Wednesday, 4 July 2012

makalah sosiologi pertanian


BAB I   PENDAHULUAN
1.             Latar Belakang
          Pembangunan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, idealnya memadukan perimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pengambilan keputusan.
          Dengan semakin terbatasnya sumber daya alam baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka pemanfaatan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijaksana dan terencana dengan baik sehingga dapat menjamin kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan yang ramah lingkungan atau bisa disebut pembangunan berwawasan lingkungan sudah sepatutnya dipikirkan lebih lanjut oleh setiap komponen bangsa. Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan berencana dalam pembangunan sekaligus pengelolaan sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan.

2.             Rumusan Masalah
1.    Bagaimana paradigma baru pembangunan pertanian ?

3.             Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui paradigma baru pembangunanpertanian.

 ( silakan clik di bawah ini untuk melanjutkan )


BAB II   KAJIAN PUSTAKA
          Konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memiliki kebutuhan mereka sendiri. Keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan menjadikan kunci yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan pembangunan.
          Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi pembangunan. Pembangunan berkelanjutan mengandung arti, lingkungan dapat mendukung pembangunan dengan terus menerus karena tidak habisnya sumber daya yang menjadi modal pembangunan.
          Pembangunan berwawasan lingkungan maknanya setara dengan pembangunan berkelanjutan, yaitu memanfaatkan sumberdaya alam dan sumber daya manusia secara optimal dengan menyelaraskan dan menyerasikan aktivitas manusia terhadap daya dukung lingkungan (Soemarwoto, 2001).









BAB III   PEMBAHASAN
A.           Paradigma Baru Pembangunan Pertanian
          Pembangunan pertanian pada masa lampau yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi, telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain :
1.       Menurunnya kesuburan dan produktifitas lahan,
2.       Berkurangnya daya dukung lingkungan ,
3.       Meningkatnya konversi lahan pertanian produktif,
4.       Meluasnya lahan kritis,
5.       Meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan,
6.       Menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani,
7.       Meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengaanguran di pedesaan,
8.       Terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat.
          Dengan memperhatikan persoalan yang dihadapi di sektor pertanian ke depan yang semakin kompleks, baik dari aspek globalisasi ekonomi, lingkungan maupun dampak pemanasan global, maka tampaknya tidak ada pilihan lain untuk mengubah paradigma lama. Paradigma “profitabilitas” harus segera digantikan oleh paradigma “keberlanjutan”. Juga dengan paradigma “keseimbangan”.
          Sementara itu, paradigma “efisiensi lingkungan” harus lebih dikedepankan dari pada paradigma “efisiensi teknis”. Dan terakhir, paradigma “mendominasi alam” harus segera digeser ke paradigma “harmonisasi dengan alam”.
          Secara konsepsi perwujudan dari sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan ciri utamanya antara lain :
1.             Perencanaan pembangunan bersifat bottom up ( melibatkan stakeholders petani, pelaku agribisnis).
2.             Program dan pelaksanaan pembangunan tidak berdasarkan batas administrasi pemerintah (Provinsi/kabupaten/kecamatan), melainkan batas agroekologi.
3.             Pewilayahan atau zonasi wilayah sasaran dalam satu kesatuan hamparan (economy of scale).
4.             Pembangunan pertanian menggunakan pendekatan sistem usaha tani.
5.             Perhatian terhadap pelestarian sumber daya alam tanah, air dan sumberdaya hayati serta keterkaitan antara daerah aliran sungai (DAS) hulu-tengah-hilir.
6.             Penerapan prinsip KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergis) antara instansi yang berwenang.
7.             Penerapan hukum secara konsekuen.
          Pembangunan pertanian berkelanjutan adalah masalah yang kompleks. Menurut Soemarwoto (1992), masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan lingkungan itu tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia.
          Akibatnya adalah terganggunya kesejahteraan manusia. Masalah lingkungan berkaitan erat dengan ekonomi global, sehingga memerlukan solidaritas dan kerja sama antar bangsa. Krisis lingkungan global bersumber pada kesalahan fundamental filosofis dari etika antroposentris, yang memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan hidup manusia (Keraf, 2002).
          Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa peduli sama sekali terhadap alam dan segala isinya. Diperlukan paradigma baru interaksi manusia dengan seluruh kehidupan di bumi yang memandang alam sebagai bernilai pada dirinya sendiri dan pantas diperlakukan secara bermoral. Manusia dituntut untuk menjaga dan melindungi alam beserta isinya.
          Perubahan paradigma ini berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi, namun tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi akan terganggu secara signifikan, justru kerusakan sumberdaya alam bisa dikurangi. Implementasi konsep efisiensi yang merupakan perpaduan yang efektif antara ekonomi, ekologi, dan sosial dalam penggunaan sumberdaya sangat diperlukan.
          Dengan adanya konsep strategi Agricultural-demand-led industrialization (ADLI), Proses pembangunan industri didasari atas teknologi padat karya dengan sektor pertanian sebagai sektor pemimpin yang akan menciptakan pertumbuhan seiring dengan perluasaan kesempatan kerja, peningkatan kinerja ekonomi dan pendapatan petani.




BAB IV   PENUTUP
a.             Kesimpulan
          Pembangunan pertanian pada masa lampau yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi, telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan.
          Dengan memperhatikan persoalan yang dihadapi di sektor pertanian ke depan yang semakin kompleks, baik dari aspek globalisasi ekonomi, lingkungan maupun dampak pemanasan global, maka tampaknya tidak ada pilihan lain untuk mengubah paradigma lama.
          Proses pembangunan industri didasari atas teknologi padat karya dengan sektor pertanian sebagai sektor pemimpin yang akan menciptakan pertumbuhan seiring dengan perluasaan kesempatan kerja, peningkatan kinerja ekonomi dan pendapatan petani.
b.             Saran
dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui paradigma baru pembangunan pertanian.






DAFTAR PUSTAKA
Arif, S. 1990. Dari Prestasi Pembangunan Sampai Ekonomi Politik: Kumpulan 
              Karangan. Universitas Indonesia, Jakarta.
    
Salim E. 1991. Pembangunan Berkelanjutan: Strategi Altematif Dalam Pembangunan Dekade Sembilan Puluhan. Prisma No. 1 Januan 1991.

Soemarwoto O. 1992. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Soemarwoto O. 2001. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Sutamihardja RTM, T. Murniwati.2005. Perubahan Lingkungan Global; global environmental change. Jakarta : Elsas.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...