PERTANIAN TERPADU DAN BERKELANJUTAN
Pertanian
terpadu secara sederhana dapat dimaknai sebagai pertanian yang
menggabungkan berbagai subsektor (pertanian, peternakan dan perikanan)
dalam satu area dengan luasan tertentu sehingga lebih efisien dan tidak
menghasilkan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pertanian terpadu
menjadi efisien karena relatif tidak membuang limbah. Sebagai contoh:
Pertanian Terpadu di Lembah Hijau Sragen Jawa tengah. Jerami limbah dari
budidaya padi sawah, dimanfaatkan untuk silase sebagai pakan sapi
perah. Kotoran sapi perah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan
limbah cair dari kandang dialirkan ke kolam ikan patin. Dari proses yang
sedang berjalan, petani dapat memanen padi, susu dan ikan patin. Pupuk
organik juga dapat diaplikasikan untuk tanaman hias sehingga dapat juga
berjualan tanaman hias dan pupuk organik.
Di
Kabupaten Pasuruan juga sedang dikembangkan model pertanian terpadu,
bahkan diperkaya, karena limbah yang berupa kotoran sapi perah
dimanfaatkan dulu untuk pembuatan biogas sebelum dijadikan sebagai pupuk
tanaman. Dengan dihasilkannya biogas ada banyak keuntungan yang didapat
karena kita tidak perlu membeli minyak tanah atau gas untuk memasak dan
penerangan, selain itu juga dapat mengurangi gas metan yang terkandung
dalam kotoran ternak.
Penerapan
pertanian terpadu akan mendorong pertanian yang berkelanjutan, karena
dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non
organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak. Di
sisi lain, produk yang dihasilkan lebih baik bagi kesehatan karena
komoditas tersebut masuk dalam kategori organik. Dengan semakin
meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan trend mengkonsumsi bahan
pangan organik, maka petani akan lebih diuntungkan. Hal ini disebabkan
karena bahan pangan organik memiliki harga jual yang lebih mahal
dibandingkan komoditas yang non organik.
Hambatan
Penerapan Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan Penerapan pertanian
terpadu dan berkelanjutan memang tidak semudah kata-kata. Ada beberapa
faktor kendala, diantaranya:
1. Kepemilikan lahan petani rata-rata tidak luas dan tidak meyatu.
2. Modal kerja awal yang dimiliki tidak besar.
3. Belum memiliki akses modal dan pasar.
4. Masih bekerja secara individu, belum berkelompok sehingga dengan keterampilan yang terbatas.
Upaya Meminimalisasi Hambatan:
1. Bekerjasama
dengan pemilik lahan di sekitarnya untuk merealisasikan pertanian
terpadu dan berkelanjutan dalam area yang cukup, semakin luas semakin
bagus.
2. Melakukan joint modal kerja.
3. Melakukan
terobosan pasar dengan mengikuti pasar lelang, pameran dan menjajakan
komoditas. Di Jawa Timur, tepatnya di Jemundo Sidoarjo telah dibangun
Pasar Puspa Agro, di lahan seluas 50 hektar tersebut petani dapat
bertemu dengan para pedagang grosir yang didatangkan oleh pihak
pengelola. Di tempat tersebut juga disediakan penginapan bagi petani
dengan harga sewa yang relatif murah.
4. Menggalakkan
pelatihan-pelatihan tentang penggunaan teknologi tepat guna, pertanian
organik, serta upaya mendukung pengurangan efek pemanasan global.
5. Berupaya
menertibkan administrasi mulai perjanjian kerja sama, recording ternak,
tanaman dan sebagainya, termasuk menghargai setiap individu yang
terlibat dengan mengkonversikan ke dalam biaya tenaga kerja. Point nomer
4 merupakan pendukung, namun sangat penting untuk memperlancar kerja
sama.
Kesimpulan
Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan harus terus menerus diupayakan agar petani memperoleh hasil yang memadai dari setiap usaha yang dijalankannya. Selain itu akan mendorong kelestarian lingkungan. Namun semua ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan pemerintah. Pemerintah hendaknya menganalisis semua faktor secara seksama sebelum mengambil kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk petani.
Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan harus terus menerus diupayakan agar petani memperoleh hasil yang memadai dari setiap usaha yang dijalankannya. Selain itu akan mendorong kelestarian lingkungan. Namun semua ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan pemerintah. Pemerintah hendaknya menganalisis semua faktor secara seksama sebelum mengambil kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk petani.
No comments:
Post a Comment