Friday 13 April 2012

wallper naruto















PERTANIAN BERKELANJUTAN

PERTANIAN TERPADU DAN BERKELANJUTAN

Pertanian terpadu secara sederhana dapat dimaknai sebagai pertanian yang menggabungkan berbagai subsektor (pertanian, peternakan dan perikanan) dalam satu area dengan luasan tertentu sehingga lebih efisien dan tidak menghasilkan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pertanian terpadu menjadi efisien karena relatif tidak membuang limbah. Sebagai contoh: Pertanian Terpadu di Lembah Hijau Sragen Jawa tengah. Jerami limbah dari budidaya padi sawah, dimanfaatkan untuk silase sebagai pakan sapi perah. Kotoran sapi perah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan limbah cair dari kandang dialirkan ke kolam ikan patin. Dari proses yang sedang berjalan, petani dapat memanen padi, susu dan ikan patin. Pupuk organik juga dapat diaplikasikan untuk tanaman hias sehingga dapat juga berjualan tanaman hias dan pupuk organik.
Di Kabupaten Pasuruan juga sedang dikembangkan model pertanian terpadu, bahkan diperkaya, karena limbah yang berupa kotoran sapi perah dimanfaatkan dulu untuk pembuatan biogas sebelum dijadikan sebagai pupuk tanaman. Dengan dihasilkannya biogas ada banyak keuntungan yang didapat karena kita tidak perlu membeli minyak tanah atau gas untuk memasak dan penerangan, selain itu juga dapat mengurangi gas metan yang terkandung dalam kotoran ternak.
Penerapan pertanian terpadu akan mendorong pertanian yang berkelanjutan, karena dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak. Di sisi lain, produk yang dihasilkan lebih baik bagi kesehatan karena komoditas tersebut masuk dalam kategori organik. Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan trend mengkonsumsi bahan pangan organik, maka petani akan lebih diuntungkan. Hal ini disebabkan karena bahan pangan organik memiliki harga jual yang lebih mahal dibandingkan komoditas yang non organik.
Hambatan Penerapan Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan Penerapan pertanian terpadu dan berkelanjutan memang tidak semudah kata-kata. Ada beberapa faktor kendala, diantaranya:
1.      Kepemilikan lahan petani rata-rata tidak luas dan tidak meyatu.
2.      Modal kerja awal yang dimiliki tidak besar.
3.      Belum memiliki akses modal dan pasar.
4.      Masih bekerja secara individu, belum berkelompok sehingga dengan keterampilan yang terbatas.
Upaya Meminimalisasi Hambatan:
1.      Bekerjasama dengan pemilik lahan di sekitarnya untuk merealisasikan pertanian terpadu dan berkelanjutan dalam area yang cukup, semakin luas semakin bagus.
2.      Melakukan joint modal kerja.
3.      Melakukan terobosan pasar dengan mengikuti pasar lelang, pameran dan menjajakan komoditas. Di Jawa Timur, tepatnya di Jemundo Sidoarjo telah dibangun Pasar Puspa Agro, di lahan seluas 50 hektar tersebut petani dapat bertemu dengan para pedagang grosir yang didatangkan oleh pihak pengelola. Di tempat tersebut juga disediakan penginapan bagi petani dengan harga sewa yang relatif murah.
4.      Menggalakkan pelatihan-pelatihan tentang penggunaan teknologi tepat guna, pertanian organik, serta upaya mendukung pengurangan efek pemanasan global.
5.      Berupaya menertibkan administrasi mulai perjanjian kerja sama, recording ternak, tanaman dan sebagainya, termasuk menghargai setiap individu yang terlibat dengan mengkonversikan ke dalam biaya tenaga kerja. Point nomer 4 merupakan pendukung, namun sangat penting untuk memperlancar kerja sama.
Kesimpulan
            Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan harus terus menerus diupayakan agar petani memperoleh hasil yang memadai dari setiap usaha yang dijalankannya. Selain itu akan mendorong kelestarian lingkungan. Namun semua ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan pemerintah. Pemerintah hendaknya menganalisis semua faktor secara seksama sebelum mengambil kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk petani.

Pertanian Terpadu

Pertanian Terpadu

Penerapan sistem pertanian terpadu integrasi ternak dan tanaman terbukti sangat efektif dan efisien dalam rangka penyediaan pangan masyarakat. Siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi akan terbentuk dalam suatu ekosistem secara terpadu. Sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi.

Kegiatan terpadu usaha peternakan dan pertanian ini, sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya. Sistem tumpangsari tanaman dan ternak banyak juga dipraktekkan di daerah perkebunan. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput di atasnya merupakan komponen kedua.

Praktek penerapan pola usaha tani konservasi ini hendaknya dilakukan secara terpadu, seperti sistem multiple croping (pertanaman ganda / tumpang sari), agroforestry, perternakan, dan dipadukan dengan pembuatan teras. Misalnya dalam praktek PHBM, tanaman pangan ditanam pada bidang teras meliputi kedelai, kacang tanah, jagung dan kacang panjang yang di tanamn diantara tanaman tahunan (misal: jati, mauni atau pinus sebagai tanaman pokok). Pada tepi teras ditanami dengan tanaman penguat teras yang terdiri dari tanaman rumput, lamtoro dan dapat ditanami tanaman hortikultura seperti srikaya ataupun nanas dan pisang. Tanaman rumput pada tepi teras disamping berfungsi sebagai penguat teras juga sebagai sumber pakan ternak (sapi atau kambing).

 

Napak Tilas Riwayat Kemajuan Teknologi Pertanian Zaman Purba sampai Kini

Napak Tilas Riwayat Kemajuan Teknologi Pertanian Zaman Purba sampai Kini

PENDAHULUAN
Bahan makanan dan sandang merupakan keperluan dasar umat manusia. Pada tahun 1975 populasi penduduk berjumlah 4 miliar, pada tahun 2000 jumlah penduduk meningkat lebih 6 miliar.  Setiap tahun penduduk bertambah, berarti kebutuhan bahan makanan dan sandang untuk manusia juga bertambah.  Untuk itu manusia perlu mengupayakan peningkatan produksi bahan makanan dan sandang setiap tahun untuk memenuhi kebutuhannya.
Perluasan area pertanian tidak dapat diandalkan, yang dibutuhkan adalah mengintensifkan lahan-lahan pertanian dimana teknologi pengelolaan tanah-tanaman memainkan peranan yang amat penting dalam meningkatkan produksi.  Berhubungan dengan itu, mengetahui perkembangan kemajuan bidang pertanian diharapkan akan mendorong semangat peneliti atau yang berjiwa peneliti, untuk mempelajari dan menemukan cara-cara baru inovatif guna meningkatkan produksi tanaman.  Tulisan ini kupersembahkan bagi adik-adik peneliti muda semoga bermanfaat.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN ZAMAN DAHULU (PURBA)

Perkembangan pertanian dimulai ketika manusia mulai menanam.  Waktu yang tepat tidak diketahui. Pada mulanya memungut, berburu, dan berpindah-pindah.  Waktu terus berjalan, manusia lebih banyak menetap daripada berpindah-pindah. Manusia berkembang, terbentuklah keluarga, marga, suku, kampung, dan desa-desa.  Perubahan mengembara ke menetap member keterampilan dan keahlian bertani.

Sepanjang catatan yang ada, perkembangan pengelolaan tanah-tanaman dimulai di Mesopotania (Irak), terletak antara sungai Tigris dan Kufrat pada 2500 SM.  Tanah di wilayah ini subur dan produksi tanaman pertaniannya jauh lebih tinggi daripada di wilayah lain.  Menurut Horodutus, tingginya produksi diduga karena adanya sistim irigasi yang baik dan subur karena banjir tahunan yang melanda tiap tahun.  Theophrastus (300 SM) kemudian menulis bahwa sungai Tigris kaya akan lumpur, dan orang-orang sengaja menggenangi lahannya selama mungkin sehingga akan mengendap sejumlah besar lumpur di lahannya.  Selanjutnya pada era ini juga diamati bahwa pada lahan tertentu, jika ditanami terus menerus produksinya akan turun. Namun dengan penambahan pupuk kandang dan limbah tanaman, kesuburan tanahnya akan pulih.

Homer (700-900 SM) sebelumnya telah menulis dalam syair kepahlawanan Yunani bahwa pemberian pupuk kandang memperbaiki pertumbuhan anggur dan pupuk kandang yang ditumpuk akan menjadi kompos.  Theophrastus (372 – 287 SM) melaporkan beberapa hal sebagai berikut ; 1) Tanah yang miskin perlu pupuk banyak, sedangkan yang subur dipupuk sekedar saja; 2) Makna pembuatan persemaian; 3) Tanaman yang subur memerlukan banyak air; 4) Anjuran untuk menanmpung kotoran hewan yang nilai pupuknya tinggi; 5) Dikisahkan pula tentang kebun sayuran dan zaitun disekitar Athena diberi air comberan kota, dan pupk kandang cair. 6) Ppupuk dibedakan menurut urutan nilai terbesar ke kecil : manusia > babi > kambing > domba > sapi > kuda (RRC saat ini dikenal paling luas menggunakan tinja).  Kemudian Varro (Roma) menulis bahwa kotoran unggas nilai pupknya lebih tinggi daripada kotoran manusia.  Selanjutnya Collumella menyatakan bahwa semanggi baik untuk makanan ternak karena semanggi memperkaya kotoran ternak.  Jauh sebelumnya Archilochus (700 SM) melaporkan bahwa bangkai dan darah baik untuk tanaman.

Pupuk hijau, tanaman kekacangan (legum) dikenal menyuburkan tanah. Teophrastus mencatat bahwa di Macedonia petani memanfaatkan legum dan membajaknya sehingga bercampur dengan tanah. Cato (234 – 149 SM), seorang pemikir dan sejarawan mengemukakan; (1) Abu tanaman dapat menyuburkan tanah, (2) Kebun anggur yang miskin jika ditanami dengan legum kemudian dibenamkan, akan memulihkan kesuburan tanah.  Peranan tanaman kekacangan juga diakui oleh Columella dan Virgil (70 -19 SM).

Kapan penggunaan pupuk mineral oleh orang purba tidak diketahui dengan pasti. Theophastus menulis bahwa campuran berbagai macam tanah merupakan suatu cara untuk memperbaiki kerusakan dan kesuburan tanah. Penambahan tanah subur ke tanah kurang subur, dan campuran tanah bertekstur kasar dan halus akan memperbaiki tanah.

Gamping (kapur) juga telah dicatat bermanfaat bagi tanah.  Orang-orang Aegina menambang gamping dan memanfaatkannya ke tanah. Pliny (62 -113) menganjurkan pemberian kapur halus ke tanah.  Pemberian sekali, nampak cukup untuk beberapa tahun.

Arti dan nilai abu tanaman pada zaman ini juga tertulis.  Xenophon dan Virgil (70 -19 SM) menganjurkan pembakaran jerami.  Cato menasihatkan penjaga kebun anggur untuk membakar pangkasan-pangkasan dan membajaknya dengan maksud menyuburkan tanah.  Demikian pula Columella, menganjurkan penebaran abu atau kapur pada tanah untuk mengurangi kemasaman tanah.

KNO3 (salperter) bermanfaat untuk tanaman telah dicatat oleh Theophrastus dan Pliny.  Air asin juga diketahui berguna.  Theophrastus menyatakan bahwa pohon palem membutuhkan garam.  Petani-petani dulu, menebar air asin disekitar akar pohon (tanaman) mereka.

Karakteristik tanha, Bulk Density (BD) sebagai indikator kesuburan tanah telah dikemukakan oleh Virgil. Cara mulai BD tanah yaitu gali lubang, dan kembalikan tanah galian ke lubang.  Bila lubang penuh atau berlebih berarti tanah itu padat, kurang baik untuk tanaman.  Tanah demikian butuh pengolahan dengan bajak (sapi) yang kuat.  Sebaliknya, jika galian tidak penuh, berarti tanahnya gembur, baik untuk tanaman.  Virgil juga memperkenalkan cara-cara yang sekarang dikenal sebagai prototype uji kimia tanah.  Tanah yang bergaram, rasanya lebih pahit, sehingga jagung tidak akan tumbuh.  Selanjutnya Columella juga menganjurkan uji rasa untuk mengukur tingkat kemasaman dan kegaraman tanah.  Kemudian Pliny menyatakan bahwa rasa pahit mungkin ada hubungannya dengan warna hitam tanah dan adanya bahan (sisa) tanaman dalam tanah.  Selanjutnya dikatakan bahwa perbedaan pertumbuhan terjadi akibat dari tingkat kesuburan yang berbeda.  Ini dapat diketahui dengan membandingkan tebal batang jagung.  Columella kemudian mengemukakan bahwa uji terbaik kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu adalah apakah tanaman itu dapat tumbuh.

Penulis-penulis dulu dan sekarang banyak percaya bahwa warna tanah merupakan kriteria kesuburan tanah. Tanah yang berwarna hitam (gelap) berarti subur, sedangkan yang berwarna terang atau kelabu berarti tidak subur. Pandangan ini ditentang oleh Columella, diberi contoh tanah rawa di Libya berwarna hitam ternyata tidak subur, sedangkan yang berwarna terang diketahui subur.  Dia menyimpulkan bahwa petunjuk yang baik untuk menduga kesuburan tanah adalah struktur, tekstur dan kemasaman tanah.
Zaman keemasan bangsa Yunani terjadi pada 800 – 200 SM. Banyak orang dalam periode ini genius. Tulisan-tulisan, budaya dan cara-cara pertaniannya ditiru oleh orang Romawi, dan filosofi Yunani menguasai pemikiran manusia selama lebih dari 2000 tahun.
KEMAJUAN TEKNOLOGI PERTANIAN SAMPAI DENGAN ABAD XIX
Dimulai saat jatuhnya kerajaan Romawi.  Pietro de Crescenzi (1230 – 1307) dijuluki sebagai Bapak Agronomi.  Beliau menyusun buku “Opus Ruralium Commodorum” yang merupakan cara bercocok tanam setempat.  Isi utamanya merupakan ringkasan pekerjaan sejak Homer.
Palissy (1563) berpendapat bahwa abu tanaman merupakan bahan yang berasal dari tanah.  Sementara itu Francis Bacon (1561-1624) mengemukakan bahwa (1) Hara (makanan) utama adalah air,(2) Fungsi tanah yaitu mempertahankan tanaman tegak, melindungi dari panas dan dingin, menyediakan senyawa khusus untuk tanaman, (3) Penanaman terus-menerus pada lahan yang sama akan menurunkan produksi. Selanjutnya D.B. Van Helmont (1577-1644) seorang ahli fisika dan kimia mengadakan percobaan tanaman Willow berat awalnya 5 pound ditanam dalam pot berisi tanah seberat 200 pound. Setelah 5 tahun tanaman dan tanah ditimbang, berat tanaman menjadi 169 pound, sedangkan tanah 198 pound, berarti lebih ringan 2 pound.  Selam percobaan hanya ditambahkan air.  Akhirnya disimpulkan bahwa air merupakan hara satu-satunya bagi tanaman.  Kesimpulan Helmont walaupun salah, namun merupakan dasar bagi peneliti-peneliti lainnya.  Kemudian Robert Boyle (1627-1691) seorang ahli fisika mengulangi pekerjaan Helmont dan memperkuat temuannya bahwa tanaman terdiri dari garam, alcohol, tanah dan minyak yang semuanya dibentuk dari air. Sebaliknya J. R. Glauber (1604-1668), ahli kimia, menyimpulkan bahwa saltpeter (KNO3) merupakan satu-satunya hara yang diperlukan tanaman, bukan air.

Pengamatannya melalui pengambilan contoh tanah di kandang. Diketahui bahwa garam (mineral) berasal dari kotoran ternak, sedangkan ternak memakan rumput, berarti garam itu berasal dari rumput.  Ketika garam diberikan pada tanaman , pertumbuhan tampak lebih baik.  Akhirnya J. Woodward (± 1700) menjawab pekerjaan Helmont dan Boyle.  Dia menanam spearmint dalam air hujan, air sungai, comberan, comberan + tanah.  Tanaman ditimbang pada awal dan akhir.  Nampak pertumbuhan tanaman berbeda-beda menurut kotoran yang terdapat dalam air. Pendekatan ini agaknya lebih baik dari sebelumnya.

Jethro Tull (1674 – 1741) dikenal sebagai Bapak Mekanisasi Pertanian. Dia mengamati kejanggalan dari dua lahan berbeda yang ditanami tanaman yang sama.  Kedua lahan diketahui mendapat udara dan hujan yang sama, namun hasilnya berbeda.  Tull berpendapat bahwa tentu ada sesuatu yang diambil tanaman dari tanah yang berbeda. Dia menyatakan bahwa tanaman mengambil makanan dari partikel-partikel halus tanah, karena itu pengolahan tanah penting agar tanah menjadi lebih halus dan gembur. Jethro Tull adalah pencipta alat-alat pertanian yang ditarik hewan.

Arthur Young (1741 – 1820)melakukan percobaan pot untuk mengetahui senyawa apa yang memperbaiki pertumbuhan tanaman barley (jelai).  Pot-pot diberi perlakuan arang, minyak, kotoran ayam, anggur, nitrat, mesiu, kulit kerang, dan bahan-bahan lain.  Hasilnya, ada yang baik, ada yang mati.  Hasilnya diterbitkan dalam 64 volume, dan menggambarkan pendapat bahwa tanaman tersusun dari suatu senyawa dan selanjutnya para ahli mencari prinsip tanaman ini.

Francis Home (± 1775) melakukan percobaan pot dan mengukur pengaruh berbagai macam zat, kemudian menganalisis (kimia) bahan tanaman. Dia menyatakan bahwa persoalan pertanian yang penting adalah hara tanaman.  Prinsip tanaman bukan hanya satu, melainkan ada beberapa antara lain : udara, air, tanah, garam-garam, minyak, dan api padat (Phlogiston). Dia juga yakin bahwa bahan organic atau humus diambil secara langsung oleh tanaman dan merupakan hara pokok. Pendapat ini bertahan selama bertahun-tahun dan sukar untuk dihilangkan oleh karena hasil analisis kimia tanaman dan humus menunjukkan keduanya mengandung unsur-unsur penting yang sama. Pada waktu itu proses fotosintesis belum ditemukan. Penelitian Home merupakan batu loncatan yang berharga dalam perkembangan ilmu-ilmu pertanian selanjutnya.

Priestley (1772) dan Ingenhousz (1730 – 1799) menunjukkan bahwa dalam keadaan terang (ada cahaya matahari) akan menghasilkan oksigen.  Selanjutnya, J.Senebier (1742 – 1809) menyatakan bahwa kenaikan bobot Willow dari percobaan Van Helmont bukan akibat air melainkan udara (C dalam tanaman berasal dari udara).
KEMAJUAN SELAMA ABAD XIX DAN XX

De Sausseure (1804) mengamati pengaruh udara terhadap tanaman serta asal garam dalam tanaman.  Disimpulkan bahwa tanaman menyerap O2 dan melepaskan CO2.  Di bawah pengaruh sinar matahari tanaman menyerap CO2 dan melepaskan O2.  Selanjutnya dikatakan, tanpa CO2, tanaman akan mati.  De Sausseure menganalisis abu tanaman dan mendapatkan kesamaan unsur-unsur yang dikandung abu tanaman dan tanah.  Selanjutnya, Sir Humphrey Davy (1813) menentang De Sausseure bahwa CO2 berasal dari udara.  Dia mengemukakan pentingnya pupuk dan abu tanaman, dan minyak bumi adalah pupuk.  Jika tanah tidak produktif dan harus diperbaiki, perlu dicari penyebabnya melalui analisis kimia.

Kemajuan selanjutnya dicapai oleh Jurtus Von Liebig (1803 -1873).  Dari beberapa percobaannya disimpulkan : 1) Unsur kimia dalam tanaman mesti berasal dari tanah dan udara, 2) Sebagian besar C nerasal dari atmosfer, H dan O berasal dari air, 3) Logam-logam Ca, Mg, K, penting untuk menetralisir asam, dan 4) Fosfor diperlukan untuk pembentukan biji.  Kemudian Lawes (1830 -1850) mencoba efektivitas tulang yang digiling sebagai sumber P tanaman.  Ternyata, tidak efektif, dan berlawanan dengan pendapat Liebig.  Rupanya diperlukan P yang lebih larut.  Lawes dkk juga berpendapat lain bahwa sumber N adalah tanah sedangkan Leibig berpendapat bahwa N bersumber dari udara.

Pada era ini (1802 – 1882) J.B. Bousingault seorang ahli kimia tanah dan pertanian mengamati bahwa tanaman polongan memperoleh N dari udara bila tanah tempat ia tumbuh tidak pernah dipanaskan. N udara kemudian diubah menjadi senyawa yang cocok bagi tanaman.  Pemanasan rupanya mematikan jasad hidup tanah, dan Bousingault belum dapat mengkaitkannya dengan fiksasi N.  Nanti 50 tahun kemudian Beiyerinck mengisolasi bakteri (Bacillus radicicola) yang berperan dalam pengikatan nitrogen udara oleh tanaman polongan.

Temuan-temuan dalam abad 20 antara lain unsur-unsur penting lainnya bagi tanaman misalnya Mn, B, Zn, Cn, Mo, Cl, Co, V dan Na, metode-metode penelitian, analisis-analisis, pupuk, kesetimbangan hara dalam tanah, serapan dan ketersediaan hara, peranan mikrobia dalam pengikatan N udara, dan bioteknologi lainnya.

HARAPAN ABAD XXI

Manusia makin bertambah, kebutuhan makanan dan sandang juga semakin bertambah.  Unsur yang paling banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen, dengan demikian kebutuhan pupuk N dimasa datang juga meningkat.  Untuk memproduksi pupuk N dibutuhkan biaya besar (konstruksi pabrik, gas alam).  Di samping itu juga adanya resiko polusi, dan bahan baku tidak dapat diperbaharui.  Sebagai pilihan dimasa datang adalah meningkatkan dan mengembangkan mikrobia yang dapat mengikat N udara.

Perbaikan metode analisis tanah dan tanaman untuk menentukan kebutuhan pupuk juga merupakan bagian penting dimasa datang.  Selanjutnya bagaimana mencari, menemukan, dan mengembangkan formulasi pupuk yang pelepasannya lambat sehingga lebih efektif dan efisien perlu mendapat perhatian.  Teknik-teknik konservasi untuk menekan laju erosi, dan meningkatkan efisiensi irigasi dan penggunaan air amsih memerlukan penelitian mendalam.  Suatu perkembangan baru muncul di bidang genetikamolekuler.  Lewat teknik-teknik pemindahan gen, kualitas dari suatu genus atau jenis yang diinginkan dapat dipindahkan ke tanaman lain.  Teknologi ini diharapkan terus dikembangkan dan disempurnakan sehingga dimasa datang dapat diciptakan tanaman-tanaman sesusai dengan yang diinginkan.  Kemajuan-kemajuan bioteknologi kini dan masa datang akan sangat bermanfaat bagi manusia.

Teknologi pemanfaatan pengindraan jauh (remote sensing) untuk menentukan kondisi tanaman juga diharapkan semakin meningkat.  Persoalan-persoalan yang muncul dari tanah, irigasi, serangan hama dan penyakit dapat diketahui sedini mungkin melalui pengindraan jauh dan dapat segera diperbaiki untuk mencegah kerusakan yang lebih serius.  Kemajuan-kemajuan pertanian dimasa datang tergantung pada peneliti-peneliti berbobot, yang mempunyai pengamatan tajam dan pandangan jauh kedepan.

Untuk setiap persoalan yang dipecahkan peneliti hari ini mungkin akan banyak menimbulkan persoalan lain dimasa datang.  Seorang peneliti dibidang pertanian mestinya mampu menggali lebih dalam dan lebih banyak bertanya tentang “mengapa” (Why) daripada “apa” (What).  Alam terbuka namun penuh rahasia dan misteri alam menantimu.  Suatu tantangan bagi peneliti untuk menjelajahi dan menyingkapnya.
KESIMPULAN

Pada zaman dahulu tercatat beberapa kemajuan teknologi dibidang pertanian antara lain adanya system jaringan irigasi yang sudah berkembang, pemanfaatan pupuk kandang, limbah tanaman, kotoran (air buangan) manusia, penggunaan pupuk hijau, dan pengaturan pola tanam.  Orang-orang dahulu kala juga telah memanfaatkan kapur, abu tanaman, serta mineral (campuran tanah) sebagai bahan untuk meningkatkan kesuburan tanah.  Dalam menilai lahan yang baik untuk bercocok tanam, mereka menggunakan metode analisis secara sederhana terhadap sifat fisik dan kimia tanah.

Sampai dengan abad XIX, pengamatan sudah agak lebih jauh maju.  Peneliti berupaya mencari prinsip vegetasi atau bahan (senyawa) yang menyusun tubuh tanaman serta berupaya menyingkap asal-usul bahan penyusun tanaman.

Dalam abad XIX dan XX, pengamatan terhadap prinsip vegetasi makin dipertajam, dan semakin jelas terungkap mengenai faktor-faktor yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.  Tanaman polongan yang bekerjasama dengan mikrobia (hidup pada tanaman polongan) diketahui dapat menambat nitrogen udara.  Juga ditemukan beberapa unsur esensil lainnya.  Metode-metode penelitian makin berkembang, demikian pula metode analisis, penemuan pupuk-pupuk baru, serta kemajuan-kemajuan dalam pemahaman perilaku hara dalam tanah dan tanaman.  Juga makin terasa bagaimana arti dan peranan mikrobia (bioteknologi) dalam bidang pertanian dan lain-lain.  Dalam menyongsong dan memasuki abad ke XXI, penelitian dan pengembangan dibidang pertanian semakin terasa mendesak, serta semakin perlu ditingkatkan guna menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Friets,  F. G. JR. 1977.  A perspective on two centuries of progress in soil fertility and plant nutrition.  SSAJ 41  :  242-249

Goeswono Soepardi.  1982.  Bahan Kuliah Kesuburan Tanah,  FPS-IPB.

Tisdale, S.L.  W.L.  Nelsond, and J.D.  Beaton 1985.  Soil Fertility and Fertilizers.  John Wiley and Sons, New York.

 

pertanian organik

ORGANIK DALAM ERA PERTANIAN MODERN

 Impian petani dan pendukung kaum tani di dalam melepaskan diri dari jeratan teknologi kapitalis tampak akan terpenuhi dengan mulai maraknya praktik pertanian dengan input produksi organik.
Di tengah optimisme dan semangat mewujudkan impian tersebut, kekhawatran muncul bahwa mimpi tersebut akan tetap menjadi mimpi ketika terlalu besar harapan, yang kemudian memunculkan mitos.
Tanpa perhatian yang penuh, mitos ini akan menisbikan program bantuan pemerintah kepada petani, khususnya ketika pasar tidak melihat upaya ini sesuatu yang pantas mendapat premi.
Departemen Pertanian Amerika Serikat pada 1977 mendefinisikan pertanian organik sebagai sebuah sistem manajemen produksi berbasis agroekologi yang memacu dan mendorong keanekaragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.
Praktiknya adalah penggunaan input luar-lahan minimal dan upaya memperkaya, mempertahankan, serta meningkatkan keharmonisan ekologi. Menurut Organisasi Pangan Dunia (FAO), tujuan utamanya adalah mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari komunitas yang saling berketergantungan antara kehidupan dalam tanah, hewan, dan manusia.
Klaim atau doktrin yang banyak dianut oleh pelaku paham pertanian organik adalah bahwa organik lebih sehat daripada input kimia seolah ingin memanfaatkan momentum prevalensi pasar yang menuntut bahan makanan yang tidak mengandung unsur-unsur pemicu penyakit serius.
Dalam beberapa tahun terakhir pikiran konsumen secara sukarela dibawa oleh doktrin tersebut walaupun ada banyak kejanggalan dalam logika berpikir para penganut aliran pertanian organik.
Bukti sukses
Sebuah penelitian jangka panjang di Universitas Cornell memberikan gambaran menakjubkan tentang hasil pengamatan selama 22 tahun. Dibuktikan bahwa secara keseluruhan produksi jagung dan kedelai dari perlakuan pertanian organik relatif sama dengan pertanian konvensional yang menggunakan pupuk kimia buatan.
Keuntungannya adalah bahwa pertanian organik menghemat konsumsi energi (bahan bakar minyak) sebesar 30 persen, menahan air lebih lama di musim kering dan tidak memerlukan pestisida. Namun, hasil yang diperoleh pada empat tahun pertama produksinya 33 persen lebih rendah daripada perlakuan konvensional.
Setelah bahan organik terkumpul di dalam tanah, sejak tahun kelima produksinya mulai sama atau lebih tinggi daripada konvensional, terutama karena lebih tahan selama musim kering.
Dilaporkan pula bahwa pertanian organik mampu menyerap dan menahan karbon ( C ) sehingga sangat bermanfaat dalam mitigasi pemanasan global. Kandungan bahan organik tanah naik 15-28 persen yang setara dengan 1.500 kilogram CO2 dari udara.
Walaupun biaya produksi pada sistem pertanian organik 15 persen lebih tinggi daripada konvensional, dengan harga yang cukup baik pada tanaman sereal kenaikan ini tidak terlalu menjadi masalah. Sebaliknya, sistem pertanian organik tidak mampu memberikan keuntungan untuk tanaman anggur, apel, ceri, dan umbi-umbian.
Beberapa keberhasilan sejenis juga dilaporkan di Afrika, India, dan China. Namun, hasil-hasil tersebut masih menimbulkan pro dan kontra, terutama dari para ahli ilmu tanah yang tidak bisa menerima alasan bahwa hal tersebut semata-mata akibat organik versus kimia.
Mitos pertanian organik
Keberhasilan input organik dengan menggeser peran input kimia sebagai sebuah monumen inovasi dari Revolusi Hijau 60 tahun yang lalu semula dipandang sebelah mata oleh para ilmuwan ilmu tanah yang memahami dengan baik hubungan tanah dengan tanaman.
Namun, ketika gejala yang berkembang, khususnya di Amerika Serikat, makin mengkhawatirkan, beberaa pendapat mulai bermunculan. Salah satunya adalah yang diuraikan oleh Throckmorton (2007), seorang dekan dari Kansas Sate College.
Keberatannya terhadap doktrin pertanian organik adalah bahwa tidak mungkin peran pupuk kimia digantikan sepenuhnya oleh pupuk organik. Pertama, jika hal itu mungkin, dunia akan kekurangan biomassa untuk produksi pupuk organik karena dosisnya luar biasa besar.
Kedua, tanaman tidak hanya ditentukan oleh humus saja, tetapi oleh faktor-faktor lain seperti bahan organik aktif, nutrisi mineral tersedia, aktivitas mikroba tanah, aktivitas kimia dalam larutan tanah, dan kondisi fisik tanah.
Bahan organik tanah memang sering disebut sebagai “nyawa dari tanah” sebagai ekspresi dari perannya mendukung aktivitas mikroba tanah. Peran lain dari bahan ini memang diakui penting, tetapi bukan satu-satunya dalam pelarutan hara, pembenah tanah, dan kapasitas menahan air.
Fakta lain adalah bahwa bahan organik mengandung nutrisi tanaman sangat kecil. Klaim bahwa nutrisi asal bahan organik (kompos, pupuk organik) lebih “alami” dibandingkan asal pupuk kimia sangat tidak masuk akal, apalagi dihubungkan dengan kesehatan manusia.
Bukti empiris menunjukkan bahwa pada tanah organik (kadar bahan organik sangat tinggi) percobaan gandum, kentang, dan kubis di Amerika Serikat pada yang dipupuk kimia buatan mencapai 5 – 54 kali lebih besar daripada yang tidak dipupuk kimia. Satu bukti lain bahwa organik bukan satu-satunya unsur utama dalam produksi tanaman adalah sistem hidroponik.
Kebijakan pemerintah, seperti Go Organic 2010, penerbitan SNI Sistem Pangan organik (01-6729-2002), dan subsidi pupuk organik merupakan langkah-langkah kongkret yang perlu diawasi implementasinya. Di samping itu, pertimbangan yang mendalam perlu dilakukan dengan memerhatikan dampak krisis keuangan 2008.
Daya beli masyarakat menurun, seperti yang dilaporkan di Inggeris, berdampak stagnasi pada pertumbuhan produk pertanian organik pada tingkat 2 persen. Konsumen yang mengutamakan rupa daripada rasa juga tidak mudah berubah ke produk organik.
Di sisi lain, kemampuan produksi input organik untuk menopang produktivitas pangan yang dibutuhkan jauh dari memadai akibat keterbatasan dan terpencarnya bahan baku. Untuk itu, mitos-mitos yang terkait dengan produk organik harus dihapus dan diberikan pemahaman yang benar kepada petani.
Kombinasi optimal antara input anorganik dan organik akan mampu memenuhi persyaratanberbagai pihak, baik teknis, ekonomi, lingkungan, maupun kesehatan konsumen.

Sunday 8 April 2012

PENYULUH PERTANIAN

PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN



Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Membangun sistem Penyuluhan Penerapan Teknologi Pertanian ( Holtikultura ) yang berhasil dan berdayaguna tidak dapat dilepaspisahkan dari dinamika kerja partisipatif antara penyuluh sebagai agen pembaharu informasi, adopsi, inovasi, teknologi dan pelaku utama yang dihimpunkan dalam kelompok tani, Kegiatan Penyuluhan Penerapan Teknologi Pertanian Modern (Holtikultura) dapat terwujud dengan mitra kerja didalam menjalankan peran, tugas dan fungsi secara memadai.
Desa Waiheru, sebagai salah satu desa yang berada di kota Ambon memiliki karakteristik dan luas lahan yang begitu sempit dan diperlukan adanya alih teknologi, sehingga kondisi lahan tersebut dapat dimanfaatkan seefisien mungkin oleh para petani pengarap guna memenuhi kebutuhan pasar dan peningkatan kesejahteraannya. Pengembangan komoditas holtikultura di desa waiheru merupakan salah satu program pengembangan ekonomi pertanian untuk mengatasi kelangkaan komoditas di pasar local. Untuk mewujudkan rencana dan program yang demikian dibutuhkan dukungan sumber dana, SDM dan pembinaan yang ditujukan pada manejemen usaha, pengelolahan lahan, efisiensi dan efektivitas berusaha dan bantuan teknologi serta evaluasi dan monitoring instansi terkait.
Sejalan dengan itu maka sebagai implikasinya diperlukan suatu metode penyuluhan dan penerapan teknologi secara modern pada kegiatan holtikultura sehingga kedepan para petani dalam mengelola usaha taninya dapat mengerti teknologi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat tani dan pelaku usaha.
Dengan terwujudnya kegiatan ini maka akan menghasilkan output yang sangat baik dan berguna bagi pelaku utama guna memanfaatkan sekaligus meningkatkan hasil produksinya dengan penerapan teknologi pertanian modern ( Holtikultur ) di Kota Ambon.
Untuk itu peran penyuluh pertanian sebagai Penyuluh Pendamping adalah sangat penting dan diperlukan sebagai pembimbing petani juga sebagai penghubung antar petani dan pemerintah, maka Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Maluku melalui kegiatan penyuluhan dan pendampingan dengan pola Penerapan Teknologi Pertanian Modern ( Holtikultura ) di Kecamatan Baguala dimana tujuannya untuk melanjutkan dan mengembangkan usaha pertanian dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat tani mandiri dan maju serta menciptakan pengembangan ekonomi kerakyatan di kecamatan Baguala
Dengan terwujudnya kegiatan ini diharapkan :
  • Terselenggaranya program penyuluhan penerapan teknologi pertanian modern ( Holtikultura ) bagi pelaku utama atau kelompok tani ( Poktan ) di desa Waiheru kecamatan Baguala Kota Ambon.
  • Tercapainya Penyaluran informasi pengunaan teknologi pertanian modern ( Holtikultura ) yang berhasil dan berdaya guna dalam meningkatkan produktivitas usaha pertanian.
  • Merubah pola pikir pelaku utama yang tadinya masih menerapkan teknologi pertanian tradisional untuk mempergunakan teknologi pertanian modern guna peningkatan produksi dan kesejahteraan pelaku utama itu sendiri.
  • Mengupayakan Pelaku utama agar mampu mengelola system penerapan teknologi pertanian modern ( Holtikultura ) secara baik,terencana dan berhasilguna.

penggunaan em4

Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam Pertanian Modern

 

 

Begitu banyaknya petani yang mengeluh di masa sekarang ini, karena berbagai macam persoalan, antara lain, produksi yang terus menurun, tanah tak lagi subur dan begitu mudahnya tanaman terserang hama dan penyakit. Cara umum pak tani mengatasi masalah tersebut biasanya dengan menambah dosis pupuk, dosis insektisida yang akhirnya berujung pada meningkatnya biaya usaha tani.

Ternyata ada masalah besar yang lebih besar menanti, dengan budidaya seperti itu-pemberian pupuk dan pestisida yang berlebihan-cenderung mengabaikan keseimbangan ekologi sehingga kondisi fisik dan biologis tanah menjadi terganggu. Jika cara seperti ini dilakukan terus menerus akan mengakibatkan tanah menjadi tidak sehat, bersifat pathogen dan struktur tanah berkurang. Dan pada akhirnya akan merusak kesehatan manusia sebagai konsumen.

Pada tahun 1980-an, Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukus, Okinawa, Jepang telah mengadakan penelitian terhadap sekelompok mikroorganisme yang dengan efektif dapat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Kelompok mikroorganisme tersebut disebut dengan Effective Microorganisms yang disingkat EM.

Teknologi EM dikembangkan untuk menunjang pembangunan pertanian ramah lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan sistem alami yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi dan menghasilkan bahan pangan yang bebas bahan kimia sehingga bersih dan sehat untuk di konsumsi.

Teknologi EM yang sudah mulai akrab dengan masyarakat adalah Effective Microorganisms-4 biasa disingkat EM-4 adalah suatu kultur campuran beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai inokulan mikroba yang berfungsi sebagai alat pengendali biologis. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam lingkungan hidup tanaman sebagai penekan dan pengendali perkembangan hama dan penyakit.

EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, Ragi ( yeast ), Actinomycetes dan jamur fermentasi

1. Bakteri Fotosintetik ( Rhodopseudomonas spp. )
Bakteri ini adalah mikroorganisme mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat yang terbentuk anatara lain, asam amino asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan
Hasil metabolisme ini dapat langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah

 


 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...