Friday, 13 April 2012

PERTANIAN BERKELANJUTAN

PERTANIAN TERPADU DAN BERKELANJUTAN

Pertanian terpadu secara sederhana dapat dimaknai sebagai pertanian yang menggabungkan berbagai subsektor (pertanian, peternakan dan perikanan) dalam satu area dengan luasan tertentu sehingga lebih efisien dan tidak menghasilkan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pertanian terpadu menjadi efisien karena relatif tidak membuang limbah. Sebagai contoh: Pertanian Terpadu di Lembah Hijau Sragen Jawa tengah. Jerami limbah dari budidaya padi sawah, dimanfaatkan untuk silase sebagai pakan sapi perah. Kotoran sapi perah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan limbah cair dari kandang dialirkan ke kolam ikan patin. Dari proses yang sedang berjalan, petani dapat memanen padi, susu dan ikan patin. Pupuk organik juga dapat diaplikasikan untuk tanaman hias sehingga dapat juga berjualan tanaman hias dan pupuk organik.
Di Kabupaten Pasuruan juga sedang dikembangkan model pertanian terpadu, bahkan diperkaya, karena limbah yang berupa kotoran sapi perah dimanfaatkan dulu untuk pembuatan biogas sebelum dijadikan sebagai pupuk tanaman. Dengan dihasilkannya biogas ada banyak keuntungan yang didapat karena kita tidak perlu membeli minyak tanah atau gas untuk memasak dan penerangan, selain itu juga dapat mengurangi gas metan yang terkandung dalam kotoran ternak.
Penerapan pertanian terpadu akan mendorong pertanian yang berkelanjutan, karena dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak. Di sisi lain, produk yang dihasilkan lebih baik bagi kesehatan karena komoditas tersebut masuk dalam kategori organik. Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan trend mengkonsumsi bahan pangan organik, maka petani akan lebih diuntungkan. Hal ini disebabkan karena bahan pangan organik memiliki harga jual yang lebih mahal dibandingkan komoditas yang non organik.
Hambatan Penerapan Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan Penerapan pertanian terpadu dan berkelanjutan memang tidak semudah kata-kata. Ada beberapa faktor kendala, diantaranya:
1.      Kepemilikan lahan petani rata-rata tidak luas dan tidak meyatu.
2.      Modal kerja awal yang dimiliki tidak besar.
3.      Belum memiliki akses modal dan pasar.
4.      Masih bekerja secara individu, belum berkelompok sehingga dengan keterampilan yang terbatas.
Upaya Meminimalisasi Hambatan:
1.      Bekerjasama dengan pemilik lahan di sekitarnya untuk merealisasikan pertanian terpadu dan berkelanjutan dalam area yang cukup, semakin luas semakin bagus.
2.      Melakukan joint modal kerja.
3.      Melakukan terobosan pasar dengan mengikuti pasar lelang, pameran dan menjajakan komoditas. Di Jawa Timur, tepatnya di Jemundo Sidoarjo telah dibangun Pasar Puspa Agro, di lahan seluas 50 hektar tersebut petani dapat bertemu dengan para pedagang grosir yang didatangkan oleh pihak pengelola. Di tempat tersebut juga disediakan penginapan bagi petani dengan harga sewa yang relatif murah.
4.      Menggalakkan pelatihan-pelatihan tentang penggunaan teknologi tepat guna, pertanian organik, serta upaya mendukung pengurangan efek pemanasan global.
5.      Berupaya menertibkan administrasi mulai perjanjian kerja sama, recording ternak, tanaman dan sebagainya, termasuk menghargai setiap individu yang terlibat dengan mengkonversikan ke dalam biaya tenaga kerja. Point nomer 4 merupakan pendukung, namun sangat penting untuk memperlancar kerja sama.
Kesimpulan
            Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan harus terus menerus diupayakan agar petani memperoleh hasil yang memadai dari setiap usaha yang dijalankannya. Selain itu akan mendorong kelestarian lingkungan. Namun semua ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan pemerintah. Pemerintah hendaknya menganalisis semua faktor secara seksama sebelum mengambil kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk petani.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...