kemasyarakatan. Di dalam adatnya disebutkan, sebagai salah satu syarat bagi sebuah nagari antara lain adalah babalai bamusajik. Adanya balai tempat bermusyawarah ninik mamak dan adanya masjid untuk aktivitas keagamaan dan ilmu pengetahuan.
Masjid merupakan bangunan utama Mahligai Minang mengambil dan mengaktulisasikan kembali seni dan arsitektur bangunan “Minangkabau pada masa peradaban kebudayaan awal”.
Seperti diketahui dalam sejarah Kerajaan Pagaruyung bahwa ada tiga fase atau gelombang peradaban kebudyaan yaitu :
1). Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Hindu Budha.
2) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung yang menganut agama Islam. dan
3) Fase atau gelombang peradaban kebudayaan Pagaruyung atau Minangkabau saat ini.
No comments:
Post a Comment